00:00Sidang Dewan yang terhormat, sepanjang tahun sidang 2024-2025 ini,
00:07DPR RI bersama dengan pemerintah telah menyelesaikan 16 rancangan undang-undang menjadi undang-undang,
00:15serta sedang membahas 10 rancangan undang-undang yang berada pada tahap pembicaraan tingkat 1.
00:22Itulah pernyataan dari Ketua DPR Puan Maharani dalam satu tahun 16 undang-undang disahkan.
00:31Bung Hugo, betulkah seperti sinyalemen dari Bung Fahri tadi memang ada penyeragaman suara di parlemen,
00:42sehingga hilanglah sikap kritis terhadap pemerintah, padahal parlemen punya tugas parle berbicara dan mengkritisi pemerintah.
00:49Ya tidak seluruhnya juga sih sebenarnya.
00:52Tidak seluruhnya?
00:53Artinya ya secara individual, ya kita tetap melakukan mengkritisi bagian-bagian artinya dalam tugas pengawasan.
01:07Mengkritisi secara terpimpin?
01:09Ya mengkritisi. Artinya terpimpin oleh undang-undang.
01:14Terpimpin oleh undang-undang dan aturan main yang ada.
01:17Dalam arti bahwa banyak kebijakan-kebijakan, implementasi daripada apa yang disampaikan oleh Pak Presiden.
01:28Artinya ide Presiden menyampaikan hal-hal yang menurut saya juga bagus-bagus semuanya.
01:34Tetapi ketika implementasinya kebawah, ini kan banyak hal yang tidak selalu sejalan dengan apa yang disampaikan itu.
01:42Nah sehingga ya kita melakukan pada level itu, ya artinya sebagai anggota DPR, ya di PDI Perjuangan, kita memberikan pandangan-pandangan, tetap memberikan pandangan-pandangan kritis itu.
01:55Dan itu selama ini no problem.
01:58Masyarakat bisa menilai itu kan.
02:01Ketika perahara Agustus, kenapa tidak ada pengawasan yang cukup signifikan dari parlemen?
02:06Ya, jujur aja mas ya, ketika peristiwa itu banyak anggota DPR juga takut bicara.
02:13Takut bicara?
02:14Dan sampai sekarang masih takut?
02:15Situasi seperti itu gitu.
02:17Artinya saya sendiri saya bicara gitu, beberapa kali kan ya kita cepat ngobrol juga gitu, di Kompas TV.
02:25Tapi ya dengan situasi di mana public discourse begitu, apa ya, jujur saya katakan DPR kan sepi beberapa waktu, praktis sepi gitu.
02:38Dan ya banyak yang juga kagok untuk bicara.
02:42Nah, tapi ya kemudian misalnya di Komisi 13 pada waktu itu memang lagi rame-rame kami sedang membahas soal anggaran pada waktu itu dan bicara dengan Komnas HAM.
02:53Karena waktu itu Komnas HAM kebetulan memang mereka ada statement yang berkaitan dengan peristiwa itu bahwa tidak ada pelanggaran HAM berat gitu.
03:03Nah disitu kami mengkritisi, jangan terlalu pagi-pagi menyampaikan statement seperti itu gitu.
03:09Yuk bikin investigasi dulu untuk kemudian membuktikan peristiwa itu, untuk kemudian baru memberikan penilaian terhadap peristiwa kerusuhan itu.
03:22Kita tunggu sampai sekarang.
03:23Oke, ini semacam tadi Bung Hugo juga mengatakan ada ketakutan ya.
03:28Ini semacam ada semacam republik ovir gitu.
03:31Republik penuh dengan ketakutan, takut bicara, takut ini, takut itu, akibat dari situasi ini atau Anda lihat gimana sih sebenarnya?
03:39Ya, karena kepentingan-kepentingan di antar kelompok-kelompok elit.
03:47Yang saya maksud kelompok di sini adalah partai-partai politik.
03:51Mereka itu bukan hanya mau menyelamatkan pemimpinnya, melainkan juga partainya secara keseluruhan gitu.
03:58Nah kalau Anda lihat misalnya PKS ya, yang selama 10 tahun belakangan ini itu selalu berada di luar,
04:07itu lama-lama juga tidak tahan.
04:10Tidak tahan, harus masuk ke dalam.
04:12Ya harus masuk ke dalam, walaupun memang harus kita akui bahwa PKS dari dulu adalah pendukung dari Prabowo Subianto ya.
04:19Siapapun pasangannya pada waktu itu gitu.
04:23Nah jadi kalau kita lihat dari sini, maka yang mau dilihat, yang mau diselamatkan oleh mereka itu adalah survivalitas.
04:32Dari partai-partai politik.
04:33Survivalitas ya.
04:34Dari partai-partai politik.
