Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin
Setelah sempat mengatakan akan kembali menjadi rakyat biasa usai purna tugas sebagai Presiden RI, Jokowi kini siap bekerja keras membesarkan PSI, partai yang dipimpin anaknya sendiri, Kaesang Pangarep.

Mahkamah Konstitusi memutuskan Presidensial Threshold 0 persen. Ini membuka peluang siapa saja bisa maju sebagai capres, termasuk Gibran Rakabuming Raka. Apakah PSI disiapkan untuk menjadi kendaraan politik Gibran di Pilpres 2029?

Program ROSI mengundang Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes.

Saksikan dalam ROSI episode Jokowi Sokong PSI demi Gibran di 2029? Tayang Kamis, 24 Juli 2025 pukul 20.30 WIB di KompasTV.

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/607246/full-hubungan-prabowo-mega-pdip-jokowi-psi-menurut-pengamat-rosi
Transkrip
00:00Terima kasih.
00:30Mungkin orang menganggap kita masih gajah yang kecil, tapi gajah yang kecil itu tetap besar. Jadi lihat nanti.
00:48Saya akan full mendukung PSI. Saya akan bekerja keras untuk PSI.
01:00Saya pernah menyampaikan kepada teman-teman semua ketika itu, kalau kalian enggak dapat sedikitpun darahnya keluarga Pak Jokowi atau Pak Jokowi sendiri, kita tutup partai ini.
01:17Jadi PSI ini, kalau bisa membaca isi hatinya Presiden Republik Indonesia.
01:32Ini saya tidak ngarang. Banyak yang dekat sama saya tahu betapa salah satu binatang yang paling saya sayang adalah gajah.
01:46Ini gimana sih? PSI kan partai masih kecil di kabinet banyak sekali.
01:51Selamat malam saudara. Anda menyaksikan program ROSI bersama saya, Friska Klarissa.
02:08Setelah sempat mengatakan akan kembali menjadi rakyat biasa setelah purna tugas sebagai Presiden RI,
02:14Jokowi kini siap bekerja keras membesarkan PSI, partai yang dipimpin anaknya sendiri.
02:21Malam ini kita akan bahas dan saya sudah mengundang Arya Fernandes, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial,
02:28Center for Strategic and International Studies, CASIS.
02:31Selamat malam, Mas Arya.
02:32Selamat malam, Friska. Terima kasih.
02:35Terima kasih sudah hadir di ROSI.
02:36Kita lihat tadi di tayangan, Pak Jokowi hadir di Kongres PSI bahkan bilang akan bekerja keras untuk PSI.
02:43Bisa enggak sih kalau dari CASIS membaca setidaknya, apakah kemunculan Pak Jokowi akan terkonversi menjadi angka untuk PSI?
02:53Pertama, saya kira Pak Jokowi memang akan full bekerja untuk PSI dan dia akan sungguh-sungguh untuk melakukan itu.
03:022024 kemarin banyak yang mengatakan bahwa kenapa Jokowi ketika masih menjadi presiden,
03:12tapi peningkatan suara PSI hanya sedikit.
03:16Meningkat dari 1,8 menjadi 2,89.
03:21Peningkatannya sedikit sehingga dalam dua kali pemilu, PSI tidak berhasil menembus Senayan.
03:27Nah sekarang bisa jadi ketika 2024, Pak Jokowi saya kira punya prioritas yang berbeda.
03:37Prioritasnya apa?
03:38Satu tentu memenangkan pasangan Prabowo Gibran.
03:43Yang kedua tentu menggolkan Gibran untuk menjadi wakil presiden.
03:48Nah prioritas itulah yang membuat menurut saya Pak Jokowi belum memberikan banyak usaha untuk membesarkan PSI.
03:59Sekarang Jokowi saya kira tidak punya tanda petik gawaian politik lagi.
04:06Tentu dan berharap PSI tentu bisa menjadi kendaraan tidak hanya bagi Pak Jokowi, tetapi juga bagi keluarga Solo.
04:16Jadi tidak pensiun tapi full timenya malah kerja di PSI?
04:19Full timenya malah jadi di PSI.
04:21Dan kalau kita lihat pengaruh-pengaruh baik Perdana Menteri maupun Presiden di beberapa negara,
04:28itu sebenarnya tidak otomatis akan hilang.
04:32Kita ingat misalnya di Malaysia itu ada Perdana Menteri Mahathir Muhammad
04:36yang memimpin Malaysia sebagai Perdana Menteri tahun 1981 sampai 2003.
04:4222 tahun memimpin Malaysia.
04:45Kemudian pensiun dari politik.
04:482018 membangun koalisi dengan Pak Anwar Ibrahim.
04:52Dan kemudian mengalahkan barisan nasional sejak kemerdekaan Malaysia.
04:58Dan beliau menjadi Perdana Menteri di usia, kembali menjadi Perdana Menteri di usia 82 tahun.
05:03Apa yang Mas Arya ingin katakan, Pak Jokowi mungkin maju lagi?
05:06Bukan, yang ingin saya katakan adalah bahwa pengaruhnya belum hilang.
05:11Masih ada pengaruh Pak Jokowi?
05:12Pengaruhnya belum hilang dan masih ada.
05:14Mas Arya, tapi kan waktu kemarin perbedaannya adalah Pak Jokowi masih menjabat.
05:19Artinya bisa melakukan apa saja meskipun prioritasnya bukan ke PSI.
05:23Tapi waktu itu memenangkan Prabowo Gibran agar Mas Gibran jadi Wakil Presiden.
05:27Tapi kan pengaruh besarnya itu ada pada saat Pak Jokowi menjabat sebagai RI 1.
05:32Nah kalau sekarang seberapa besar apakah tidak kehilangan golden moment itu kalau sekarang?
05:36Ya memang banyak yang melihat seperti itu.
05:40Bahwa ketika seseorang tidak lagi menjadi presiden, dia akan kehilangan powernya.
05:47Dia akan kehilangan pengaruhnya.
