Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 27/6/2025
JAKARTA, KOMPASTV - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan pidato di depan mahasiswa mahasiswi UniversitasPakuan (Unpak) Bogor beberapa waktu lalu.

Dilansir dari Youtube UNPAK TV yang diunggah pada 24 Juni 2025, Dedi mengatakan keadaan zaman telah berubah karena perkembangan media sosial.

Dedi menilai pentingnya mengembangkan teknologi kekenian dan untuk masa depan dan mengedepankan efisiensi.

Menurutnya tidak ada kemajuan tanpa efisien serta bertumbuh dengan transparansi.

"Transparansi itu adalah keterbukaan. Maka di era sekarang, pemimpin hari ini bisa secara terbuka bercerita tentang apapun tanpa harus menggunakan biaya negara. Bercerita di Tiktok, bercerita di Youtube, bercerita di IG, bercerita di Facebook," katanya di depan mahasiswa.

Dedi pun berpendapat, bahwa buka suara lewat media sosial salah satu langkah efisien karena tidak perlu kerja sama media atau mengeluarkan anggaran.

"Ceritakan apapun, tidak usah lagi ada kerja sama media. Efisien. Dan hari ini misalnya, saya kalau cerita diri saya, kenapa orang sulit? Saya kalau misalnya tidak punya Youtube, itu mungkin fitnah, saya sudah demo berjilid-jilid di Gedung Sate. Kenapa? Karena banyak ucapan saya yang dipotong," kata Dedi.

Selain efisiensi, Dedi menilai memanfaatkan channel Youtube bisa menjadi rekam jejak aktivitas kerjanya.

"Youtube bercerita tentang apa adanya. Ketika dipotong, sumber aslinya ada," kata Dedi disambut tepuk tangan hadirin.

