Meski pernah ditembus 11 peluru, dan 3 peluru masih bersarang di tubuhnya, Bripka Jakaria tak gentar, dia tetap di garis depan melawan sindikat kejahatan metropolitan. Kesehariannya, Bripka Jakaria bertugas di Satuan Reserse Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya. Sebagai polisi, pria kelahiran Jakarta, 22 Februari 1975 ini, memiliki liku-liku panjang dalam bertugas. Masih ingat penangkapan perampok mobil pengisi mesin ATM BCA di Cawang Jakarta Timur, yang menggondol duit 2,8 miliar, tiga tahun silam? Ya. Lulusan Sekolah Kepolisian Negara Lido, Bogor Sukabumi tahun 1995/1996 ini adalah salah satu petugas yang meringkus 9 tersangkanya. Saat penangkapan, sempat terjadi baku tembak di Jl. Rancaekek, Cipacing Bandung. Jaraknya cuma 1 meter, lantaran Bripka Jakaria adalah orang yang masuk ke dalam mobil tersangka. Dua tersangka akhirnya tertembak. Satu diantaranya meninggal. Bripka Jakaria sendiri, mengalami luka cukup parah setelah 11 peluru dari senjata api jenis FN menembus bagian dada dan lengan sebelah kiri. Dalam keadaan tetap sadar, anak sulung dari dua bersaudara pasangan S Yono dan Hasanah ini dilarikan ke RS Hasan Sadikin Bandung. “Dari 11 peluru, delapan peluru berhasil dikeluarkan tim medis. Sisanya, hancur dalam tulang tubuh saya dan tidak bisa dikeluarkan hingga sekarang,” ujar Jakaria kepada M Syahnoer dariJakartapress, Rabu (29/6/2011) malam. Menurutnya, dokter yang menanganinya sempat mau melakukan amputansi. Namun Jakaria menolak. Ia yakin. Hidup matinya ada ditangan Tuhan. Dan benar. Mujizat itu masih berpihak pada bapak dua anak ini. Setelah sebulan dirawat di RS, tangannya bisa digerakkan lagi. Ia bisa kembali bertugas, mengabdikan diri pada bangsa dan negara.