KOMPAS.TV - Pemerintah batal memberi diskon tarif listrik 50 persen pada Juni hingga Juli 2025.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan diskon tarif listrik membutuhkan waktu lebih lama dalam proses penganggarannya, sehingga dinilai tidak memungkinkan untuk direalisasikan pada bulan Juni dan Juli ini.
Masyarakat mengaku kecewa dengan pembatalan diskon tarif listrik, sebab diskon yang pernah diberlakukan sebelumnya cukup dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Di atas kertas, stimulus ekonomi jilid dua senilai lebih dari Rp24 triliun tergolong besar. Tetapi bagaimana efektivitasnya terhadap produk domestik bruto, yang tahun lalu nilainya lebih dari Rp22.000 triliun?
Pemerintah juga batal memberikan diskon listrik 50 persen kepada pelanggan 1.300 volt ampere ke bawah.
Kompas Bisnis bertanya langsung kepada Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyu Askar.
Baca Juga PCO Hasan Nasbi Buka Suara soal Beda Sikap Airlangga dan Bahlil soal Diskon Tarif Listrik 50 Persen di https://www.kompas.tv/nasional/597464/pco-hasan-nasbi-buka-suara-soal-beda-sikap-airlangga-dan-bahlil-soal-diskon-tarif-listrik-50-persen
#diskon #listrik #pemerintah #menkeu
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/597507/full-diskon-tarif-listrik-batal-ekonom-celios-beberkan-stimulus-ekonomi-jilid-2-efektif
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan diskon tarif listrik membutuhkan waktu lebih lama dalam proses penganggarannya, sehingga dinilai tidak memungkinkan untuk direalisasikan pada bulan Juni dan Juli ini.
Masyarakat mengaku kecewa dengan pembatalan diskon tarif listrik, sebab diskon yang pernah diberlakukan sebelumnya cukup dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Di atas kertas, stimulus ekonomi jilid dua senilai lebih dari Rp24 triliun tergolong besar. Tetapi bagaimana efektivitasnya terhadap produk domestik bruto, yang tahun lalu nilainya lebih dari Rp22.000 triliun?
Pemerintah juga batal memberikan diskon listrik 50 persen kepada pelanggan 1.300 volt ampere ke bawah.
Kompas Bisnis bertanya langsung kepada Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyu Askar.
Baca Juga PCO Hasan Nasbi Buka Suara soal Beda Sikap Airlangga dan Bahlil soal Diskon Tarif Listrik 50 Persen di https://www.kompas.tv/nasional/597464/pco-hasan-nasbi-buka-suara-soal-beda-sikap-airlangga-dan-bahlil-soal-diskon-tarif-listrik-50-persen
#diskon #listrik #pemerintah #menkeu
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/597507/full-diskon-tarif-listrik-batal-ekonom-celios-beberkan-stimulus-ekonomi-jilid-2-efektif
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Kompas Bisnis
00:30Kompas Bisnis hari ini mengulai stimulus ekonomi jilid 2.
00:33Dampaknya antara ada dan tiada.
00:36Kenapa ya? Kita main angka di data selanjutnya.
00:40Oke, kita ke data yang dicoret oleh Menki Sri Mulyani dulu.
00:45Diskon listrik saudara ini semula menyasar sekitar 79,3 juta rumah tangga maksud kami.
00:55Pelanggan ini tidak terbatas pekerja formal ataupun pekerja informal.
00:58Nah, yang penting daya rumahnya itu adalah batasnya 1.300 volt ampere ke bawah.
01:07Alasan batal adalah tak cukup waktu proses penganggaran.
01:13Jadi fix ya dicoret.
01:14Apa yang tetap diberikan oleh pemerintah? Kita ke data selanjutnya.
01:17Ini dia yang akan diberikan.
01:22Jadi diganti dengan 5 paket stimulus.
01:26Totalnya 24,4 triliun ya.
01:29Yaitu adalah diantaranya diskon transportasi.
01:31Ini anggaranya 940 miliar.