05:49Dalam beberapa kasus memang ada.
05:53Tapi pada kasus-kasus yang lain, power dan pengaruh itu tidak serta-merta akan hilang.
05:58Kasus mahatir seperti itu, dia sudah pensiun lama kemudian kembali dalam politik Malaysia dan menjadi Perdana Menteri.
06:05Di Brazil juga ada seperti itu.
06:08Ada Presiden Lula da Silva yang menjadi Presiden 2003 sampai 2010.
06:152018 dianulir pencalonannya.
06:192022 dia maju lagi melawan Bolsonaro yang menjadi kompetitornya dan menang.
06:23Apa yang ingin saya katakan bahwa pengaruh Pak Jokowi masih ada dan belum hilang.
06:29Tapi pertanyaannya adalah, kalaupun kita percaya pengaruh Pak Jokowi masih ada, itu seberapa besar pengaruhnya?
06:36Nah seberapa besarnya itu bagaimana membacanya?
06:39Di konversi di angka bisa nggak?
06:40Kita sudah melaksanakan pemilu sejak tahun 1999.
06:46Pemilu 2024 itu adalah pemilu ke-6 setelah reformasi.
06:50Ada partai yang jatuh bangun, ada partai yang suaranya stabil.
06:56Tapi kalau kita lihat soal indeks volatilitas suara partai, naik turun suara partai.
07:02Sebenarnya dalam tiga kali pemilu belakangan itu sudah, suara partai itu sudah stabil.
07:08Kalau ada perubahan baik itu penambahan suara maupun penurunan suara.
07:13Itu prediksi saya tidak akan melewati angka 3 persen.
07:18Di 2024 kemarin, ketika Golkar mengalami kenaikan, dia naik tidak lebih dari 3 persen.
07:26Ketika PDIP mengalami drop, dia juga tidak lebih dari 3 persen.
07:30Artinya apa?
07:31Artinya, kalaupun effort Pak Jokowi untuk membangun PSI itu dilakukan,
07:37itu perkiraan saya itu hanya akan melewati di sekitar 3 persen.
07:41Artinya kalau sekarang PSI 2,8 atau 3 persen, itu maksimal menurut saya kemampuan yang bisa dilakukan itu hanya sekitar 5 persen.
07:50Kenapa bisa?
07:51Karena satu, sudah terbentuk stabilitas suara partai-partai.
07:56Jadi partai mesinnya sudah solid, kader-kadernya mungkin berpengalaman,
08:02sudah berpengalaman karena ada yang incumbent, ada yang kepala daerah, ada yang baik gubernur maupun bupati wali kota,
08:10strukturnya sudah mapan, dan sudah ada kaderisasi yang jelas, ada kompetisi internal yang terjaga dengan baik.
08:18Nah itu membuat pertama akan menyulitkan bagi partai-partai baru untuk masuk dalam persaingan politik kita yang ketat itu,
08:26dan juga partai-partai yang sudah ikut pemilu tapi belum lolos masuk Senayan.
08:31Oke, tapi Pak Jokowi sekarang itu menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan waktu jadi presiden.
08:36Sekarang Mas, ada isu ijasa diserang bertubi-tubi, lalu juga usulan pemakzulan terhadap Mas Gibran.
08:42Masih bisa berpengaruh sepengaruh itu?
08:46Ya, ini akan tergantung seberapa berhasil baik Pak Jokowi maupun Mas Gibran untuk melewati ujian-ujian politik ini.
08:58Dan saya kira kalau kita lihat arahnya, pemakzulan kayaknya sudah stop.
09:07Ijazah masih berlangsung, tapi kita akan tunggu bagaimana keputusan pengadilan terkait itu.
09:15Nah kalau ini berhasil dilalui dengan baik saya kira, keluarga ini akan survive.
09:20Tapi harus PSI jadi membela Pak Jokowi dalam isu-isu itu juga atau enggak?
09:26Kok kayak kita saat ini tidak melihat PSI pasang badan untuk isu-isu tersebut?
09:30Ya, PSI tentu sadar, tentu akan banyak risiko-risiko politik yang akan dihadapi ketika misalnya ikut pada isu-isu yang tengah berkembang.
09:41Dan PSI saya kira menghadapi fase-fase yang berubah.
09:48Belakangan ada tren yang kuat yang saya lihat PSI itu semakin pragmatis, semakin realis, realistis dan juga semakin berpikir strategis.
10:00Artinya apa? Artinya PSI melakukan sejumlah adaptasi-adaptasi baru yang fokus pada hasil.
10:06Hasil. Hasilnya apa? Lolos Senayan.
10:10Makanya kalau kita lihat fase-fase perubahan PSI itu, di fase pertama itu apa yang saya sebut dengan fase idealisme.
10:17Tahun 2004 sampai 2009, 2019.
10:21Di fase ini PSI meletakkan basis-basis awal partai dan melakukan perang terhadap korupsi, perang terhadap intoleransi, perang terhadap dinasti politik.
10:34Tetapi apa yang terjadi di fase kedua, 2019 sampai 2024, itu PSI mulai beradaptasi, mulai pragmatis, dan mulai mengoreksi apa yang terjadi pada fase awal.
10:49Kaisang menjadi ketua umum, padahal sebelumnya ada perang terhadap dinasti.
10:55Nah juga mulai terbuka sebagai partai Jokowi ketika itu.
11:00Nah belakangan terakhir tentu sekarang adalah fase survival.
11:05Sejauh mana PSI bisa mengambil manfaat strategis dari memilih Kaisang sebagai ketua umum dan mengasosiasikan diri sebagai partai super terbuka.
11:20Apakah benar-benar terbuka?
11:22Nah apakah ia yang dilihat atau sen kiri belok kanan?
11:25Nah gini, kalau kita lihat ya memang di fase ketiga ini, fase survival yang saya sebut, itu memang ada perubahan-perubahan.
11:38Pertama penerapan e-voting, dimana setiap kader atau anggota punya kesempatan untuk memilih ketua umum secara langsung melalui e-voting.
