Candi Cetho, Candi yang Berada di Ketinggian 1496 mdpl

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Menurut ahli sejarah, Candi Cetho telah dibangun di abad ke-15 pada Kerajaan Majapahit, yaitu pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V. (1)

Candi yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit Hindu ini memiliki keunikan.

Keunikan candi ini yaitu memiliki arsitektur berbeda dengan candi Hindu lain di Jawa, karena Candi Cetho dibangun di akhir masa kejayaan Kerajaan Majapahit.

Candi Cetho adalah sebuah candi bercorak Agama Hindu yang diperkirakan selesai dibangun pada tahun 1475 M (1397 Saka). (2)

Pembangunan candi ini diperkirakan dimulai pada tahun 1451 M (1373 Saka).

Keberadaan Candi Cetho pertama kali diungkap oleh Van der Vlies pada tahun 1842.

Kemudian hasil penelitian ini diteruskan oleh W F Stuterheim, K C Crucq, A J Bernet Kempers, dan Riboet Darmoseotopo yang berkebangsaan Indonesia.

Candi Cetho dibangun bertujuan untuk 'ruwatan', yang berarti upaya penyelamatan dari malapetaka dan berbagai bentuk tekanan akibat kekacauan yang sedang berlangsung pada saat itu. (3)

Hal yang menarik lagi adalah raja-raja Majapahit menganut ajaran Budha.


Diduga penyimpangan tersebut mempunyai kaitan erat dengan tujuan pembangunan Candi Cetho.

Kerajaan Majapahit pada saat itu mengalami proses keruntuhan seperti kekacauan sosial, politik, budaya, dan bahkan tata keagamaan sebelum akhirnya mengalami keruntuhan total pada tahun 1478 M.

Nama Candi Cetho diambil dari penyebutan masyarakat sekitar yang juga merupakan nama dusun tempat candi ini dibangun. (4)

Dalam bahasa Jawa, cetho memiliki arti jelas.

Candi ini dinamakan cetho karena ketika pengunjung datang ke Candi Cetho maka pengunjung mampu melihat pemandangan pegunungan di sekitar dengan jelas.

Dinas Purbakala mengadakan penelitian melalui penggalian untuk mencari bahan-bahan rekonstruksi pada tahun 1928.

Arsitektur
Candi Cetho memiliki arsitektur yang unik dan berbeda dengan candi lain.

Punden berundak menjadikan arsitektur Candi Cetho terlihat unik. (5)

Material batu andesit dengan memakai relief sederhana, hal tersebut yang membuat Candi Cetho terlihat istimewa.

Arsitektur Candi Cetho mirip dengan candi Suku Maya di Meksiko dan Suku Inca di Peru.

Di Candi Cetho juga terdapat patung yang tidak mirip dengan orang Jawa melainkan orang Sumeria atau Romawi.

Bahan Andesit yang digunakan pada saat itu dibangun menggunakan bata merah.

Relief di Candi Cetho juga lebih kompleks dan detail.

Awalnya Candi Cetho memiliki 14 teras, namun saat ini hanya tersisa sembilan teras.

Pada masing-masing teras, terdapat sebuah pintu dan jalan setapak sebagai penghubung. (6)

Kemudian di sisi timur teras paling bawah, terdapat gapura sebagai pintu gerbang Candi Cetho.

Sebuah arca yang disebut arca Nyai Gemang Arum berada di depan gapura Candi Cetho.

Terdapat bangunan tanpa dinding yang berdiri di atas fondasi yang memiliki tinggi kurang lebih 2 meter.

Sementara itu, di halaman teras kedua terdapat susunan batu yang membentuk gambar garuda terbang yang membentangkan sayap.


Susunan batu di punggung garuda menggambarkan seekor kura-kura.

Lalu, tepat di atas kepala garuda terdapat susunan batu yang berbentuk matahari bersinar, segitiga, dan Kalacakra (alat kelamin laki-laki).

Teras ke empat memiliki penampakan sama dengan teras lain di Candi Cetho. (7)

Pada teras ke lima, terdapat halaman yang memiliki dua buah bangunan yang memiliki kesaamaan dengan pendopo tanpa dinding.

Hal tersebut berlaku pada teras ke enam.

Selanjutnya, pada teras ke tujuh, terdapat gapura tangga berbatu.

Tangga tersebut berada di antara dua buah patung Ganesha dan satu buah patung Kalacakra.

Pada teras ke delapan, terdapat relief yang berupa angka tahun pembangunan Candi Cetho.

Terdapat dua buah bangunan yang terdiri atas patung Sabdapalon yang berada di sisi kiri dan patung Nayagenggong di sisi kanan pada teras ke sembilan.

Dalam cerita pewayangan, kedua patung tersebut merupakan tokoh Punakawan.

Di teras ke-10, terdapat enam bangunan dengan tiga bangunan di sisi kanan dan tiga bangunan di sisi kiri.

Bangunan di sisi kiri terdapat arca Prabu Brawijaya.

Di bagian sisi kanan terdapat arca Kalacakra.

Pada bangunan yang berada di sisi kanan paling ujung digunakan sebagai sarana penyimapanan pusaka Empu Supa.

Dianjurkan