- 2 years ago
Asosiasi Pertekstilan Indonesia mengungkap bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan sektor yang berhasil menyerap banyak tenaga kerja. Dengan kondisi tersebut, pihaknya mendukung agar pemerintah melaksanakan dan mempertahankan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 3 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.
Seperti diketahui Permendag 3/2024 tersebut salah satu mengatur sejumlah pengawasan barang impor, yang sebelumnya di post border kembali ke border. Hal itu dilakukan untuk melindungi industri dalam negeri salah satunya tekstil yang belakangan banyak diserang produk impor. Selain itu, Permendag 3/2024 juga membatasi pembelian barang impor oleh penumpang dari luar negeri.
Seperti diketahui Permendag 3/2024 tersebut salah satu mengatur sejumlah pengawasan barang impor, yang sebelumnya di post border kembali ke border. Hal itu dilakukan untuk melindungi industri dalam negeri salah satunya tekstil yang belakangan banyak diserang produk impor. Selain itu, Permendag 3/2024 juga membatasi pembelian barang impor oleh penumpang dari luar negeri.
Category
📺
TVTranscript
00:00 [Musik]
00:15 Ya halo pemirsa apa kabar anda hari ini langsung dari studio IDX channel Jakarta
00:19 saya Prasetyo Wibowo kembali hadir dalam market review program yang mengupas isu-isu penggerak ekonomi Indonesia.
00:25 Kali ini kita akan membahas dalam satu industri tekstil begitu dimana kebijakan pengetatan impor.
00:30 Apakah bisa benar-benar mendukung kembang kita lagi industri tekstil Indonesia?
00:36 Langsung saja kita mulai market review selengkapnya.
00:38 Ya asosiasi pertekstilan Indonesia mendukung kebijakan pemerintah terakhir kebijakan impor yang tertuang
00:53 dalam permendag nomor 3 tahun 2024.
00:56 Meyakini aturan ini dapat memberikan kesempatan bagi industri domestik
01:00 untuk bersaing dengan produk impor ilegal serta melindungi industri kecil dan menengah dan juga pelaku UMKM.
01:07 Asosiasi Pertekstilan Indonesia mendukung kebijakan pemerintah terkait kebijakan impor
01:16 yang tertuang dalam permendag nomor 3 tahun 2024 yang memperbarui permendag nomor 36 tahun 2023.
01:23 API menilai kebijakan ini dapat menjaga industri tekstil dan produk tekstil dari hulu hingga kehilir.
01:29 Ketua Umum API Jaimi Kartiwa, meyakini aturan ini dapat memberi kesempatan bagi industri domestik
01:35 untuk bersaing dengan produk impor ilegal.
01:38 Selain itu pemeriksaan produk impor di border dapat melindungi pasar dalam negeri dari banjirnya produk impor
01:44 serta melindungi industri kecil dan menengah dan juga pelaku UMKM.
01:50 Kita harapkan ini benar-benar sebagai obat setelah lebur-lebaran hingga industri mulai dibuka lagi,
01:59 imannya ada dan teman-teman yang sudah dirumahkan, teman-teman pekerja yang sudah dirumahkan
02:05 bisa dipanggil untuk bekerja kembali. Itu yang kita harapkan.
02:09 Karena sekali lagi non tariff barrier ini atau regulasi untuk mengendalikan impor
02:15 bukan hanya dilakukan oleh Indonesia saja, tapi dilakukan oleh berbagai negara
02:21 untuk melindungi industrinya ke dalam negeri.
02:25 Seperti diketahui, Permendag Nomor 3 Tahun 2024 yang mengatur tentang kebijakan impor
02:31 dan pengaturan impor telah berlaku sejak 10 Maret 2024.
02:34 Salah satu yang diatur dalam Permendag Nomor 3 Tahun 2024 yang dibatas barang-bawaan barang
02:40 yang boleh dibeli pelancong Indonesia dari luar negeri.
02:43 Masyarakat Indonesia yang berpergian ke luar negeri hanya boleh membawa maksibum 2 buah
02:48 untuk 5 jenis barang, yang di barang elektronik, alas kaki, sepatu, tas dan barang tekstil jadi.
02:54 Jakarta Herutri Yuniarto, Adiks Channel.
02:57 Pemirsa untuk membahas tema kita hari ini kebijakan pengendalian impor,
03:06 bangkitkan industri tekstil nasional, kita sudah tersambung melalui Zoom
03:10 bersama dengan Bapak Danang Girindra Wardana.
03:13 Beliau adalah Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia.
03:17 Selamat pagi Pak Danang.
03:19 Pagi Mas.
03:21 Salam sehat Pak Danang.
03:22 Terima kasih, salam sehat juga.
03:25 Terima kasih juga atas waktu yang disempatkan ini bicara mengenai industri tekstil Indonesia.
03:30 Beberapa waktu terakhir ini cukup hangat begitu menjadi perbincangan publik
03:34 di mana tekanan dari global dalam artian banjirnya produk-produk impor
03:39 begitu baik yang legal maupun illegal ini menghantam industri tekstil nasional.
03:43 Pemutusan hubungan kerja bahkan sudah ribuan karyawan yang menjadi korbannya.
03:49 Bagaimana di tahun 2024 ini?
03:51 Tiga bulan pertama tahun 2024 apakah kondisinya sudah semakin membaikkah?
03:56 Atau bagaimana nih Pak Danang?
03:58 Ya kalau dibilang membaik sih belum.
04:02 Kita masih sakit gitu obatnya belum ketemu.
04:06 Tapi sudah merasa lebih optimis karena di depan ini sudah masa lebaran
04:11 di mana domestik kita, market untuk tekstil akan kita punya harapan untuk meninggi.
04:18 Tapi memang kenapa kita bilang masih sakit ya?
04:22 Karena diagnosanya ya itu terlalu banyak produk-produk importasi
04:26 baik legal atau illegal yang masuk ke Indonesia
04:29 dan itu menjadi satu kompetitor yang tidak sehat dengan produk-produk domestik.
04:35 Sudah terjadi predatory pricing.
04:37 Sehingga produk-produk kita itu terkesan lebih mahal daripada produk-produk import.
04:43 Nah ini yang kita bilang kita masih sakit.
04:46 Kasihan teman-teman UKM kita, IKM kita yang produksi baju-baju untuk market domestik.
04:53 Mereka itu head to head dengan produk-produk luar yang masuk ke Indonesia
04:59 baik dengan cara legal atau illegal.
05:02 Tapi ini juga menjadi penting mas.
05:05 Mas, siapa tadi?
05:06 Mas Raz.
05:08 Itu naraca dagang kita dari khusus sektor tekstil kan dari tahun 2022 kan kita selalu negatif.
05:20 Mas, dari 2022 itu negatif banyak banget prosentase negativitas kita
05:28 dari 42 minus 42 persen sampai tahun sekarang di akhir tahun 2023
05:34 juga masih minus 48,15 persen.
05:37 Ini angka yang cukup memerlukan perhatian lebih.
05:44 Kita tahu pemerintah sudah melakukan beberapa cara strategi, barrier, kemudian juga safeguard
05:53 dan lain-lain bahkan razia produk-produk illegal import begitu ya khususnya dari tekstil sendiri.
05:58 Apakah belum efektif atau belum masif atau bagaimana sih sebenarnya nih pak?
06:03 Ya sebenarnya safeguard kan sudah selesai pada tahun lalu.
06:08 Kami sedang memohonkan untuk perpanjangan lagi di tahun ini ke depannya.
06:13 Safeguard ini penting sekali ya karena bagaimanapun kita butuh perlindungan dari produk-produk kompetitor kita dari luar negeri.
06:21 Dan juga pemerintah sedang menyusun hal itu kami mengapresiasi Kementerian Perdagangan,
06:27 Kementerian Keuangan yang saat ini sedang menyusun rancangan terkait dengan safeguard untuk tahun ini ke depan.
06:36 Tapi kami juga berterima kasih kepada pemerintah karena pemerintah juga berusaha keras untuk memperbaiki situasi kecenduhan pasar domestik kita dari produk-produk import.
06:47 Di antaranya ya memang kita harus membuat non tarif barrier lebih kuat.
