Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
Kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menempatkan Rp200 triliun dana pemerintah di perbankan adalah langkah besar untuk memberi dorongan fiskal. Ide dasarnya sederhana, bank punya likuiditas, kredit produktif mengalir, dunia usaha bergerak, ekonomi berputar, tenaga kerja terserap, dan denyut nadi perekonomian kembali berdetak di tengah ketidakpastian global.

Namun, pertanyaan krusial muncul, apakah dana sebesar itu benar-benar akan bertransformasi menjadi kredit produktif?

Tonton juga RiauOnline “
(RiauOnline)

#Riauonline #Riauonlinecoid #Likuiditas

Jangan lupa subscribe, tinggalkan komentar dan share.

Tonton konten lainnya juga di YouTube Channel:
- Sisi Lain https://youtu.be/_TYOe2wDBl8
- Wamoi dan Riau https://youtu.be/roXyLa8aFLU

Jangan lupa subscribe yaa..

Follow Juga akun Sosial Media kami

https://www.facebook.com/RiauOnlin

https://twitter.com/red_riauonline

https://www.instagram.com/riauonline.co.id/?hl=id

https://www.tiktok.com/@riauonline1

https://s.helo-app.com/al/xvYZYpjbvR

https://sck.io/u/j3hlxrGg

Kategori

🗞
Berita
Transkrip
00:00Dana 200 triliun rupiah mengalir ke ban,
00:02antara likuiditas longgar dan lemahnya kepastian hukum.
00:06Kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudisa Dewa menempatkan 200 triliun rupiah
00:10dana pemerintah diperbankan adalah langkah besar untuk memberi dorongan fiskal.
00:14Ide dasarnya sederhana.
00:16Bank punya likuiditas, kredit produktif mengalir,
00:19dunia usaha bergerak, ekonomi berputar, tenaga kerja terserap,
00:23dan denyut nadi perekonomian kembali berdetak di tengah ketidakpastian global.
00:27Namun, pertanyaan krusial muncul,
00:30apakah dana sebesar itu benar-benar akan bertransformasi menjadi kredit produktif?
00:34Menteri Keuangan dalam sebuah wawancara menegaskan bahwa ban saat ini justru pusing menyalurkan kredit.
00:40Ban diminta lebih kreatif, mengurangi perang biaya dana yang sempat mahal,
00:44dan dengan kucuran dana besar diharapkan bisa menyalurkan kredit dengan marin lebih murah.
00:49Bahkan ban dilarang menempatkan dana ke surat berharga negara, SBN,
00:53instrumen yang relatif aman dan nyaman.
00:56Tetapi prosesnya tidak sesederhana itu.
00:58Di balik likuiditas longgar, ada lapisan persoalan serius.
01:03Regulasi kehati-hatian, kepastian hukum yang lemah,
01:07birokrasi pertanahan yang berbelit,
01:08hingga ketakutan bankir menghadapi jeratan pidana.
01:12Dari sisi bank, masalah datang berlapis.
01:15Regulasi prudensial dari OJK dan BI menjadi pagar ketat.
01:18Rasio kecukupan modal, kar, bobot risiko kredit,
01:23hingga penilaian kualitas aset semuanya menuntut kehati-hatian.
01:27Pengalaman krisis membuat regulator mengetatkan aturan,
01:30agar perbankan tidak mudah goyah ketika badai global menerpa.
01:34Hasilnya, ban lebih nyaman membeli SBN ketimbang
01:37menyalurkan kredit produktif yang bobot risikonya lebih tinggi.
01:40Di atas kertas, SBN memang berimbal hasil lebih kecil,
01:44tetapi risikonya mendekati nol.
01:46Sementara kredit, meskipun menjanjikan Marin lebih tinggi,
01:50selalu membawa risiko gagal bayar.
01:52Masalah lain datang dari agresivitas aparat penegak hukum, APH.
01:57Pasal, merugikan negara, atau, memperkaya orang lain,
02:01sering dipakai dalam kasus kredit bermasalah.
02:04Padahal dalam teori ekonomi,
02:05default risk adalah risiko inherent dalam intermediasi keuangan.
02:09Kredit macet adalah bagian dari siklus bisnis,
02:12bukan serta-merta tindak pidana.
02:14Namun, ketika risiko bisnis bisa berubah menjadi risiko pidana,
02:18lahirlah perilaku risk aversion.
02:21Bankir lebih memilih jalan aman daripada menyalurkan kredit
02:24yang rawan dipersoalkan hukum.
02:26Fenomena ini menjelaskan mengapa sebagian besar bankir
02:29enggan mengambil risiko meskipun likuiditas mereka sangat longgar.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan