Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
Kepala UPTD DKLH Bali: Sungai Bukan Tempat Sampah

Reporter : AGA
Editor : FDI

#Bali
#AllAboutBali
#BeritaBali
#DaruratSampah
#SungaiTercemar
#LingkunganBali
#PariwisataBali
#SampahPlastik
#AksiBersihSungai
#SungaiBukanTempatSampah
Transkrip
00:00Kepala UPTD DKLH Bali, sungai bukan tempat sampah.
00:30Karena kadang sungai itu dianggap tebal Pak, jadi yang tinggal di kampung-kampung sekitar bantaran sungai Badung, Tukan Ayung, jadi mukanya di depannya rumah itu kan ke view yang bagus.
00:47Kemudian yang sungai dipakai tebal, nah syukur sekarang sungai-sungai atau tukang-tukang yang besar itu dijadikan view, dijadikan untuk obyek wisata.
00:58Nah, sehingga sungai itu ditata dengan bagus, jadi sampah tidak dibuang lagi ke sungai.
01:04Nah, jadi itu. Tapi tetap kita melihat pelanggaran-pelanggaran yang membuang sampah, kalau kita lihat langsung, jadi bisa kita peringati dan kita edukasi mereka.
01:15Jadi kita lihat juga ketika musim hujan, banyak sampah-sampah plastik yang larinya ke pantai, larinya ke laut.
01:25Artinya apa? Jadi di hulu masih masyarakat itu membuang sampah ke sungai itu.
01:31Dari pantau di daerah mana yang kondisinya untuk membuang sampah ke sungai masih menurut Ibu?
01:35Kemarin di daerah Dreamland, Dreamland yang di Kuta itu, jadi ketika musim hujan itu penuh Pak, penuh sungai-sungai itu, penuh isi sampah plastik.
01:47Nah, bisa nanti datanya itu Pak Minta di Sungai Watch, ada sama Mr. Gary.
01:53Kemudian ada juga teman-teman penggiat pembersih sungai itu di Yayasan Bindu, di Gongne.
02:01Nah, itu yang concern terhadap pengelolaan sampah yang di kawasan sungai.
02:09Berarti itu bisa disebut di daerah selatan masih banyak Bu ya untuk pembuangan sampah ke sungai?
02:14Yang membuang sampahnya itu di hulunya Pak, sehingga larinya ke selatan dia.
02:19Jadi di hulu, misalkan di desa-desa itu kadang nyapu dibuangnya ke sungai, kayak itu.
02:26Kadang tak resek, jadi sampah-sampah yang ada di dapur itu dibuang ke sana.
02:32Banyak Pak, karena kenapa kita lihat begitu?
02:34Karena sampah yang ada di pesisir itu banyak yang datangnya kan ketika musim hujan kan lari ke muara dia.
02:41Jadi bisa disebut itu masih parah Bu, pembuangan sampah di sungai.
02:45Masih, ini yang perlu makanya perlu peluang sampah berbasis sumber.
02:49Ketika di rumah tangga atau di sumber, di kawasan, di hotel-hotel, horeca, kemudian di pasar,
02:56sudah dikeluar dengan baik, tentunya sampah yang dibuang ke lingkungan artinya dibuang langsung ke sungai,
03:02kemudian ke TPA itu bisa berkurang.
03:08Jadi bisa disebut itu kesadarannya masih?
03:09Masih, ya ini yang perlu kita tingkatkan bersama, kesadaran masyarakat untuk sama-sama wear terhadap lingkungan.
03:17Jadi kita hidup diet-diet sampah, kemudian kita hidup ramah lingkungan, ya eco-friendly lah.
03:23Itu selesai dari PUPR bagian sumber daya airnya.
03:29Kalau kiasi jarang, tapi kadang-kadang masih ada.
03:32Kalau dicontoh nih di sungai deket kita ini, di hari-hari tertentu, di saat dam dibuka tuh sampah banyak sekali.
03:41Kan damnya dibuka tuh, sampah mengalir dah di sungai sebelahnya.
03:45Maksudnya bisa disebut masih banyak ya sampah-sampah terbuang di sungai itu, Pak ya.
03:49Itu menurut Bapak apa, Pak?
03:50Mungkin penyebab utamanya menurut Bapak sendiri.
03:52Jadi apakah sadar masyarakat, ataukah memang sampah-sampah kiriman, Pak?
03:57Enggak, bukan sih sampah kiriman.
03:58Kalau di sungai itu pasti sampah domestik yang sampah eksik.
04:00Itu karena perilaku aja, Pak.
04:02Artinya belum menyadari di sungai, berapa pentingnya sungai itu.
04:06Dan sampah itu kalau dibuang di sungai, pasti terakhir di laut.
04:11Kalau Bapak lihat, mungkin dari sempat Bapak Ahmad itu sampah-sampah apa yang mendominasi, Pak?
04:15Kalau di sungai plastik atau kalau sampah-sampah?
04:17Lebih mendominasi sampah anorganik.
04:21Anorganik ya, lebih mendominasi.
04:23Jadi bisa disebut itu habit ya, semua kebiasaan.
04:25Terima kasih.
04:26Terima kasih.

Dianjurkan