01:34Diskon tarif tol 650 miliar.
01:37Subsidi upah 10,72 triliun.
01:40Bantuan sosial 11,93 triliun.
01:44Dan diskon iuran JKK 200 miliar rupiah.
01:49Angka 24,4 triliun rupiah.
01:53Hitam di atas putihnya itu sangat besar saudara.
01:57Tetapi uang ini jadi sangat ciut jika dibandingkan dengan produk domestik berutu tahun lalu.
02:04Yaitu 22 triliun.
02:06Dari perbandingan inilah muncul pertanyaan stimulus ini sebetulnya ada tidak dampaknya untuk mengungkit ekonomi.
02:14Kompas bisnis akan tanya ke ekonomi nanti.
02:17Kita ke data selanjutnya.
02:20Oke ini data makro ekonomi tahun 2025.
02:24Pertumbuhan di kuartal pertama itu adalah 4,87 persen.
02:29Kemudian inflasi tahunan di bulan Mei 1,6 persen.
02:34Sementara itu deflasi bulanan bulan Mei itu minus 0,37 persen.
02:41Sedikit memunculkan ingatan saudara pada Februari lalu saat diskon listrik pertama kali berlaku.
02:47Deflasi itu terjadi secara bulanan.
02:49Tahun kalender atau year to date bahkan secara tahunan.
02:54Ketika deflasinya bertubi-tubi terjadi.
02:57Dampak yang terbukti lewat data adalah pertumbuhan ekonomi yang juga jatuh.
03:03Artinya ekonomi sebetulnya butuh inflasi dengan syarat terkendali.
03:09Ekonomi gak bisa tumbuh kalau deflasi terus menerus berulang.
03:16Lantas bagaimana penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan respons masyarakat berikut ini.
03:22Pemerintah batal memberi diskon tarif listrik 50 persen pada Juni hingga Juli 2025.
03:33Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang diskon tarif listrik membutuhkan waktu lebih lama dalam proses penganggarannya.
03:40Sehingga dinilai tak memungkinkan untuk direalisasi untuk bulan Juni dan Juli ini.
03:45Sudah rapat di antara para menteri dan untuk pelaksanaan diskon listrik ternyata untuk kebutuhan atau proses penganggarannya jauh lebih lambat.
03:58Sehingga kalau kita tujuannya adalah Juni dan Juli kita memutuskan tidak bisa dijalankan.
04:05Sehingga yang itu digantikan menjadi bantuan subsidi upah.
04:10Masyarakat mengaku kecewa dengan pembatalan diskon tarif listrik.
04:16Sebab diskon tarif listrik yang pernah diberlakukan sebelumnya cukup dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
04:21Kalau bisa gitu ya mbak ya.
04:23Saya sebagai masyarakat bawah merasa sangat kecewa mbak kalau memang nanti subsidi listrik itu dialihkan.
04:33Karena kan untuk masyarakat seperti saya dan yang lainnya yang berharap ada diskon subsidi itu kan juga meringankan bagi saya dan juga orang-orang yang membutuhkan pembayaran yang lebih ringan gitu.
04:50Anggapannya ya sedikit kecewa sih ya mbak.
04:54Soalnya kan mungkin saya sendiri sebagai pegawai biasa, swasta, apalagi freelance gitu mungkin agak berat.
05:05Ya maksudnya ya kan lumayan 50% yang biasanya beli 50-100 untuk sebulan.
05:13Kalau ada diskon kan bisa lumayan bisa jadi 2 bulan.
05:15Sangat-sangat benar-benar kecewa. Kenapa itu harus dibatalkan gitu kan?
05:20Itu harusnya meringankan beban sebagai masyarakat gitu.
05:25Saya sebagai masyarakat kecil sangat-sangat kecewa.
05:29Diskon tarif listrik yang disampaikan Menko Perekonomian Air Langga Hartarto pada Mei lalu pada akhirnya tidak masuk dalam paket stimulus ekonomi yang dikucurkan pemerintah.