06:52 Kita lihat ya non tarif barrier di Indonesia itu relatif jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain ya.
06:59 Apalagi kalau hanya sebanding dengan ASEAN kita sangat-sangat rendah.
07:03 Negara-negara lain memproteksi market mereka dengan non tarif barrier secara lebih ketat.
07:09 Kita agak longgar sekali itu dalam situasi yang kita gak ngerti bagaimana situasi ini bisa terjadi sehingga produk-produk kita menjadi
07:20 sangat kesulitan untuk melawan produk-produk asing yang masuk ke negara kita.
07:25 Bahkan kalau mas lihat batik aja kita pun sulit sekarang melawan produk-produk Tiongkok ya kan.
07:31 Padahal batik ini adalah produk khas Indonesia tetapi negara luar memproduksinya dengan jauh lebih baik, jauh lebih murah.
07:40 Nah bagaimana apa yang terjadi disitu?
07:42 Dan kita harus cari itu.
07:44 Oke oke.
07:45 Nah kondisi ini apakah karena dipicu juga kebutuhan yang tinggi dalam artian demandnya tinggi belum bisa dipenuhi oleh producen tekstil lokal kah?
07:56 Atau memang karena kita tahu tadi non tarif barriernya kita paling sedikit kemudian mungkin ada bolong-bolongnya disana sini?
08:05 Ya karena begini ya, suatu saat pernah terjadi salah satu pimpinan di kabinet kita berbicara bahwa untuk mengadakan batik,
08:14 seragam batik untuk lembaga pemerintah boleh didatangkan dari impor.
08:20 Nah ini kan kemudian menjadi bumerang buat kita.
08:24 Kita bisa bilang bahwa kita mampu memproduksi lebih baik, mampu memproduksi lebih banyak, kapasitas dan kualitas kita tidak kalah.
08:34 Tetapi harus didukung dengan policy yang baik, dengan kebijakan yang baik.
08:39 Jadi produk-produk kita bisa merajai market dalam negeri kita.
08:44 Oke.
08:45 Nah kalau pemerintah terlalu permisif untuk membuka produk luar masuk ke Indonesia,
08:50 sementara kita juga memiliki struktur kos yang relatif lebih tinggi ya,
08:55 biaya tenaga kerja lebih tinggi, biaya gas agak lebih tinggi, biaya restrikt juga kurang lebih sepadat.
09:01 Terus kemudian biaya logistik kita lebih tinggi sedikit dibandingkan negara-negara ASEAN dan China,
09:07 maka kita mengalami situasi yang disebut dengan kompetitif price yang lebih tinggi daripada mereka.
09:15 Sehingga barang mereka bisa masuk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah.
09:18 Lalu kok bisa? Padahal ada logistik cost dari negara luar ke dalam.
09:23 Nah kami berpikir, apakah terjadi dumping di sana atau tidak?
09:28 Ya itu situasi yang kita tidak bisa kendalikan, maka yang bisa kita kontol adalah situasi dalam negeri kita.
09:35 Kita berharap sih teman-teman industri di textile dan garment kan selalu melakukan efisiensi-efisiensi
09:42 terkait dengan penggunaan bahan baku, terkait dengan elektrifikasi yang kemudian diganti menjadi solar energy,
09:49 sehingga biayanya lebih murah.
09:51 Tetapi infrastruktur ekosistem itu belum sepenuhnya mendukung.
09:56 Contoh, untuk membuat panel solar di pabrik-pabrik kita ternyata ada beban regulasi dari Kementerian ESDM
10:06 atau dari PLN itu sendiri. Jadi restriksi-restriksi ini menjadi hambatan buat kita untuk bisa memproduksi produk-produk
10:15 yang semakin banyak, semakin berkualitas, dan semakin murah.
10:19 Nah ini yang harus dijaga, kami menghimbau kepada pemerintah untuk bisa membantu kita menciptakan ekosistem yang lebih baik.
10:28 Tentu saja bapak ibu kita ya, bapak ibu textile kita ini kan di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pedagangan.