11:49Tapi kompetisi itu, Friska, tidak terjadi di tingkat daerah.
11:56Pimpinan partai di tingkat provinsi, pimpinan partai di tempat daerah itu ditunjuk secara top down dari pusat.
12:05Paling tidak sampai sebelum kongres.
12:07Yaitu ada perubahan ketika kongres.
12:09Artinya kalau PSI konsisten untuk membentuk kompetisi internal yang sehat, harusnya pimpinan-pimpinan partai di daerah juga harus dilakukan pemilihan secara terbuka.
12:22E-voting juga, tidak ditunjuk oleh pusat.
12:26Nah yang kedua, saya kira tantangan internal lain adalah bagaimana PSI harus membenahi secara kuat struktur pelembagaan partai.
12:37Ada beberapa hal.
12:39Pertama kaderisasi.
12:41Kaderisasinya sejauh ini tidak berjalan efektif.
12:45Elite-elitnya yang maju di kislatif, itu sebagian besar belum mempunyai pengalaman politik yang bisa bertarung kompetitif dengan caleg-caleg lain.
12:57Kita lihat secara geografi juga tidak ada pertumbuhan.
13:02Basis suara.
13:02Dalam dua kali pemilu, itu sumbangan suara hanya berada di beberapa, di kota-kota besar saja.
13:09Jadi sistem sama basis suaranya masih belum kuat?
13:11Masih belum kuat.
13:12Nah, tetapi mungkin saya menduga setelah Pak Jokowi nanti akan bekerja full di PSI, mungkin akan banyak sekali perombakan-perombakan besar yang akan dilakukan.
13:23Nah, apakah artinya Pak Jokowi sekarang kalau sistemnya tadi masih dikritisi, juga kaderisasinya belum jalan, Pak Jokowi ini masih jadi gading gajah untuk PSI?
13:34The most valuable person untuk PSI.
13:37Iya, masih. Tetapi makanya Pak Jokowi saya kira menyadari itu.
13:42Dan dia akan lakukan perombakan besar di PSI.
13:47Perombakan-perombakan besar itu misalnya nanti kalau misalnya putusan makamah konstitusi terkait pemisahan pemilu nasional dan pemilu daerah diadopsi oleh pembuat kebijakan.
13:58Dan sekarang ada dua opportunity ya, kesempatan yang pertama makamah konstitusi itu menghilangkan syarat pendaftaran calon presiden,
14:10ambang batas pencalonan presiden menjadi 0 persen, sehingga itu memberikan peluang yang besar pada Gibran untuk dicalonkan oleh PSI.
14:20Sebagai presiden?
14:22Sebagai presiden misalnya.
14:24Di 2000?
14:24Di 2029, kalau itu berani dilakukan.
14:30Yang kesempatan yang kedua adalah terkait pilkada.
14:34Pilkada itu kalau diadopsi oleh DPR nanti kan ada pilkada di 2031.
14:40Dan syarat pilkadanya juga sudah diturunkan, jadi 6,5 sampai 10 persen.
14:46Ini celah buat PSI masuk plan-plan?
14:48Ini celah-celah bagi PSI untuk bisa menarik politisi-politisi lain untuk bisa dicalonkan.
14:57Tapi tentu syaratnya at least PSI di pemilu 2029 harus dapat minimal 6 persen di daerah.
15:05Oke.
15:05Untuk bisa mencalonkan itu atau paling enggak berkoalisi.
15:08Nah kalau PR Pak Jokowi masih berat untuk mengangkat PSI sekarang, bagaimana agar gajah ini yang ada di lambang PSI betul-betul bisa jadi gajah dalam artian partai besar?
15:18PSI apa yang harus dilakukan Pak Jokowi?
15:20Tapi nanti jawabnya usah jeda.
15:22Karena siap bekerja, keras dan full mendukung partai solidaritas Indonesia.
15:25Apa juga sebenarnya kepentingan Jokowi dibalik dukungan kepada PSI?
15:28Yang pertama, PSI sudah memilih sebagai sebuah partai SuperTBK.
15:47Artinya apa? SuperTBK itu artinya apa?
15:51Saham partai ini dimiliki oleh seluruh pengurus, oleh seluruh anggota, oleh seluruh kader.
16:02Tidak ada kepemilikan elit.
16:05Tidak ada kepemilikan keluarga apalagi.
16:09Semua memiliki saham yang sama.
16:13Dengan ini mestinya seluruh anggota, seluruh kader itu bersama-sama ikut membesarkan partai.
16:25Karena memiliki rasa yang sama terhadap kepemilikan partai.
16:32Saya masih bersama dengan Arya Fernandes, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial, Center for Strategic and International Studies, CASIS.
16:39Mas Arya, tadi kan harus punya rasa bersama-sama.
16:43Termasuk kerjanya juga harus keras bersama-sama.
16:47Seberapa keras Pak Jokowi harus berusaha agar PSI ini bisa jadi partai besar, sebesar lambangnya gajah?
16:55Ya, tadi sebenarnya Pak Jokowi menyampaikan PSI adalah partai SuperTBK.
17:02Terbuka.
17:02Terbuka, ya.
17:04Artinya dan itu disampaikan di hadapan para ketua umum.
17:09Ya, tentu satu itu adalah sindiran sebenarnya.
17:13Kenapa?
17:13Kenapa?
17:14Karena kita melihat hari ini betapa banyak sekali partai itu memang dikuasai oleh sejumlah elit.
17:23Dan karena kita juga tidak mengadopsi misalnya batasan maksimal tentang masa jabatan ketua umum partai politik
17:32dalam undang-undang kepartaian kita itu membuat pada beberapa partai itu ketua umumnya itu bisa menjabat bahkan 10 tahun, 20 tahun.
17:43Ada yang mungkin seumur hidup.
17:46Tapi PSI ingin menunjukkan diri sebagai partai SuperTBK.
17:51Tapi TBK ketua umumnya anaknya Pak Jokowi.