05:38Pemerintah mengalihkan diskon tarif listrik menjadi bantuan subsidi upah yang telah masuk dalam paket stimulus di bulan Juni hingga Juli.
05:47Tim Liputan, Kompas TV
05:48Butuh stimulus lebih agar daya beli mampu jadi faktor pendorong perekonomian.
05:56Setelah ini saudara kami akan tanya ke Direktur Kebijakan Publik Salios Media Wahyu Dias Karpel bersama kami di Kompas Bisnis.
06:08Di atas kertas stimulus ekonomi jilid 2 sendirian lebih dari 24 triliun cukup besar.
06:19Tetapi bagaimana efektivitasnya ke produk domestik bruto yang tahun lalu saja nilainya lebih dari 22.000 triliun rupiah.
06:28Pemerintah juga batal kasih diskon listrik 50% ke pelanggan 1.300 volt ampere ke bawah.
06:35Kompas Bisnis akan tanya ke Direktur Kebijakan Publik Salios Media Wahyu Dias Karpel.
06:39Selamat pagi Mas Media.
06:41Selamat pagi Mbak Wokta.
06:43Oke Mas Media kita ke pembatalan diskon listrik lebih dahulu.
06:46Jilid pertama saat ada diskon listrik Indonesia deflasi.
06:49Efeknya pertumbuhan ekonomi juga tersandung ke 4,84%.
06:53Apakah bisa disimpulkan MENQ Sri Mulyani ini sengaja membatalkan diskon tarif listrik Juni-Juli untuk mencegah deflasi dan untuk mencegah makin tergambarnya kelesuan ekonomi dari data makro itu?
07:08Ya pertama memang sangat disayangkan ya bahwa pemerintah membatalkan diskon listrik ini padahal ini kan segmennya adalah rumah tangga kelas bawah dan rentan.
07:21Jadi ini cukup ironi karena di tengah ekonomi yang melambat daya beli menurun pemerintah mencabut insentif.
07:28Jadi tadi contoh konkret sudah disampaikan bahwa ketika keluarga tagihan listrik 200 ribu kan lumayan bisa menghemat 100 ribu misalnya.
07:36Dan itu bisa digunakan untuk membeli beras, transportasi, sekolah anak, dan seterusnya.
07:41Soal apakah ini kemudian didorong untuk mencegah deflasi?
07:46Memang kemungkinan itu ada tetapi menurut saya tidak dominan karena inflasi saat ini itu masih rendah.
07:52Dan belum mengkhawatirkan juga sebagai deflasi.
07:54Dan saya kira hari ini motifnya lebih kepada pertimbangan fiskal ya yang lebih kuat.
08:00Karena memang dengan memberikan diskon 50% dengan asumsi 68 juta pelanggan itu beban APBN-nya mencapai 30 triliun.
08:10Jadi pemerintah lebih cenderung melakukan pertimbangan kos efisiensi.
08:15Tapi menurut saya memang pemerintah tampaknya terlalu berhitung ya untuk memberikan subsidi pada masyarakat.
08:21Yang sebetulnya saat ini masyarakat menunggu karena setengah tertekan.
08:26Ini berkebalikan justru dengan kebijakan-kebijakan.
08:30Kita sebut saja Malaysia misalkan.
08:32Malaysia itu mempertahankan subsidi listrik bagi 85% penduduk pada 2025 ini.
08:37Bahkan mengalokasikan anggaran kalau dirupiahkan itu sampai 40 triliun.
08:42Beban fiskalnya cukup besar tetapi itu memang penting dan lebih tepat sasaran untuk melindungi ekonomi masyarakat.
08:49Dan yang cukup menyakitkan juga Mbak Wokta karena diskon subsidi ini sudah disampaikan ke masyarakat tapi kemudian dibatalkan.
08:57Itu yang disesalkan ya saya kira dari perspektif publik.
09:01Oke ini kayaknya hitung-hitungan pemerintah justru berdampaknya pada masyarakat jadi kena PHP nih gitu ya.