10:35 Nah dua Kementerian ini mesti benar-benar bisa mendengar suara para pelaku CPT ya,
10:42 textile dan produk textile untuk melihat bagaimana kendala-kendala kita sehingga kita mengalami situasi yang menyulitkan pada saat ini.
10:51 Lantas bagaimana dengan implementasi permendag nomor 36 tahun 2023 ini tentang pembatasan importasi?
10:58 Apakah ini benar-benar bisa jadi solusi juga untuk menjaga iklim usaha textile Indonesia?
11:07 Ya, kita sangat-sangat appreciate dengan Pak Joe, Pak Menteri Pedagangan,
11:13 terkait dengan beliau sangat berani mengeluarkan permendag 36 dan ada sedikit perubahan di permendag 3 2024.
11:22 Itu kami di asosiasi petextilan dan industri garment pada umumnya itu mendukung penuh implementasi permendag 36 itu.
11:33 Ini satu terobosan reformasi yang berani dikeluarkan oleh Pak Joe.
11:37 Untuk apa sih tujuannya? Tujuannya untuk ini loh mas, untuk membatasi importasi atau banjir importasi textile dan produk textile secara ilegal dan legal.
11:50 Kalau dulu sebelum ada permendag ini, textile dan produk-produk textile itu kan bisa masuk ke dalam negeri melalui mekanisme post border.
11:59 Artinya setelah tidak diperiksa di pelabuhan tetapi diperiksa di luar pelabuhan.
12:05 Nah ini mengakibatkan siapa yang bisa periksa, tidak ada orang bertanggung jawab.
12:09 Untuk periksa di pabrik-pabrik atau di gudang-gudang kan gak mungkin.
12:14 Maka permendag ini mengatur untuk mengubah skema dari post border menjadi border.
12:20 Jadi diperiksa di pelabuhan. Nah ini akan lebih akurat.
12:24 Kita bisa menghitung kuantitinya, kita bisa menghitung pajak masuknya, jadi negara juga diuntungkan.
12:30 Nah kami mendukung penuh. Ini terobosan luar biasa yang berani dilakukan oleh Pak Joe sebagai Menteri Pendagangan.
12:39 Nah kami lihat dengan implementasi permendag 36 ini memang masih ada beberapa keluhan dari sektor lain.
12:48 Misalnya tadi disampaikan di preview berita ini kan soal justice atau apa tuh barang-barang masuk.
12:55 Bawaan penumpang ya, tentu saja ada keluhan, ada yang diuntungkan.
13:02 Kami lihat aspek kemanfaatannya atau aspek keberuntungannya tuh lebih tinggi daripada keluhan-keluhan yang sifatnya pribadi seperti itu.
13:12 Oke, oke. Nah itu dia kalau kita lihat dengan momentum Ramadan ini.
13:16 Apakah benar-benar bisa menjadi momen yang tepat untuk kita bisa bangkit lagi.
13:20 Meskipun tantangannya banyak loh, walau sudah Pak Dadang jabarkan tadi dari logistiknya,
13:25 energinya, kemudian kebijakan-kebijakanannya. Kita bahas lagi di segmen berikutnya Pak Dadang.
13:30 Kita akan jendak dulu sebentar ya. Dan Pemirsa kami akan segera kembali.
13:34 Terima kasih Anda masih bergabung bersama kami dalam Market Review.
13:45 Pemirsa berikut ini kami sampaikan data untuk Anda terkait dengan ekspor pakaian jadi menurut negara tujuan utama.
13:51 Ini dia beberapa negara tujuan ekspor untuk produk pakaian jadi.
13:57 Indonesia, Inggris ada 58 ribu ton, kemudian Korea Selatan 185 ribu ton,
14:04 Jerman 121 ribu ton, kemudian Jepang 231 ribu ton, dan Amerika Serikat 1,7 juta ton.
14:13 Jadi untuk ekspor pakaian jadi Indonesia ya, data dari BPS.
14:18 Berikutnya untuk impor tekstil dan barang tekstil.
14:21 Selengkapnya bisa Anda saksikan di layar televisi Anda untuk nilai importasinya kemudian juga dengan volume importasi.