Video Editor: Novaltri

#dedimulyadi #jawabarat



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/602006/dedi-mulyadi-singgung-efisiensi-blak-blakan-tak-perlu-lagi-kerja-sama-media
Transkrip
00:00Bercerita di TikTok, bercerita di YouTube, bercerita di IG, bercerita di Facebook, ceritakan apapun, tidak usah lagi ada kerja sama media.
00:10Dulu gak ada gubernur dikenal sama anak umur 3 tahun, hari ini gubernur sampai ngurus pada anak mau tidur.
00:19Transparansi itu adalah keterbukaan.
00:21Maka di era sekarang, pemimpin hari ini bisa secara terbuka bercerita tentang apapun tanpa harus menggunakan biaya negara.
00:31Bercerita di TikTok, bercerita di YouTube, bercerita di IG, bercerita di Facebook, ceritakan apapun, tidak usah lagi ada kerja sama media.
00:43Efisien.
00:43Dan hari ini misalnya, saya kalau cerita diri saya, kenapa orang sulit?
00:51Saya kalau misalnya tidak punya YouTube, itu mungkin fitnah tiap, saya sudah demo berjili-jili di gedung sate.
00:58Kenapa? Karena banyak ucapan saya yang dipotong.
01:03Kemudian disebarkan.
01:06Ini gak bisa nyerang sama saya.
01:08Kenapa? Karena dia ada sumber utuhnya.
01:10YouTube bercerita tentang apa adanya.
01:13Ketika dipotong, sumber aslinya ada.
01:15Yang itu saya punya, bukan orang lain yang punya.
01:20Saya bisa bercerita anggaran.
01:22Anggaran gubernur, anggaran pemda, apapun.
01:25Saya ceritain.
01:27Dan hari ini, tidak ada yang tidak ditakuti oleh publik dan penyelenggara di Indonesia.
01:32Kecuali media sosial.
01:35Dan terakhir.
01:37Kalau ngomong demokrasi,
01:39Saya mengalami inilah demokrasi
01:43Yang sebenarnya adalah hari ini.
01:49Dulu orang berdemokrasi diputuskan oleh elit.
01:53Dulu orang demokrasi diputuskan oleh organisatoris.
01:56Saya termasuk organisatoris.
01:58Dulu orang berdemokrasi,
02:00Milih langsung, tapi tidak ngerti isinya.
02:03Hari ini.
02:07Jangan merasa diri kita pinter.
02:10Jangan merasa diri kita hebat.
02:12Kenapa?
02:13Setiap orang hari ini,
02:15Bisa speak up.
02:17Hari ini,
02:17Mah Ichi yang tinggal di gunung gede pangrango,
02:21Di kakinya.
02:22Itu bisa speak up lewat tiktok.
02:24Ngomong naon,
02:25Siate profesor.
02:26Aing mateng arti.
02:29Dia speak up memprotes pernyataan,
02:31Seorang yang pinter.
02:34Cekni nikmah.
02:36Cekni nikmah.
02:37Orang bisa memberikan penilaian,
02:39Secara terbuka.
02:40Maka hari ini,
02:42Di negeri ini,
02:43Hampir,
02:44Yang beda dengan lima tahun yang lalu.
02:47Lima tahun yang lalu,
02:48Seorang tokoh yang ngomong di TV tiap hari,
02:50Itu bisa dipercaya omongannya.
02:52Dan bisa dijadikan panutan.
02:53Hari ini gak bisa.
02:54Kalau dia bertentangan dengan keinginan publik,
02:57Tidak selaras dengan hati nurani publik,
03:00Dia gak bisa jadi tokoh besar lagi.
03:02Kenapa?
03:03Publik mengadili secara terbuka dalam setiap waktu.
03:07Dan yang paling efektif pengadilinya lewat tiktok.
03:10Susah.
03:12Sampai hari ini,
03:14Gubernur,
03:15Bukan ngurus APBD,
03:17Ngurus anak mau tidur.
03:21Ibunya gak sanggup.
03:22Anaknya susah tidur,
03:24Susah makan,
03:25Jajan terus,
03:26Main HP terus.
03:28Kan akhirnya minta pada Gubernur,
03:30Hei anak-anakku,
03:34Siapa yang susah makan?
03:38Siapa yang susah tidur?
03:42Siapa yang jajan terus?
03:44Ayo siapa yang main HP terus?
03:49Ayo siapa yang melawan sama mama dan papanya?
03:55Nanti Pak Gubernur datang ya,
03:58Nanti dibawa ke barang.
04:00Dulu gak ada Gubernur dikenal sama anak umur tiga tahun.
04:13Hari ini Gubernur sampai ngurus pada anak mau tidur.
04:17Dibikin sistemnya kalau anak lagi nangis langsung dibuka.
04:21Nih, Pak Deddy ini, ngomong.
04:23Langsung saya ngomong,
04:24Hei anak-anakku.
04:30Itu kalau diefektifkan itu,
04:32Kalau diduitkan,
04:34Itu dulu sosialisasi lewat dinas pemberdayaan,
04:37Perempuan dan pelindungan anak.
04:39Lewat gerakan PKK,
04:40Pertemuan berapa puluh kali itu jilid,
04:43Berapa jilid,
04:44Itu berapa miliar yang dibutuhkan.
04:46Sekarang gratis.
04:50Hei,
04:51Siapa mahasiswa yang dari rumahnya,
04:53Suruh bayar uang kuliah,
04:54Tapi dipakai pacaran.
05:04Ayo,
05:05Siapa mahasiswa yang nongkrong di kape-nya berjam-jam.
05:10Berhari-hari.
05:12Tapi uang kuliahnya nungap.
05:14Ayo,
05:16Siapa mahasiswa yang mobilnya baru,
05:20Motornya baru,
05:22Tapi uang kuliahnya gak bayar.
05:25Ayo,
05:26Siapa mahasiswa yang kalau ingin dapat nilai bagus,
05:29Deketin dosennya.
05:33Pura-pura baik.
05:35Sering berkunjung ke rumahnya bawa makanan.
05:38Boleh enggak?
05:41Ya boleh saja.
05:44Iya lah.
05:46Jadi ya,
05:47Emang,
05:49Kita ini tergantung,
05:50Memanfaatkan,
05:52Situasi.
05:53Jadi,
05:54Saya mengucapkan terima kasih ya,
05:55Hari ini diundang ke sini.
05:58Ya,
05:58Saya ceritanya itu saja buat mahasiswa.
06:00Proses komunikasi publiknya itu saja.
06:03Ideologinya itu saja.
06:04Jadi,
06:04Saya gak akan mau ngambil filsafat-filsafat yang kejauhan dari Perancis.
06:09Dari Jerman.
06:11Wah,
06:12Kenapa Aki Udin juga?
06:14Dari dulu sudah seperti itu.
06:16Terakhir,
06:17Apa yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan di Indonesia,
06:21Itu tidak tumbuh dan berkembang,
06:25Menjadi rujukan pengetahuan.
06:27Problemnya satu,
06:28Karena orang Sunda,
06:30Orang Indonesia itu ikhlas.
06:31Ikhlas.
06:36Cing,
06:37Caring,
06:37Cing,
06:37Pageh,
06:38Kancing,
06:38Saring,
06:39Pageh,
06:39Ikat,
06:39Itu pengetahuan.
06:41Siapa yang nulis?
06:44Cerita lutung,
06:45Kasarung itu pengetahuan.
06:46Itu novel.
06:48Siapa yang nulis?
06:49Cerita sikhabayan,
06:50Siapa yang nulis?
06:51Semua,
06:52Seluruh pengetahuan,
06:54Yang sangat luas itu,
06:55Dilahirkan oleh orang-orang ikhlas.
06:57Nah,
06:58Bangsa kita itu diajarin untuk,
07:00Hidupnya tidak pernah mengakui,
07:01Terhadap apa yang dia miliki.
07:04Hidupnya tidak pernah mengakui,
07:06Terhadap apa yang dia ucapkan.
07:08Hidupnya tidak pernah mengakui,
07:10Terhadap apa yang dia lakukan.
07:12Karena mereka sudah bertuhan secara sempurna.
07:14Terima kasih.
07:15Allahumma'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
07:18Sampu rasu.
07:24Saya Valentina Sitorus.
07:27Saksikan program-program Kompas TV,
07:29Melalui siaran digital.
07:30Pay TV dan media streaming lainnya.
07:34Kompas TV,
07:36Independen,
07:37Terpercaya.

Dianjurkan