17:54Nah, tapi problemnya adalah itu tidak semuanya terjadi juga.
18:01Misalnya bagaimana seorang Kaisang yang ketika itu baru beberapa hari menjadi anggota partai kemudian bisa menjadi ketua umum.
18:14Tidak menunjukkan juga bagaimana PSI membangun sistem kadirisasi yang jelas di internal partai
18:23sehingga setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi ketua umum.
18:29Nah, itu yang pertama.
18:30Yang kedua soal demokrasi internal.
18:34Kalau benar-benar PSI ingin menjadi partai SuperTBK di mana setiap daulat anggota menjadi penting
18:43itu harusnya demokratisasi internal juga terjadi.
18:50Tapi apa yang terjadi tidak juga.
18:54Misalnya pimpinan-pimpinan partai di daerah seperti tadi yang saya sampaikan
18:58kalau partai SuperTBK dia harusnya juga dipilih secara langsung oleh pemilik suara di partai politik itu.
19:08Tetapi selama ini dia ditunjuk oleh DPP.
19:13Nah, jadi itu persoalan-persoalan internal yang harus dibenahi oleh PSI supaya jadi besar.
19:20Pertama membenahi soal itu.
19:22Yang kedua adalah segmentasi.
19:25Selama ini segmen PSI itu berada di perkotaan.
19:29Makanya dalam dua kali pemilu suara PSI itu kuat di Jakarta,
19:33di kota Bandung, di kota Surabaya, mungkin di kota Medan, di Tanggerang Selatan.
19:40Tapi di daerah-daerah suburban lainnya atau di daerah-daerah rural itu justru suara PSI-nya tidak besar.
19:49Nah, itu yang membuat dalam kondisi seperti itu elitnya yang masih harus banyak belajar
19:55di level daerah untuk berkompetisi dalam pertarungan politik yang sangat-sangat-sangat keras.
20:02Nah, gimana itu realnya yang PSI harus lakukan?
20:05Karena kan nama besar Pak Jokowi saja terbukti sebelumnya tidak cukup untuk memasukkan PSI ke parlemen.
20:10Saya kira PSI akan kembali berpikir strategis atau pragmatis lah kita sebut.
20:19Pertama, akan ada perombakan.
20:21Perombakan itu bisa jadikan struktural dan mungkin transfer pemain dari partai-partai lain mungkin akan dilakukan.
20:29Dan ini memang jamak dilakukan oleh beberapa partai baru
20:32di mana politisi-politisi senior dari daerah lain yang sudah punya basis masa
20:38itu ditarik menjadi pimpinan partai atau dicalonkan menjadi anggota legislatif.
20:46Itu mungkin yang pertama yang akan dilakukan.
20:48Yang kedua adalah menarik para kompetitor-kompetitor yang kalah di pilkada-pilkada
20:55untuk misalnya dicalonkan di legislatif atau di pilkada.
21:01Nah, yang ketiga saya kira adalah melakukan mungkin ya melakukan perombakan struktur di daerah.
21:07Selama ini struktur PSI di level provinsi dan di level daerah itu sangat ramping sekali.
21:14Misalnya ada beberapa provinsi dan keupatan kota yang hanya cuma ada 7 orang pengurus,
21:21ada yang ada cuma 10, ada yang cuma 20 kalau misalnya provinsi besar seperti Jawa Barat.
21:27Pertanyaannya lah bagaimana mengurus partai dengan jumlah pemilih yang sangat besar
21:33hanya diurus oleh beberapa orang saja.
21:35Itu nggak mungkin?
21:36Itu nggak mungkin sekali.
21:38Jadi PR-nya kalau memang PSI ingin besar adalah
21:42satu, dia harus kembali pada fase awalnya.
21:48Dia boleh menjadi pragmatis, tapi dia harus punya platform dan identitas yang jelas.
21:55Apa ini juga kenapa Pak Jokowi bilang PSI akan jadi partai besarnya nanti 2034,
22:00bukan 2029?
22:02Karena banyak PR atau karena apa?
22:03Karena banyak PR, nggak mungkin misalnya meningkatkan suara partai menjadi tiga kali lipat
22:11seperti harapan Pak Jokowi itu hanya dalam satu periode pemilu.
22:16Nah ini ada 2024, nanti kita pemilu lagi 2029, setelah itu baru pemilu 2034.
22:24Jadi kan dan di rentang itu kalau ada putusan mahkamah konstitusi diadopsi akan ada pikada di 2031.
22:33Nah artinya Pak Jokowi realistis untuk melihat bahwa untuk besar itu PSI harus melewati dua kali pemilu.
22:41Jadi 2019, 2029 dan 2034.
22:47Nah pada masa itulah mungkin akan ada pembaruan-pembaruan yang dilakukan di internal untuk bisa mencapai setidaknya 6 atau 8%.
22:55Nah baiknya Pak Jokowi di mana? Di struktur atau justru di luar aja? Tapi tahu sudah ada Mas Kaesang di dalam?
23:04Tergantung Pak Jokowi.
23:05Mana yang lebih menguntungkan?
23:07Kalau dalam posisi sekarang?
23:09Kalau dalam posisi sekarang saya kira Pak Jokowi akan memilih tidak di struktur.
23:13Karena?
23:14Karena akan ada hujatan yang akan cap sebagai partai keluarga dan itu akan disampaikan kepada PSI kalau misalnya memang Pak Jokowi memilih berada di struktur.
23:27Padahal kan tadi beliau juga sampaikan bahwa ini bukan partai keluarga, ini adalah partai terbuka.
23:34Kalau beliau menjadi ketua doan pembina misalnya, itu akan di cap seperti itu.
23:39Dan dengan tidak saja berada di struktur, asosiasi PSI sejak lama juga sudah mengasosiasikan diri sebagai Pak Jokowi saya kira.
23:49Kalau gitu kepentingannya Pak Jokowi apa? Di PSI yang Mas Arya lihat?