14:30 Ya kalau kita lihat dari 2019 sampai dengan 2021 dari 2,37 juta dari sisi volume import
14:41 ini kemudian bergerak sampai dengan 2,16 juta di tahun 2022.
14:49 Kemudian dari sisi nilai impornya 10,13 miliar dolar Amerika.
14:58 Baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak Danang Girindra Wardana
15:09 yang adalah Direktur Eksekutif Asosiasi Per-Tekstilan Indonesia.
15:13 Ya Pak Danang kita akan lanjutkan kembali Pak.
15:16 Kalau kita bicara mengenai beberapa poin yang tadi sudah disampaikan
15:23 kemudian bagaimana dengan penerapannya implementasi Anda sudah memberikan apresiasi yang tinggi juga
15:29 upaya dari pemerintah khususnya tadi Kementerian Perdagangan dengan adanya permendak 36 tahun 2023.
15:35 Lantas bagaimana Anda melihat dengan tahun 2024 ini?
15:39 Apakah benar-benar inilah satu lagi pijakan kita ataupun momen untuk bangkit kembali industri tekstil Indonesia?
15:48 Ya tentu saja permendak 36 ini kan salah satu mekanisme atau sistem pengaturan antarik barier
15:55 yang akan merasakan kemanfaatannya pada awalnya adalah teman-teman di industri IKM
16:01 dan pabrikan atau industri yang memproduksi baju-baju atau garment, fashion garment
16:08 itu yang merasakan kemanfaatannya pertama karena mereka akan lebih berkurang persaingannya
16:14 dengan produk-produk barang jadi yang masuk.
16:17 Terus kemudian yang akan menerima kemanfaatannya kemudian ya di tahap berikutnya itu adalah industri tekstil
16:23 karena kemudian permintaan akan tekstil kan menjadi meninggi
16:28 sehubungan dengan produksi garment, fashion yang menaik kan.
16:32 Dan dari kemanfaatan berikutnya di industri yang paling gulu sekali yaitu sektor serat, filament dan seterusnya itu
16:39 mereka akan mendapatkan kemanfaatannya. Jadi kami lihat dampak positif dari permendak 36 2023 ini
16:47 nanti adalah di pertengahan tahun atau ujung tahun 2024 ketika seluruh sektor dari gulu ke hilir itu mulai bergeliat
16:57 karena produk-produk jadinya mulai dikonsumsi pasar, industri menengah juga mulai bertumbuh
17:04 karena permintaan tekstilnya meninggi kan dan serat filament dan seterusnya, pewarnaan dan seterusnya
17:09 itu akan menjadi bagian dari siklus tekstil yang bagus.
17:12 Nah ini akan menguntungkan juga teman-teman pekerja yang bekerja di sektor TPC dan garment
17:19 karena mereka kemudian akan mendapatkan kapasitas pekerjaan yang bagus
17:25 sehingga mereka juga mendapatkan income yang relatif jauh lebih bagus.
17:29 Saya kira aspek lokomotif dan gerbong-gerbong ini akan berjalan terlihat sekali nanti di ujung tahun 2024.
17:38 Baik, baik. Oke. Nah, momen Ramadan ini bagaimana Pak Danang?
17:43 Eh Ramadan kali ini juga kita tetap optimis lah ya meskipun kita lihat inflasi cukup agak menaik sedikit
17:52 mengingat harga komoditas beras, butuhan pokok itu juga relatif menaik ya.
17:58 Saya yakin pemerintah akan berhasil mengaksesinya dalam 1-3 bulan ke depan karena ini bahan pokok ya.
18:05 Tapi kalau inflasinya tidak terjaga maka kebutuhan barang-barang primer seperti baju
18:11 dan kemudian sekender baju-baju yang lebih luxury gitu juga akan berkurang ya
18:18 karena daya belinya juga akan menurun.
18:20 Tapi memperbaiki daya beli ini akan terlihat apabila kita mampu menciptakan lapangan kerja
18:26 bagi para pekerja di sektor yang padat karya.
18:30 Di sektor padat karya ini pastilah didukung dari produk-produk garmen, sepatu ya.
18:36 Jadi kita optimis lah pada lebaran kali ini akan menjadi titik balik untuk tahun 2024 menjadi lebih bergairah lagi.
