JAKARTA, KOMPAS.TV - Israel dan Iran saling klaim kemenangan, usai gencatan senjata dilakukan. Pengamat politik luar negeri, Pitan Daslani mengatakan ujung dari perang adalah kekuasaan dan bisnis.
Menurutnya, perang melawan Israel, sebenarnya adalah perang melawan Amerika. Sementara saat ini diketahui Rusia memiliki nuklir terbanyak di dunia.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, MInggu (22/6) tiba di Moskow untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin guna membahas serangan terbaru yang dilancarkan Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran. Dalam pertemuan tersebut Putin tidak memberikan komitmen bantuan militer dan hanya memberikan pernyataan normatif.
"Mengapa Rusia dan mungkin China tidak mau berpihak dalam hal ini?," tanya Rosi.
"Rusia baru akan memihak negara lain jika kedaulatannya terancam. Dan dalam hal ini tidak terjadi. Nomor dua kalkulasi ekonomi. Daripada Putin mengirim ribuan tentara ke sana lalu mati, ongkosnya mahal, lebih baik ya udah kita kasih pernyataan normatif kita dukung tapi dia tidak melibatkan pasukannya. Secara terbuka tidak akan membela," ungkapnya.
"Karena kalau ketegangan terjadi, harga minyak naik. Dia untung. Keuntungan ada di Rusia. China juga begitu. Dia enggak mau masuk. Enggak apa-apa kalau ketegangan terjadi, harga minyak naik. Bagi Rusia dan China mau tidak perang mereka untung, mau perang mereka untung," katanya.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
https://youtu.be/hUTszCzsnh4?si=H9hFF_1hwD0Xj1Ul
#iran #israel #perang
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/602043/perang-iran-vs-israel-pengamat-harga-minyak-naik-rusia-cina-diuntungkan-rosi