23:53Kepentingan pertama gini, tentu menyelamatkan Gibran.
23:58Menyelamatkan dalam arti kata, menyiapkan infrastruktur politik yang jelas untuk Gibran.
24:04Kalau kita lihat dalam sejarah kepresidenan kita, presiden dan wakil presiden, sejak pemilu langsung 2004, itu wakil presiden selalu punya kendaraan politik yang jelas.
24:22Ambil contoh ya, Pak JK 2004 adalah ketua umum Partai Golkar.
24:29Tapi di periode kedua, karena Pak SBI-nya ketika itu sudah sangat kuat, sehingga beliau tidak memerlukan lagi seseorang yang berasal dari partai politik.
24:41Tapi Pak Bodiono kan ketika itu juga kuat di kalangan kelompok masyarakat sipil, karena dia adalah dosen dan gubernur BI.
24:49Dan kalangan usaha.
24:522014 ada Pak JK lagi, 2024 ada Pak Maruf Amin 2019, juga kuat karena support dari NU.
25:01Yang saya katakan adalah wakil-wakil presiden kita itu tidak hanya punya support dari politik formal,
25:08seperti menjadi bagian dari partai politik tertentu, tapi juga punya support dari kekuatan informal.
25:16Nah, Datul Ulama misalnya, tapi wakil presiden kita hari ini, Mas Gibran tidak punya support itu.
25:24Nah, jadi kepentingan Pak Jokowi tentu adalah bagaimana mempersiapkan infrastruktur politik yang matang,
25:32yang mapan untuk karir politiknya Mas Gibran, Mas Kaisang juga.
25:38Kalau kita lihat di keluarga Solo, itu kan hampir semua sudah berhasil.
25:43Nah, Gibran jadi wakil presiden, Mas Bobi jadi gubernur Sumatera Utara,
25:52tinggal Kaisang yang belum, baru sebagai ketua umum, tapi belum ada jabatan formal di politik, di pemerintahan.
25:59Jadi kendaraan politik untuk keluarga Pak Jokowi?
26:02Saya kira iya.
26:02Dan itu mungkin memang itu akan dilakukan, karena bagaimanapun keluarga Solo butuh infrastruktur politik yang jelas.
26:14Karena itu Kongres dilakukannya di Solo, Pak Jokowi yang memberikan speech utamanya,
26:20lalu juga ketua umumnya Mas Kaisang, ini sudah cukup menggambarkan bahwa ini adalah kendaraan politik untuk keluarga Pak Jokowi.
26:27Saya kira iya.
26:29Dan kalau kita lihat keluarga-keluarga politik di Indonesia juga menyiapkannya dengan cukup strategis.
26:37Ada keluarga Kala, ada keluarga Yudhoyono, ada keluarga Paloh, ada keluarga Mungkarno, ada keluarga Caimin,
26:46dan semua keluarga-keluarga politik menyiapkan infrastruktur dan dinasti politiknya secara bertahap.
26:55Juga di daerah.
26:57Di daerah dinasti-dinasti politik, para keluarga-keluarga politik mencari peluang, mencari momentum untuk menyiapkan kendaraan politik bagi keluarganya.
27:09Dan ini lumrah kah? Dikatakan masih super TBK?
27:12Dalam politik kita kondisinya itu terjadi.
27:17Tidak hanya di kita, di beberapa negara di Asia Tenggara, misalnya Filipina atau Thailand,
27:23itu juga bagaimana keluarga-keluarga politik ini cukup banyak mendominasi konstelasi politik di kita.
27:34Di nasional juga dan di kawasan juga.
27:36Apakah dia super TBK atau enggak, tergantung misalnya apakah bagaimana proses pengambilan kebijakan di internal partai.
27:46Apakah pengambilan kebijakannya itu memang demokratis atau ditentukan saja oleh satu atau dua orang.
27:53Tapi kalau yang muncul figurnya masih hanya itu-itu saja?
27:56Kalau tidak dilakukan perubahan itu, TBK-nya hanya tinggal bisa jadi jargon saja, saya kira.
28:04Tapi kita lihatlah ini baru, baru akan dilakukan.
28:08Apakah memang PSI benar-benar serius untuk menjadi partai super TBK?
28:14Kita akan tunggu ke depan.
28:15TBK atau dengan catatan?
28:17Saya percaya bahwa niat kita semua adalah ingin Indonesia lebih baik.
28:27Ingin Indonesia sejahtera.
28:31Ingin Indonesia sungguh-sungguh merdeka.
28:35Ingin Indonesia bangkit berdiri di atas kaki kita sendiri.
28:40Itu semboyan proklamator kita, pendiri, bangsa kita, Bung Karno.
28:48Yang saya katakan Bung Karno adalah milik seluruh rakyat Indonesia.
28:58Nunggu saya, Bapak Puan.
29:01Bung Karno bapak saya juga.
29:05Mungkin kalau dipotong ini, yang keluar marahin juga ini.
29:10Tadi Presiden Prabowo Subianto terang-terangan menyebut hubungan Gerindra dengan PDI Perjuangan seperti kakak adik.
29:27Pernyataan ini disampaikan sehari setelah memuji Partai Solidaritas Indonesia.
29:33Katanya waktu itu di Kongres PSI bahwa binatang yang paling disayangi Pak Prabowo adalah gajah.
29:39Which is it adalah logo baru PSI.
29:41Gimana Mas Tarian?
29:42Ya, Pak Prabowo ini baru 8 bulan ya, sekitar 8 bulanan.
29:49Dan pemerintah sudah mengalokasikan banyak sekali program-program strategis nasional
29:58yang menyedot triliunan rupiah.
30:03Ratusan triliun rupiah.
30:05Dan untuk itu tentu Pak Prabowo butuh stabilitas.
30:10Stabilitas di level elit terutama dan juga di level publik.
30:15Nah stabilitas di level elit itu bisa terjadi kalau anggota-anggota koalisinya itu bisa sepakat
30:25dengan program-program yang diusulkan oleh pemerintah di DPR.