09:07Nah Mas Media apa sebetulnya dampak pembatalan atau seberapa besar sebetulnya dampak pembatalan ini?
09:11Karena diskon listrik ini kan seharusnya itu tadi yang bisa dirasakan oleh rumah tangga yang bekerja secara formal ataupun informal.
09:18Beda kasusnya dengan subsidi upah yang dirikmati cuma dengan kelas pekerja formal itu.
09:24Ya betul sekali Mbak.
09:25Memang kalau hitungan saya ya pemerintah lebih punya data yang lebih presisi.
09:29Tetapi memang pemerintah harus mengorbankan sekitar 30 sampai 50 triliun untuk memberikan diskon listrik ini secara signifikan pada masyarakat menengah bawah.
09:38Nah tetapi ya diskon listrik ini lebih merata dampaknya daripada bantuan subsidi upah.
09:45Karena diskon tarif listrik ini bisa sampai 79 juta pelanggan rumah tangga kecil.
09:50Dan itu bisa membuat mereka juga jauh lebih kuat bisa berhemat atau bahkan juga bisa spending untuk membayar kebutuhan-kebutuhan pokok yang lainnya.
10:01Kalau bantuan subsidi upah itu hanya diperuntukkan untuk pekerja formal.
10:06Banyak pekerja informal yang akhirnya tidak bisa menerima.
10:10Karena hampir 58% lebih pekerja di Indonesia itu informal.
10:15Jadi ini belum tentu bisa menyasar banyak penduduk rentan.
10:20Sama satu lagi bantuan subsidi upah ini kan basisnya BPJS Ketenagakerjaan.
10:25Faktanya sejak tahun 2022 pasca UU Ciptaker malah persentase pekerja yang memiliki BPJS dan pelindungan sosial itu justru mengalami penurunan.
10:36Jadi ini yang juga efek multipliernya yang juga harus dipikirkan oleh pemerintah.
10:42Dan satu lagi kalau untuk BSU ya yang juga dikhawatirkan karena sifatnya transfer uang itu sikisnya beda.
10:49Karena bisa jadi nanti masyarakat penerima meskipun hanya sekelompok masyarakat ya tapi justru melakukan spending untuk judul.
10:57Dan ini justru tidak berdampak juga terhadap ekonomi real.
11:00Dan judul ini malah uangnya berpindah ke negara lain.
11:03Artinya penegasan pas media, artinya dengan keputusan mengganti dengan stimulus yang ada 5 itu tadi justru tidak tepat dong pemerintah hitung-hitungannya.
11:11Atau justru ya seharusnya kalau misalnya dibandingkan dengan waktu jilid pertama itu justru kayaknya dampaknya lebih bagus yang diskontari listrik gitu.
11:19Iya diskontari listrik seperti yang saya sampaikan lebih masif.
11:24Dan sebetulnya kalau bisa kan dua-duanya ya.
11:26Bantuan subsidi upah juga dilakukan.
11:28Tapi kalau bisa tidak hanya untuk sektor formal tetapi juga informal.
11:33Dan pada saat bersamaan juga diskontari listrik juga diberikan kepada masyarakat.
11:37Karena hitung-hitungannya begini bahwa pemerintah melihat itu sebagai komponen yang besar itu memang betul.
11:46Tetapi kan itu bisa dihitung multiplier efeknya.
11:49Ketika kita memberikan subsidi pada 62 juta rumah tangga misalkan.
11:54Dengan catatan alokasi anggaran mencapai 30 triliun.
11:58Kan pada saat bersamaan konsumsi dasar rumah tangga itu kan bisa naik.
12:02Terutama masyarakat bawah ya untuk pangan, pendidikan, dan kebutuhan anak.
12:05Dan kalau hitungan-hitungan saya dengan asumsi rumah tangga itu menyumbang 52% terhadap PDB nasional.
12:13Multiplier efeknya bisa 1-2 kali.
12:15Dan diskontari listrik ini jauh lebih efektif dibandingkan program-program yang lain.
12:21Jadi saya kira pemerintah tampak lebih mempertimbangkan defisit fiskal ya.
12:28Ketimbang memberikan stimulus yang jauh lebih tepat sasaran untuk kelas menang bawah.
12:33Oke, hitung-hitungannya nampaknya lebih ke multiplier efeknya lebih besar kalau tadi ngambilnya yang diskontari listrik.
12:39Mas Media di atas kertas kan 24 triliun adalah angka yang besar.
12:42Tapi kalau dibandingkan dengan PDB yang tahun lalu nilainya lebih dari 22 triliun rupiah.
12:46Ini jadi juta apa yang bisa disikapi dari ini?
12:49Ya memang hari ini pemerintah mengalami turbulensi penerimaan negara yang juga tidak cukup signifikan.
12:58Pada saat yang bersamaan efisiensi anggaran juga akhirnya mengorbankan banyak sektor-sektor strategis begitu.
13:04Dan yang cukup saya sayangkan adalah pemerintah berpikir cepat sekali untuk program-program ambisius.
13:13Seperti MBG, COPDES, MBG begitu ya.
13:17Tapi untuk insentif yang betul-betul dirasakan masyarakat Indonesia sampai pemerintah sampai berpikir 200 kali gitu.
13:24Karena kalau dilihat dari besaran insentif yang 24 triliun ini jelas masih kecil.
13:29Bahkan kalau kita tarik lebih makro, persentase perlindungan sosial kita terhadap PDB itu juga masih sangat kecil sekali.
13:37Jadi stimulus-stimulus yang tepat sasaran sebetulnya harus terus didorong oleh pemerintah kepada masyarakat.
13:44Dan harusnya juga harusnya lebih banyak gitu.
13:46Oke, menarik.
13:47Tama satu lagi, stimulus hari ini kebanyakan kan selain badutan subsidi upah itu kan diskon transportasi ya.
13:54Dan sektor transportasi termasuk juga rekreasi, kontribusinya terhadap PDB juga kan tidak signifikan juga.
14:02Tidak begitu besar dibandingkan investasi, ekspor, dan lain-lain.
14:06Jadi ini lebih ke stimulus jangka pendek yang juga belum tentu berdampak pada perekonomian.
14:12Oke, Mas Media, menarik tadi.
14:1424 triliun ini nampaknya kayaknya masih kecil gitu kalau dibilangin untuk insentif.
14:18Artinya, seberapa kuat daya dorong stimulus 24 triliun tadi kalau memang angkanya dianggap masih kecil ke ekonomi.
14:25Karena targetnya 39 juta penerima manfaat.
14:27Atau ini sebenarnya kayak jadi simbolik aja supaya konsumsi masyarakat nggak turun-turun amat?
14:33Ya, penduduk miskin kita itu hampir ya bersekitar 96 juta orang.
14:39Kalau mengikuti data BPJS Kesehatan berbasis penerima bantuan iuran.
14:44Artinya, 39 juta orang yang disasar saat ini itu jelas masih kecil sekali gitu ya.
14:50Belum tentu bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
14:55Memang saya sedikit melihat bahwa ini lebih kepada pesan simbolik untuk menjaga stabilitas psikologis dan kepercayaan masyarakat.
15:03Bahwa masyarakat jangan panik, jangan mengurangi konsumsi secara ekstrim,
15:07dan menjaga roda ekonomi tetap berputar begitu ya.
15:11Secara makro itu ya, langkah-langkah ini memang wajar dilakukan.
15:17Tetapi persoalannya lagi-lagi adalah kita harus memastikan bahwa insentif yang dilakukan itu betul-betul tepat sasaran gitu.
15:26Nggak apa-apa mungkin gimmick populis gitu ya, tapi yang populis ini juga harusnya yang tepat sasaran gitu.
15:32Jangan justru mendorong insentif lain.
15:34Contoh misalkan diskon transportasi.