18:46 Nah lantas bagaimana dengan tantangan dari di luar kalau kita bicara mengenai kor bisnisnya sendiri
18:53 dari industri tekstil ya.
18:56 Harga energi kemudian logistik begitu anda melihat bagaimana?
19:01 Apakah benar-benar bisa membuat harga produk tekstil kita kompetitif akhirnya?
19:07 Ya mestilah ya. Jadi kalau harga energi kita merendah maka komponen produksi dari cost structure kita
19:15 akan menurunkan. Harga-harga di produk tekstil hulu itu kan yang terkait banget itu kan listrik dan gas.
19:23 Ini menjadi concern besar kita. Tapi di tingkat hilir ya energi dan logistik karena mulai banyak lah barang-barang.
19:31 Jadi itu dilakukan dengan mesin-mesin jahit ya. Itu harus kita pikirkan.
19:40 Nah kalau saat ini tarif listrik kita ya relatif sama atau ya sedikit lebih tinggi lah diantara negara-negara ASEAN ya.
19:49 Apalagi kalau dibandingkan dengan Bangladesh atau kemudian negara-negara producen tekstil yang garment yang besar ya
19:55 seperti Cambodia, Bangladesh. Jadi kita harus melihatnya menjadi bagian besar.
20:05 Kalau kita membuat indeks kompetitif dalam negeri kita lebih tinggi kita harus mengkomparasi dengan negara-negara tetangga
20:12 yang memiliki produk-produk pandat karya juga yang sama. India menaik lebih cepat daripada Indonesia.
20:20 Indonesia saat ini ada di level 8 atau 9. Tapi teman-teman kita di ASEA dan ASEA itu jauh lebih produktif
20:29 di sektor pandat karya. Nah kita harus menemukan root cause-nya ya apa penyebab utamanya
20:37 sehingga industri tekstil kita tidak bisa mengalahkan rekan-rekan kita di negara-negara lain.
20:43 Salah satu concern besar kita adalah indeks logistik kita yang relatif lebih mahal.
20:50 Kedua kita masih terkena double taxation yang bertingkat-tingkat ya dari producen dulu sampai producen garment itu
20:58 pajaknya banyak banget tuh. Logistiknya juga tinggi banget tuh dari hulu sampai hiri.
21:05 Nah mungkin kita perlu mereformasi cara pikir kita untuk memotong komponen-komponen pajak dari mata rantai itu mas.
21:14 Kalau energi gak bisa turun maka salah satu cara dilakukan pemerintah adalah mengurangi beban pajak.
21:20 Gitu dia. Pandanang, insentif kan sudah diberikan juga kalau tidak salah begitu untuk permajaan alat-alat permesinan lah
21:27 khususnya begitu. Kita akan bahas nanti di segmen berikutnya kita akan jelasin lagi nih Pak.
21:30 Dan Pemirsa kami akan segera kembali usai paliwara berikut ini.
21:33 Ya Pemirsa kita lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak Danang Girindra Wardana
21:46 Direktur Eksekutif Asosiasi Tekstilan Indonesia.
21:49 Pak Danang kita akan lanjutkan kembali. Lantas bagaimana dengan insentif yang diberikan untuk industri nya sendiri?
21:54 Ada peremajaan dari mesin-mesin tekstil begitu yang diberikan oleh pemerintah?
21:59 Tahun lalu dapat kemudian tahun ini juga ada bagaimana Anda melihatnya?
22:02 Apakah sudah terrealisasikah atau bagaimana?
22:06 Ya kita tidak bisa melihat itu secara detail ya karena masing-masing perusahaan yang mendapatkan kredit lunak
22:15 dari pemerintah untuk peremajaan mesin-mesin itu juga tidak bisa secara terbuka membuat laporan kepada publik.
22:22 Itu masih confidential diantara mereka sendiri.
22:26 Tapi kita lihatlah korporasi-korporasi besar di industri DPT kan kemudian juga banyak yang melakukan
22:34 overhaul atau peremajaan mesin-mesin mereka secara mandiri ya.