30:30Sehingga tidak ada penolakan terhadap program-program strategis pemerintah.
30:35Nah karena Pak Prabowo membutuhkan stabilitas, makanya ada kecenderungan
30:43beliau ingin menjaga hubungan baik pada semua partai politik.
30:49Tidak hanya partai besar, tapi juga partai kecil.
30:53Misalnya PDIP, ada PSI, kemarin di acara PKB gitu ya.
30:58Dan itu dibutuhkan oleh Pak Prabowo untuk memastikan stabilitas terjadi.
31:06Karena kalau ada gejolak sedikit saja.
31:09Misalnya tiba-tiba Pak Jokowi memberikan satu pernyataan politik
31:14yang menohok program pemerintah.
31:18Misalnya dana kooperasi merah putih atau makan bergizi gratis.
31:22Itu pasti akan menciptakan atau bisa memicu gelombang protes misalnya.
31:34Atau menciptakan keriuhan lah di internal koalisi.
31:39Atau misalnya Bu Mega menyentil satu kebijakan strategis pemerintah.
31:45Atau Pak SBY misalnya.
31:48Nah itu tidak diinginkan oleh Pak Prabowo.
31:50Jadi butuh stabilitas dengan merangkul semua?
31:52Butuh stabilitas untuk merangkul semua.
31:55Tidak hanya partai besar tapi juga partai kecil.
31:57Tapi kalau ngomongin PDIP dan PSI gak sekadar yang satu besar,
32:00yang satu kecil, yang sudah lama dan baru.
32:04Tapi terkait Pak Prabowo, Bu Mega, dan Pak Jokowi.
32:10Atau Pak Prabowo, PSI, dan PDIP.
32:12Ini kan hubungannya itu seperti cinta SIGITIGA.
32:16Jadi satu waktu misalnya Pak Prabowo terlalu dekat dengan PDIP atau PSI atau Pak Jokowi.
32:25Setelah itu dia akan coba cari cara untuk supaya sisi sebelah ini gak cemburu.
32:31Ketika misalnya dekat dengan Bu Mega dan PDIP,
32:34dia ingin coba cara seimbangkan supaya PSI sama Pak Jokowi-nya gak cemburu.
32:39Jadi selalu Pak Prabowo menurut saya mencari kesi imbangan diantara hubungan-hubungan dengan Bu Mega dan Pak Jokowi.
32:49Karena Pak Prabowo sadar bahwa bagaimanapun Bu Mega, bagaimanapun Pak Jokowi masih punya pengaruh di grassroot kita.
32:58Jadi ketika ada satu move saja politik untuk menyindir kebijakan pemerintah,
33:06itu bisa mendorong terjadinya pergerakan di masa akar rumput.
33:10Dan itu yang tidak diinginkan oleh Pak Prabowo.
33:12Karena menurut Pak Prabowo program-program yang besar-besar tadi itu hanya bisa sukses kalau politiknya stabil.
33:18Belum lagi kalau gajah mau masuk ke kanang banteng.
33:21Nah gajah masuk kanang banteng ini sudah dilakukan di Pilkada dan Pilpres sebelumnya.
33:28Bagaimana kita bisa membayangkan Jawa Tengah yang menjadi kandang banteng bertahun-tahun, puluhan tahun.
33:39Dan itu basis tradisionalnya PDIP.
33:43Orang gak bisa bayangkan gak mungkin PDIP bisa kalah di sana.
33:46Tapi faktanya PDIP kalah di Pilpres di Jawa Tengah, kalah di Pilkada di Jawa Tengah.
33:54Nah itu Pak Jokowi ketika itu baru memang ada faktor lain ya, faktor misalnya Bansos.
34:04Tapi bagaimana kita melihat bahwa betapa pengaruh Pak Jokowi itu mungkin masih punya daya tarik besar di kalangan masyarakat kita.
34:14Nah bagaimana menempatkan itu posisinya kalau Pak Prabowo dengan Pak Jokowi dan juga hubungannya dengan Bu Mega?
34:22Satu, keduanya atau ketiganya itu menghindari adanya konflik terbuka.
34:30Pak Prabowo gak mau berkonflik dengan Bu Mega, gak mau juga berkonflik dengan Pak Jokowi.
34:40Selalu mencari keseimbangan supaya kedua tokoh ini bisa paling tidak menjaga politik kita yang stabil sampai pemerintahan berakhir.
34:52Tapi pada saat yang sama saya kira Pak Jokowi akan memang akan menyiapkan langkah-langkah politik yang memang akan menargetkan basis-basis PDI Perjuangan.
35:05Kenapa begitu?
35:05Karena kalau kita lihat karakteristik partainya, karakteristik dukungan pemilih Pak Jokowi itu memang dekat dengan pemilih PDI Perjuangan.
35:18Meskipun tidak otomatis bahwa loyalis Pak Jokowi itu akan memilih PSI.
35:24Tidak otomatis seperti itu.
35:25Dan premis ini masih nyambung sama yang tadi untuk menyiapkan kendaraan politiknya keluarga Pak Jokowi dengan apapun caranya termasuk itu, Mas Arya.
35:33Kira-kira ya kalau kita dengar pernyataan ketua doan pembina Pak Jeffrey Giovanni itu kan jelas sekali, terang-menderang sekali.
35:41PSI berkepentingan untuk ya kalau enggak Pak Jokowi atau darah Pak Jokowi.
35:46Kalau enggak partai ini kita bubarkan.
35:49Jadi memang PSI berpikir strategis yaudah.
35:54Jadi ini adalah pilihan strategis untuk bisa bertahan.
35:59Dan tidak ada untuk saat ini yang bisa dilakukan oleh PSI kecuali memang menyerah bulat pada Pak Jokowi.
36:06Tapi di sisi yang lain Pak Jokowi juga sadar bahwa ini PSI bisa dipersiapkan untuk menjadi kendaraan politik keluarga.