04:36Dan kalau kemudian kita lihat ya, hubungan antara utusan Presiden Prabowo dengan Mbak Megawati,
04:46yang saya kagumi itu, yang saya katakan perempuan terkuat di dunia itu,
04:51itu juga harus kita lihat ya, kaitannya antara survivalitas dari PDIP itu sendiri,
04:59dengan ya, perkembangan politik baru pasca Jokowi gitu.
05:04Nah, jadi adaptasi-adaptasi yang mereka lakukan,
05:08mereka maksud saya di sini adalah partai-partai politik itu,
05:12itu mengarah kepada sebuah asumsi perpecahan di kalangan elit.
05:19Yang saya maksud elit di sini adalah,
05:21wakil-wakil partai politik di dalam parlemen, maupun di dalam kabinet,
05:27itu akan menimbulkan masalah bagi tercapainya tujuan nasional.
05:32Jadi asumsi dasar inilah yang terus menerus ya,
05:36dibentuk oleh mereka,
05:38lalu kemudian jalannya adalah melalui retret.
05:42Itu tadi gitu.
05:43Oke, baik.
05:44Nah, ini yang kemudian kita lihat ya,
05:46sesuatu yang menarik dari pola political behavior,
05:52pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Prabowo sekarang ini.
05:56Oke, baik.
05:58Bung Kodari, jadi kalau Istana melihat,
06:00atau Bung Kodari melihat,
06:02situasi demokrasi sekarang ya,
06:04termasuk tadi yang Bung Fahri mengatakan juga,
06:06kesatuan elit menjadi penting,
06:09lalu kemudian ada penyeragaman pendapat,
06:11bagaimana sih Anda lihat situasi demokrasi kita saat ini?
06:13Pertama, menurut saya PR kita dua ya,
06:20yang satu soal teknokrasi,
06:22bagaimana program-program yang ditujukan untuk membantu,
06:28melindungi, melayani masyarakat itu bisa dilaksanakan dengan baik.
06:32Apalagi Pak Prabowo ini programnya ada yang baru-baru,
06:36ada yang banyak, dan skalanya sangat masif.
06:39Itu tantangan terbesar menurut saya.
06:41Nah, kalau soal demokrasi,
06:43kalau saya sih percaya bahwa pertama,
06:46dalam masyarakat itu ada berbagai macam kelompok aspirasi dan pemikiran.
06:52Dan berbagai kelompok pemikiran dan aspirasi itu,
06:55kemudian melahirkan partai-partai politik.
06:58Dan ketika kita bicara demokrasi,
07:00otomatis di dalamnya itu ada ruang kompetisi,
07:02atau ada ruang kontestasi.
07:05Nah, dalam sebuah sistem politik dan pemerintahan,
07:09ini pengalaman baik di luar maupun sekarang saya di dalam.
07:13Dan sebagai surveyor, Mas Budiman,
07:15itu saya hebat-hebatnya seorang presiden,
07:19dia 80 persen lah, 85 persen lah itu maksimal tingkat kepuasan.
07:24Selalu ada saja sekitar 15-20 persen dari pemilih itu yang tidak puas.
07:29Nah, ruang yang tidak puas ini,
07:32ini pasti menjadi insentif elektoral bagi partai politik.
07:37Saya kira itu yang antara ini menyebabkan kenapa
07:39PD Perjuangan misalnya tidak bergabung dalam pemerintahan.
07:44Dan pada hari ini kan notabene boleh dibilang
07:46hampir tidak ada sama sekali perwakilan dari PD Perjuangan
07:48di dalam pemerintahan begitu.
07:50Dan logika yang sama menurut saya juga terjadi pada partai Nasdem.
07:54Jadi sebetulnya ruang-ruang kritisisme,
08:00ruang-ruang ketidakpuasan itu
08:04otomatis akan diambil oleh partai-partai politik tertentu,
08:08seperti misalnya PD Perjuangan.
08:11Dan menurut saya pemerintah juga sebetulnya memang lebih baik begitu.
08:16Artinya karena ada yang tidak puas,
08:19maka kemudian itu harus disuarakan.
08:21oleh parlemen, oleh teman-teman aktivis,
08:27seperti teman saya Bibit, begitu.
08:29Jadi artinya supaya apa?
08:31Supaya memang yang tidak puas itu merasa punya perwakilan Mas Buriman.
08:35Dan menurut saya itu yang terjadi pada hari ini.
08:37Jadi kondisi demokrasi Indonesia baik-baik saja, Bung Kodari, sebetulnya?
08:41Menurut saya baik.
08:43Kita punya sistem pemilu berjalan,
08:45sesuai dengan jadwal,
08:48terjadi pergantian kepemimpinan sesuai dengan
08:50sirkulasi elitur yang berlaku,
08:52transisinya berjalan dengan baik.
08:56Hari ini yang berkuasa PDI Perjuangan,
08:59kemudian berganti dari Gerindra,
09:01mungkin nanti Golkar,
09:02dan seterusnya.
09:03Menurut saya sirkulasi itu terjadi,
09:06dan koreksi juga terjadi.
09:07Kalau saya pribadi sih,
09:09percaya bahwa pemerintah itu
09:10menyadari sepenuhnya bahwa
09:12yang namanya kebijakan publik tidak sempurna,
09:14ada blind spot di sana,
09:15dan fungsi oposisi di parlemen,
09:18di kalangan aktifis itu adalah
09:19untuk mengingatkan kita semua,
09:21untuk memperbaiki agar kualitas kebijakan publik
09:23menjadi lebih baik lagi.
09:26Oke, baik.
09:27Bung Bip,
09:28jadi kalau menurut Bung Kodari,
09:30sebetulnya kondisi demokrasi dia
09:31oke-oke saja,
09:32nggak ada problem.
09:33Meskipun William Lidl menulis di tempo
09:35dengan sangat keras,
09:36menyerupai totaliter,
09:38sebetulnya yang sedang terjadi.
09:40Kalau menurut analisis Anda,
09:41gimana seperti kondisi demokrasi Indonesia
09:42setahun pemerintahan Prabowo Gibran itu?
09:44Tidak baik-baik saja.
09:45Jadi satu bagian yang tadi
09:47Mas Budiman nyeletuk
09:49soal sirkulasi elit.
09:51Pertanyaannya apakah benar ada sirkulasi elit
09:53atau hanya sirkulasi nama partai?
09:56Karena buat saya sebenarnya
09:58akhir-akhir ini tidak ada sirkulasi elit.
09:59Kalau kita maknai elit sebagai kelompok tertutup
10:03yang memang mengambil berbagai macam
10:05keuntungan ekonomi maupun politik di negara ini,
10:07itu satu.
10:08Kemudian yang kedua,
10:09yang kita harus perhatikan,
10:11betul bahwa misalnya
10:12pemilu berjalan sesuai rencana.
10:14Tapi kan kita kalau menganalisis demokrasi
10:16mesti masuk ke substansinya.
10:18Apakah pemilu itu free and fair?
10:21Apakah benar?
10:22Tidak ada kecurangan,
10:23dan jujur dan adil,
10:25dan seterusnya.
10:27Catatannya banyak sekali
10:28mengatakan ternyata itu tidak terjadi.
10:31Makanya juga ada pertanyaan
10:32soal legitimasi dari pemerintahan yang sekarang.
10:35Kemudian yang ketiga,
10:36juga yang kita harus lihat,
10:38kalau di dalam konteks DPR,
10:40kan memang kita ini ya,
10:42sebagai sistem presidensialisme multipartai,
10:46akhirnya mau tidak mau,
10:48presiden yang menang akan harus membentuk koalisi.
10:51Tapi koalisi saat ini sudah terlalu besar.
10:53Kalau misalnya ada individu-individu,
10:55yang mungkin kita bisa nonton di TV,
10:57di Youtube, segala macam,
10:58masih bisa berdebat,
10:59baiklah.
11:00Tapi pengambilan keputusan,
11:02itu kan yang mengambil bukan individu-individu.
11:04Di DPR bukan one person,
11:06one vote.
11:07Tapi one fraksi, one vote.
11:09Dan pada akhirnya,
11:10ini yang menyebabkan banyak sekali
11:11pengambilan keputusan soal undang-undang,
11:14soal tadi Mas Budiman tanyakan dengan kritis,
11:15kenapa nggak ada follow up
11:17sejak Prahara Agustus oleh DPR?
11:19Secara resmi,
11:20kalau orang per orang ngomong di media masa,
11:25ya kita hitung saja sebagai individu.
11:27Tapi kan DPR sebagai institusi,
11:29juga mesti kita baca,
11:31ini legislatif loh,
11:32wakil rakyat.
11:33Kalau mereka tidak bersikap
11:34terhadap isu-isu besar-besar,
11:36tidak misalnya,
11:37kalau dulu misalnya rajin bikin pansus,
11:40saya membayangkan,
11:41mestinya sudah ada pansus MBG.
11:43Karena sudah banyak sekali korbannya misalnya.
11:45Tapi kan nggak ada.
11:47Semua hanya ada narasi di media masa,
11:50dan di media sosial,
11:52yang hanya bertanding narasi kuat-kuatan saja.
11:55Oke, baik.
11:56Jadi apa yang harus dikerjakan oleh pemerintahan Prabowo Gibran
11:58dalam 4 tahun ke depan,
12:00dan tetap mempertaruhkan nasib demokrasi Indonesia?
12:02Kita bahas setelah jeda berikut ini.
12:06Terima kasih.
12:09sub indo by broth3rmax
12:13Terima kasih.