22:38 Tidak terlalu tergantung pada pemerintah.
22:40 Karena bagaimanapun juga dari pemerintah memberikan juga ada batasan-batasan yang tidak seperti yang kita bayangkan
22:47 akan bulky, besar dengan kapasitas seperti yang kita harapkan tidak begitu juga.
22:53 Nah kita lihat sih saat ini sebenarnya yang dibutuhkan lebih banyak sebenarnya
22:58 terkait dengan penurunan suku bunga kredit agar manufaktur kita bisa berkembang
23:04 karena mendapatkan kredit yang lebih terjangkau dari para korporasi.
23:09 Kita harus perhatikan ya, suku bunga kredit di Indonesia kan relatif lebih tinggi ya dibandingkan negara-negara ASEAN ya.
23:17 Sehingga memacu industri hilir atau manufaktur kita harusnya dimulai dari kredit perbankan yang lebih lunak.
23:25 Yang lain-lain bisa mengikuti kok, misalnya alih teknologi, misalnya komponen bahan baku,
23:31 misalnya kemudian SPM-nya itu bisa kita atur dan sedemikian lupa.
23:35 Tapi yang paling penting adalah modal usaha.
23:38 Nah modal usaha ini kan dikontrol oleh suku bunga Bank Indonesia sehingga kita bisa memiliki kepastian
23:46 berapa banyak yang kita bisa jangkau dalam konteks financial arrangement di 5-10 tahun ke depan.
23:55 Suku bunga kita kan relatif lebih tinggi mas.
23:58 Itu dia, karena itu memang terkait dengan kondisi dari global juga yang menjadi perhatian dari Bank Indonesia
24:05 begitu dimana hari ini tidak akan dihubungkan nanti ini siang nanti seperti apa sih suku bunga acuan Bank Indonesia
24:11 apakah tetap dipertahankan di level-level saat ini?
24:13 Saya sudah bisa masuk ke single dikit.
24:17 Baik, nah Pak Danang ini yang banyak dikhawatirkan orang.
24:20 Apakah ancaman PHK masih tetap terbuka ataupun berpeluang terjadi juga di tahun ini?
24:28 Ya mas, terutama di industri hulu dimana kita juga melihat bagaimana utilisasi mesin-mesin kita
24:35 di industri hulu kan menurun 40% ya, jadi kita beroperasi di angka 50-60%.
24:42 Ini kondisi yang tidak sehat, tapi kita bisa lihat dan punya optimisme
24:46 kalau situasi pasar domestik dan pasar ekspor membaik maka itu bisa diatasi dalam setengah tahun ke depan.
24:53 Jadi jangkanya cukup pendek mas, tidak seperti industri padat teknologi yang panjang.
24:59 Kalau industri padat karya itu jangka utilisasinya bisa relatif pendek-pendek lah, 6 bulan gitu bisa kita jangkau.
25:08 Nah kita berharap tidak akan ada lagi pemutusan tenaga kerja sejauh pemerintah konsisten menerapkan
25:15 misalnya permendak 36, konsisten terus-menerus dilakukan sehingga kita punya jaminan terhadap eksistensi pasar.
25:27 Kalau ini tidak terjamin ya kita menjadi ragu lagi karena pasar jenuh lagi dengan produk-produk impor.
25:33 Oh oke, ya itu dia. Yang penting memang adalah implementasinya begitu ya.
25:39 Kalau kita lihat memang implementasi konsistensi betul.
25:43 Itu yang ditunggu oleh masyarakat saat ini dan tentunya pelaku industri nya sendiri di tekstil dan juga produk tekstil.
25:49 Baik Pak Danang, terima kasih banyak ini atas waktu dan sharing yang anda sampaikan kepada pemirsa.
25:53 Semoga bisa menjadi insight baru lah terkait dengan industri tekstil Indonesia saat ini.
25:58 Selamat melanjutkan aktivitas anda kembali. Salam sehat Pak Danang.
26:01 [Musik]
26:03 [MUSIK]
Recommended
3:26
11:28
2:59
2:51
1:41
1:25
2:27
1:49
44:27
1:40
2:24
1:59
2:26
4:37
Be the first to comment