36:17Termasuk misalnya Mas Gibran sekarang yang posisinya paling strategis sebagai wakil presiden.
36:22Bagaimana hubungannya dengan Pak Prabowo?
36:24Apakah tetap jadi kawan seperti saat ini atau bisa jadi lawan?
36:28Ini kan masa-masa kolaborasi dan PSI sudah mendapatkan beberapa posisi strategis.
36:38Bayangkan misalnya PSI bukan partai parlemen tapi bisa mendapatkan posisi menteri.
36:46Banyak lagi di KSL Pak Prabowo tadi?
36:50Iya ada wakil menteri.
36:52Kalau kita lihat seingat saya partai-partai non-parlemen lainnya misalnya Gelora.
36:58Itu paling tinggi hanya wakil menteri.
37:00Rima wakil menteri.
37:02Apalagi beberapa partai yang enggak lolos parlemen.
37:05Tapi PSI partai yang enggak lolos parlemen.
37:08Enggak ada kursi di DPR.
37:08Tapi dapat posisi menteri.
37:13Pak Raja Juli Antoni.
37:15Nah artinya memang ini fase-fase bulan madu.
37:18Jadi keduanya bersepakat untuk melakukan koalisi.
37:23Dengan tentu konsensi-konsensi politik yang biasa dilakukan dalam proses kerjasama itu.
37:29Tapi nanti ketika fase kompetisi terjadi.
37:34Itu mungkin ya bisa ya keduanya akan bertarung.
37:36Tapi Pak Jokowi sudah memberikan sinyal sebenarnya.
37:41Oke jangan tergesa-gesa.
37:43Kita tunggu akan besar di 2034 saja.
37:48Artinya Pak Jokowi ingin memberikan kode pada Pak Prabowo.
37:53Sampai beres dulu pemerintahnya.
37:54PSI akan beres dulu sampai 2024.
37:56Kalau Bapak mau maju lagi 2029 oke.
37:59Maksudnya akan beres sampai 2029.
38:02Kalau Bapak Pak Prabowo mau maju lagi 2029 silahkan.
38:05Kita akan dukung.
38:06Tapi 2034 kita akan main.
38:09Kita akan bertarung.
38:11Jadi 2034 PSI akan jadi partai besar adalah kode juga dari Pak Jokowi untuk Pak Prabowo.
38:16Tenang saja Pak.
38:17Dua periode aman.
38:18Pokoknya kita aman.
38:19Mas Gibran gak akan maju jadi presiden.
38:20Bisa jadi ke situ?
38:21Masih bersama saya Arya Fernandes.
38:28Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS.
38:31Pertanyaan yang belum bisa dijawab secara tegas dan langsung.
38:34Apakah pernyataan Pak Jokowi bahwa PSI akan besar di 2034 sekaligus memberikan rasa aman ke Pak Prabowo?
38:40Tenang dua periode aja.
38:42Lanjut dulu Mas Gibran gak akan jadi capres.
38:44Atau belum tentu?
38:45Belum tentu.
38:47Karena sejarah kompetisi di tingkat nasional dan juga di banyak daerah-daerah di Indonesia itu adalah sejarah apa namanya inkonsistensi.
38:59Atau sejarah sen kiri belok kanan.
39:03Saya gini saya ambil kasus.
39:042012 ketika itu Pak Jokowi dari Solo menjadi gubernur di Jakarta.
39:13Kemudian didukung oleh Pak Prabowo dan Bu Mega.
39:18Dua tahun setelahnya itu seorang Jokowi yang didukung oleh Pak Prabowo yang diharapkan bisa mendukung Prabowo di 2014.
39:29Justru adalah menjadi kompetitor terberat dari Prabowo.
39:37Dan sejarah politik kita terus berulang seperti itu.
39:40Dan ini memang menunjukkan dalam politik kita itu memang tidak ada kawan yang abadi.
39:48Tidak ada juga musuh yang abadi.
39:50Seorang bisa bertemu menjadi kawan dan menjadi lawan kalau kepentingannya tidak bisa dinegosiasikan.
40:00Nah dalam hal hubungan Pak Jokowi dengan Pak Prabowo ketika kesepakatan politik bisa diambil, bisa disepakati secara bersama.
40:10Paling tidak sampai 2029 atau sampai 2034 ya mungkin akan akur.
40:18Tetapi ketika preferensi politiknya sudah berbeda, ada deadlock yang terjadi antara Pak Prabowo dengan Pak Jokowi misalnya.
40:28Itu koalisinya bisa bubar.
40:30Bubar kalau misalnya ada preferensi Mas Gibran maju di 2029, salah satunya itu?
40:36Bisa jadi.
40:37Karena Pak Prabowo merasa ini adalah kompetitor.
40:40Dan Pak Prabowo bisa jadi inginnya dua periode dan juga itu yang diinginkan oleh koalisinya Pak Prabowo.
40:50Ya sejak awal koalisi-koalisinya berharap Pak Prabowo dua periode.
40:55Dan dari sisi Pak Prabowo juga yang saya lihat itu keinginan untuk maju kembali di 2029 tentu sangat besar.
41:03Apalagi kan program-program strategis Pak Prabowo ini, ini kan belum akan ada dampak langsungnya dalam tahun, dua tahun, tiga tahun, butuh waktu yang panjang.
41:16Jadi itu mungkin nanti narasi yang akan digunakan.
41:19Dan banyak sekali pimpinan-pimpinan politik ketika sudah mendapatkan posisi yang strategis sebagai gubernur, sebagai presiden, sebagai anggota DPR, selalu ada dorongan untuk memperpanjang, ada dorongan untuk mempertahankan kekuasaan.
41:39Tapi di kita, karena kita adalah negara hukum, batasan terhadap kekuasaan itu dibatasi dua periode.
41:46Oke, nah tapi apakah artinya kalau PSI jadi kendaraan politik yang tadi disampaikan Mas Arya, jadi kendaraan politik untuk keluarganya Pak Jokowi, cukup nggak PSI untuk memajukan Mas Gibran sebagai calon presiden 2029 atau masih jauh panggang dari api?
