Setelah beberapa tahun membangun hidup baru di Beijing, Asma akhirnya menemukan kedamaian bersama Zhongwen, suami yang selalu mendukungnya dalam karier dan dakwahnya. Namun kebahagiaan itu terusik ketika Asma diminta menjadi delegasi khusus Indonesia untuk menghadiri festival budaya Islam di Ningxia, wilayah yang dikenal sebagai “jantung Muslim Tiongkok”.
Saat tiba di Ningxia, Asma bertemu Aisha, peneliti muda lokal yang sedang menelusuri jejak sejarah Jalur Sutra. Ketika Asma membantu Aisha membuat dokumentasi, mereka menemukan manuskrip tua yang berkaitan dengan kisah cinta terlarang pada masa Dinasti Tang—dan manuskrip itu menyimpan pesan moral yang seakan relevan dengan hidup Asma.
Di sisi lain, Zhongwen tiba-tiba menghilang kontak. Ia dikabarkan terlibat dalam insiden penelitian medis di Beijing yang membuatnya harus menjalani pemeriksaan intensif. Asma, yang berada ratusan kilometer jauhnya, mulai diterpa rasa bersalah, rindu, dan ketakutan kehilangan untuk kedua kalinya.
Ketika sebuah badai pasir besar melanda Ningxia dan timnya terpisah, Asma mengalami perjalanan spiritual mendalam di lanskap gurun yang sunyi. Di momen inilah ia menemukan pesan sejati dari manuskrip yang mereka temukan—tentang keikhlasan, ujian hati, dan kepercayaan pada takdir Allah.
Dengan bantuan Aisha dan komunitas Muslim Ningxia, Asma berjuang kembali ke Beijing untuk menemukan Zhongwen, namun ia justru dihadapkan pada rahasia yang selama ini tak disangka, yang menguji fondasi cintanya dan keyakinan mereka berdua.
Di akhir cerita, Asma harus memilih antara ambisi, cinta, atau takdir yang telah Allah siapkan—sebuah perjalanan yang mengingatkannya bahwa cinta sejati selalu menemukan jalan pulang.
Jadilah yang pertama berkomentar