15:38Sekarang pertanyaan saya adalah siapa yang mau jalan-jalan gitu ya ketika kebutuhan basic needs lainnya seperti pendidikan itu meningkat di bulan Juni.
15:50Misalkan.
15:52Sehingga memang subsidi listrik jadi masuk akal karena terjadi pengurangan secara signifikan,
15:56disposable income masyarakat naik karena berkurangnya biaya listrik sehingga bisa dihemat begitu ya.
16:02Tapi lagi-lagi pemerintah punya pertimbangan.
16:06Menurut saya kalau pertimbangannya datanya belum ada, belum kuat, tidak bisa dilakukan dengan cepat, terkesan mengada-ngada ya.
16:14Kenapa kok untuk program lain bisa cepat, tapi untuk program yang betul-betul langsung kepada masyarakat itu lama dan pertimbangannya sampai 200 kali.
16:21Oke, jadi kalau bisa dibilang di stimulus ekonomi jilid 2, efeknya antara ada dan tiada.
16:28Apa sebetulnya yang benar-benar dibutuhkan agar konsumsi rumah tangga pulih?
16:31Apakah misalnya memperbesar PKH atau kepastian lapangan kerja, Mas Media?
16:36Ya, yang pertama diperluas cakupan penerimanya.
16:39PKH yang paling efektif berdampak pada masyarakat itu diperluas.
16:43Bantuan subsidi upah juga harusnya bisa lebih panjang, jangan hanya 2 bulan.
16:48Dan kalau kita lihat bagaimana Malaysia melakukan stimulus sejak awal tahun 2025 ya,
16:53fokus mereka memang selain perluasan coverage dan bantuan sosial juga meningkatkan upah minimum sebesar 13% begitu ya.
17:02Dan ini dikalkulasi dengan baik, kemudian justru jauh lebih banyak dirasakan dampaknya oleh masyarakat gitu.
17:10Sama satu lagi, karena sekarang kan sudah bulan Juni ya, pengeluaran masyarakat kan paling signifikan untuk pendidikan nih.
17:18Beli seragam, meskipun SD gratis, SD negeri gratis, tapi masyarakat harus mengeluarkan uang untuk anak-anak mereka yang akan sekolah begitu ya.
17:27Dan ini nggak diintervensi oleh pemerintah penambahan biaya untuk pendidikan ini, begitu mbak.
17:33Jadi lagi-lagi, kalau ditanya ke masyarakat, kalau masyarakat ingin memilih, apakah masyarakat ingin butuh lapangan kerja,
17:42atau sekarang misalkan makan bergizi gratis untuk anak-anaknya, sebagian pasar masyarakat itu menjawab lapangan kerja.
17:49Itu agar mereka bisa memberikan anaknya makan dengan layak, begitu.
17:53Karena banyak juga masyarakat yang juga tahu bahwa banyak makanan MBG yang tidak berkualitas.
18:01Jadi yang dibantu itu orang tuanya, lewat sistem pengupahan yang baik, insentif yang baik untuk orang tuanya,
18:07sehingga orang tuanya berdaya, sehingga bisa memberikan makan yang layak bagi anaknya, begitu mbak.
18:13Oke, ini nampaknya harus menjadi catatan bagi pemerintah,
18:15dimana stimulus ekonomi jilid 2 ini kan tadi mencoret adanya diskon tarif listrik,
18:21ini juga bisa dikatakan, karena udah diumumin, ya diskonnya PHP, jangan sampai daya dorongnya juga PHP nih.
18:28Jadi harus bisa dipastikan, gak cuma pekerja formal aja yang bisa menikmati,
18:32tapi juga bisa punya daya dorong untuk masyarakat yang di luar itu,
18:36untuk alokasi anggarannya bisa ke hal-hal yang sifatnya apa, bisa mendorong konsumsi rumah tangga.
18:41Terima kasih Direktur Kebijakan Publik Selios Media, Wasyudia Askar, sudah bersama di Kompas Bisnis.
18:46Sehat selalu, Mas Media.
18:48Sehat selalu, mbak.
18:49Terima kasih.