42:05Ya, nanti kalau misalnya ada kebijakan internal PSI misalnya untuk mengusung Gibran, itu Mahkamah Konstitusi sudah membukakan jalannya dengan lebar.
42:17Resultnya 0%?
42:18Resultnya kalau dulu partai harus dapat suara 20% kursi atau gabungan partai DPR, sekarang tidak dikenal itu.
42:25Jadi setiap partai peserta pemilu, itu dapat mencalonkan presiden.
42:31Jadi nggak ada salahnya juga PSI nanti akan bisa saja, PSI mengusung Gibran.
42:36Kalaupun toh misalnya Gibran nanti akan kalah, tentu akan ada efek elektoralnya juga pada PSI.
42:44Tapi waktu itu Mas Gibran saat bertemu relawan bulu Nemase di Kota Solo, Jawa Tengah 1 Maret 2024 bilang,
42:53karena sekali lagi ke depan terutama anak muda ini arahnya ke social movement, artinya community based.
42:58Ini akan ada disrupsi, nggak ada lagi seorang calon ataupun tokoh yang ketergantungan kepada partai.
43:03Tapi nggak bisa kalau dalam kondisi sekarang, mau tidak mau harus ada kendaraan partai.
43:06Ya kalau untuk pencalonan, kita belum mengenal calon independen di level presiden.
43:11Jadi seorang pemimpin politik yang mau maju di Pilpres itu memang harus menjadi dicalonkan oleh partai politik.
43:20Kecuali misalnya daerah atau pikada itu masih ada kemungkinan calon independen masih bisa maju.
43:28Nah tapi kalau kita lihat beberapa pernyataan, saya lupa apakah ini disampaikan oleh Mas Kesang atau Pak Jokowi,
43:37bahwa beliau berharap PSI bisa lebih dini melakukan persiapan-persiapan pemilu.
43:45Dan bukan tidak mungkin juga nanti kalau misalnya ada deadlock yang terjadi,
43:52ada hubungan yang retak antara Pak Jokowi dengan Pak Prabowo misalnya,
43:56itu nggak tertutup kemungkinan juga PSI bisa melakukan proses pencapresan sejak awal.
44:02Misalnya dua tahun sebelum 2029 PSI sudah mengumumkan apres kita ini.
44:09Tapi emang ada kemungkinan memang Pak Jokowi dan Pak Prabowo retak?
44:12Belum tahu kita, sesuatu bisa berubah dalam politik kita, bahkan dengan sangat cepat.
44:17Meskipun sekarang?
44:18Sekarang memang sangat baik sekali hubungannya.
44:20Setelah dari kongres PSI juga bahkan bareng diantarkan langsung oleh Pak Jokowi ke bandara.
44:27Masih bisa?
44:28Saya kira masih.
44:29Sekarang mungkin indikasi yang mengarah pada retaknya hubungan itu sangat kecil.
44:36Tapi itu bisa terjadi kalau kepentingannya, interesnya sudah berbeda.
44:43Dan kita bisa bayangkan dulu.
44:48Interes berbeda dalam hal pilpres?
44:50Dalam hal pilpres, dalam banyak hal ya.
44:52Bung Karno dan Bung Hatta itu dianggap duitunggal.
44:57Tapi ketika Bung Karno mengatakan dia akan menjadi presiden seumur hidup, Bung Hatta mundur.
45:05Makanya ketika itu bukan lagi persatuan nasional, tapi persatean nasional.
45:10Nah jadi begitu juga misalnya yang kita dengar soal intensi untuk memperpanjang masa jabatan presiden.
45:23Yang sangat keras tentu adalah Bu Mega untuk menolak itu.
45:29Membatasi sesuai dengan konstitusi.
45:32Nah dalam hal Pak Prabowo dengan Pak Jokowi sekarang mungkin indikasi kesana keretaknya belum ada.
45:37Tapi once ketika kepentingannya sudah berbeda, ada motivasi-motivasi politik yang juga berbeda.
45:46Atau ada situasi-situasi internal di koalisi yang membuat misalnya Gibran gak mendapatkan kesempatan misalnya.
45:59Atau Gibran gak diikutkan dalam proses-proses membuatkan kebijakan sehingga itu mengganggu.
46:03Tapi dari mana, dari beberapa poin tadi mana yang paling possible untuk membuat hubungan keduanya retak yang harus diantisipasi?
46:09Hubungan antara Pak Jokowi dengan Pak Prabowo.
46:11Interes yang berbeda.
46:14Interes politik yang berbeda kalau itu sudah berubah ya.
46:18Itu yang akan saya kira akan mempengaruhi Pak Hubungan.
46:22Termasuk salah satu variabelnya soal pencapresan?
46:25Salah satu itu yang paling make sense.
46:28Karena kita ingat misalnya 2004.
46:30Ketika itu Pak SBY adalah mengkopoy hukam di masa BUMEGA.
46:39Ketika Pak SBY maju sebagai calon presiden dari Partai Demokrat yang didirikannya, hubungan antara BUMEGA dan Pak SBY retak.
46:50Nah kondisi serupa bisa terjadi juga di sisinya Pak Prabowo dan Pak Jokowi.
46:55Ketika Gibran sudah ada indikasi akan menjadi calon presiden, tentu akan dianggap kompetitor oleh Pak Prabowo.
47:06Apakah kendaraan politik baru ini akan membawa keduanya ke arah yang berbeda?
47:10Atau sebaliknya?
47:11Kita tunggu waktu yang menjawab.
47:12Terima kasih Mas Arya Fernandes sudah hadir di Rosy.
47:16Terima kasih telah menyaksikan Rosy.
47:17Kita jumpa lagi Kamis depan.
47:18Tetaplah di Kompas TV Independent Terpercaya.
47:21Saya Friska Klarissa.
47:22Selamat malam.
47:23Sampai jumpa.
47:25Terima kasih telah menonton.

Dianjurkan