Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JERMAN, KOMPAS.TV - Dinding bukan sekadar tembok. Bagi Daniel Parasaudi, seniman grafiti asal Indonesia, dinding adalah warisan.

Karya terbarunya di Berlin menampilkan grafiti unik bercita rasa "rendang" yang mencuri perhatian publik.

Sahabat KompasTV, seperti apa kisah di balik karya grafiti khas Indonesia yang mewarnai dinding Berlin ini? Berikut liputan selengkapnya dari jurnalis DW Indonesia.

#seniman #mural #jerman #indonesia

Baca Juga Dukung Grand Prix of Indonesia 2025, Pertamina Libatkan 20 UMKM Dongkrak Ekonomi Daerah | SAPA PAGI di https://www.kompas.tv/regional/621442/dukung-grand-prix-of-indonesia-2025-pertamina-libatkan-20-umkm-dongkrak-ekonomi-daerah-sapa-pagi
___
FB: DW Indonesia
IG: @dw.nesia
X: @dw_indonesia
TikTok: @dw_nesia
YT: DW Indonesia

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/621443/kisah-seniman-graffiti-indonesia-daniel-parasaudi-hiasi-dinding-berlin-kompas-siang
Transkrip
00:00Kita kesorotan lainnya, saudara, dinding bukan sekedar tembok.
00:04Bagi Daniel Parasaudi, seniman grafiti asal Indonesia, dinding adalah warisan.
00:10Seperti apa kisah dibalik grafiti unik, yakni bercita rasa rendang yang mewarnai Berlin ini?
00:17Berikut liputan dari jurnalis DW Indonesia selengkapnya untuk Anda.
00:20Ini adalah Daniel Parasaudi, pria asal Sukabumi Jawa Barat ini berantau ke Jerman sejak 4 tahun silam.
00:32Apa yang ia lakukan?
00:33Karena kecintaanku terhadap rendang, dan aku harus pindah ke negara yang dimana sulit untuk mencari rendang,
00:41akhirnya aku mencoba untuk masak sendiri.
00:45Bahan-bahan yang aku pakai untuk bikin rendang pun bisa aku adaptasiin ke warna-warna yang biasa aku pakai.
00:52Contohnya kayak kunyit, kunyit itu kuning, cabai merah, santan yang bisa biasa putih atau krem juga aku pakai di situ.
01:02Dan proses akhirnya rendang yang jadi marun.
01:04Sebelum memutuskan untuk menjadi seniman grafiti penuh waktu,
01:08ia bekerja di bagian dapur di salah satu restoran di Berlin untuk menyambung hidup.
01:12Aku mengawali di sini itu tidak sebagai seniman, jadi perantau dan insting bertahan hidup.
01:18Jadi aku mencoba bekerja di beberapa restoran juga.
01:24Itu pun bagian dari hobiku juga ya, aku senang masak, aku senang gambar.
01:29Jadi aku juga nggak bisa ngebayangin diriku di luar dua profesi tersebut.
01:36Di balik setiap warna yang ia goreskan di atas kanvas atau tembok, tersimpan makna dan kisah tersendiri.
01:40Bahkan karyanya diminati kolektor dari luar Jerman.
01:44Jadi ini karya lukis realisku, modelnya istriku juga.
01:49Kalau yang ini, ini tuh lukisan, sebenarnya ini udah di print,
01:55tapi lukisan aslinya udah dibeli sama kolektorku dari Poland.
01:59Di luar ekspetasi ternyata ada satu kolektor yang suka sama karyaku gitu.
02:05Dan dia siap ngeluarin uang banyak buat beli karya itu gitu.
02:10Dan itu jadi patokanku, oh ternyata aku pameran di Berlin sendiri,
02:16bagiku kayaknya aku nggak bisa ekspek untuk jual karya.
02:19Tapi untuk di luar Berlin, ya aku siap sih.
02:22Meski tak mudah menjadi seniman grafiti di negeri orang, Daniel selalu punya alasan yang menguatkannya.
02:27Ini bunker, jadi studio pertama aku disini.
02:35Aku dulu berkarya, kerja, ngabisin waktu selama winter disini.
02:43Kalau dari support system yang jelas, dari apresiasi bener-bener hebat sih disini, salut banget gitu.
02:50Dan terutama dari keluarga ya, keluarga sendiri.
02:53Dan kebetulan keluarga besar juga memang semua seniman.
02:57Jadi untuk support dalam berkarya bener-bener lebih dari 100 persen gitu.
03:03Kayaknya kalau di Indonesia tuh stigmanya lu kerja tuh harus pakai setelan kemeja,
03:08pakai selana panjang, pakai pantofel, segala macem.
03:11Tapi kalau disini kan ya ginilah, setelan kerja gua gitu.
03:15Jadi kayaknya lebih open mind aja.
03:17Dari Berlin, Jerman, Levi Wardana, Sorta Karolin, Dewi Indonesia melaporkan untuk Kopas TV.

Dianjurkan