JAKARTA, KOMPAS.TV - Jurnalis KompasTV Dipo Nurbahagia menelusuri ke rumah Angga Dewi, salah satu pembeli beras premium di Jakarta.
Angga Dewi merasakan perbedaan kualitas beras premium yang dibelinya dengan beras yang diduga telah dioplos.
"Apek gitu ya. Kayak hancur atau patah-patah gitu pada saat dimasak. Biasanya seharian tuh bisa, karena di magicom. Ternyata dia lebih kering dan jadi kayak basi gitu ya," katanya.
Angga Dewi juga menunjukkan beras yang telah dimasaknya kepada Dipo.
Sementara itu Dipo juga mewawancarai Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Mentan mengungkapkan temuan beras curah yang dicampur seolah menjadi berkualitas medium hingga premium. Temuan ini dibuktikan dari penelitian di 13 laboratorium.
"Kalau dikuasai Bulog begitu Pak, artinya tidak disebar di pasaran?," tanya Dipo Nurbahagia kepada Mentan Amran.
"Lah ini kan dikasih Bulog. Kami keluarkan beras 360.000 ton yaitu bansos. Kemudian 1,3 juta ton SPHP," katanya.
Kementerian Pertanian ungkap dugaan praktik curang perdagangan beras premium, mulai dari kualitas yang tidak sesuai, takaran yang dikurangi, hingga harga yang melampaui batas eceran tertinggi (HET).
Total kerugian disebut mencapai hampir Rp 100 triliun.
https://youtu.be/VkzCq0jHTpY
#beras #oplosan #mentan
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/606718/konsumen-ungkap-beda-beras-premium-dengan-beras-oplosan-dipo-investigasi
05:33Dan ini salah satu merk beras yang sudah diuji oleh Kementerian Pertanian.
05:40Dan nampaknya tidak sesuai dengan spesifikasi.
05:43Tadi ibu bilang kalau beras ini ibu masih pakai, Bu, ya?
05:46Masih, masih.
05:47Tidak tahan lama?
05:48Iya.
05:49Biasanya saya kalau masak itu kan pagi, karena mau sekolah anak-anak gitu.
05:53Sampai dengan hari ini udah...
05:54Belum sehari udah nggak enak?
05:55Boleh sehari?
05:56Boleh, boleh.
05:57Oke.
06:01Jadi dia lebih ke yang keras gitu ya, pinggiran yang mas.
06:06Iya, jadi agak-agak...
06:07Secara warna juga...
06:09Iya, jadi agak gimana ya, pinggir-pinggirnya itu loh, Mas.
06:12Agak kuning ya?
06:13Iya.
06:14Jadi udah pasti nggak bisa dikonsumsi lagi.
06:16Ini udah bikin baru.
06:17Ini kalau pakai beras yang daerah, kayak gini juga nggak?
06:19Enggak.
06:20Pokoknya kalau beras yang...
06:22Maaf ya, ibu nggak bisa 24 jam deh.
06:25Terus yang harus habis.
06:26Oke.
06:26Kalau nggak ya mau nggak mau, ini dibuat.
06:30Ibu merasa dirugikan sebagai masyarakat?
06:33Dirugikan banget ya, karena kan ini...
06:34Kita kan sekarang dalam kondisi ekonomi yang tidak baik-baik aja ya.
06:38Kayaknya hampir semua orang gitu.
06:39Jadi...
06:39Beras ini kan makanan pokok ya.
06:42Kalau bisa, beras itu nggak usah di aneh-anehin gitu loh.
06:46Karena ini kan menyangkut dengan pengaruh sama anak-anak di kita nantilah gitu.
06:49Terus ditambah nanti untuk berat dan lain sebagainya, untuk apa sih gitu loh.
06:53Kita bohong gitu loh hal-hal seperti itu, kayak gitu.
06:55Nah, perlu diketahui bahwa anggota kami adalah bukan produsen.
07:22Artinya, kita tidak membuat.
07:25Memang ada merek-merek tertentu yang kita makhlun, yaitu kita sebutnya private label.
07:31Tapi yang produksi ada produsen.
07:34Ya, kita juga memang dengan kondisi yang seperti cukup prihatin.
07:37Karena, saya bisa pastikan bahwa retail kami tidak punya kemampuan untuk mengetahui apakah beras yang ada di dalam kemasan 5 kg tersebut, ya, melebihi 15% atas patahan.
07:53Karena beras premium, dikategorikan beras premium, kalau patahannya di bawah 15% atau maksimum 50%.
08:00Tentunya, kami sebagai pedagang, ya, menerima tentunya dengan satu ikatan kerjasama.
08:09Dan, apa yang kita lakukan terhadap tersebut, kita sepakat untuk menerima barang beras yang disebut premium dengan harga memang premium.
08:18Tentunya, dengan kejadian ini, kita ada hikmah yang nantinya ke depan, kita akan coba melakukan premium dengan menggunakan pihak-pihak tertentu yang memang punya kapasitas terhadap kemampuan untuk mengetahui apa yang ada di dalam kemasan 5 kg tersebut.
08:34Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No. 2 Tahun 2023, tentang persyaratan mutu dan label beras, diatur nilai yang menentukan kriteria keamanan, kandungan gizi, fisik, hingga komposisi dari beras premium, beras medium, beras sub-medium, hingga beras pecah.
08:55Derajat sosok atau persentase tingkat terlepas yang lembaga dan lapisan kulit ari biji beras pada beras premium dan beras medium memiliki kadar yang sama, yaitu 95 persen, dengan kadar air maksimal 14 persen.
09:11Perbedaan yang jelas terlihat pada bagian beras kepala. Beras kepala pada beras premium memiliki butir yang hampir utuh di atas 95 persen, sementara pada beras medium terdapat minimal 75 persen beras kepala.
09:25Kemudian ada butir patah, merupakan butir beras dengan ukuran lebih besar 0,2 atau lebih kecil 0,8 dari beras utuh.
09:33Kadar butir patah pada beras premium adalah 15 persen, sementara pada beras medium maksimal 25 persen.
09:41Beras premium tidak memiliki butiran menir atau butiran rusak, sementara pada beras medium memiliki kadar menir maksimal 5 persen.
09:49Beras premium juga tidak memiliki butiran gabah, dan kadar butiran gabah pada beras medium adalah 1 butir per 100 gram.
09:58Beras premium tidak boleh tercampur dengan benda asing seperti kerikil dan sekam, sementara pada beras medium kadar benda asing maksimal 0,05 persen.
10:07Sementara PT Wilmar Group adalah salah satu perusahaan yang masuk ke dalam radar kementerian pertanian, termasuk juga Satgas Pangan Polri.
10:18Karena diduga melakukan praktik curang dalam penjualan beras.
10:23PT Wilmar Group sebelumnya juga sempat, dalam tanda kutip, tersandung kasus serupa, yakni terkait dengan penjualan minyak goreng.
10:30Lalu apa tanggapan mereka terkait dengan sangkaan baru ini? Saya akan langsung tanyakan, Saudara.
10:37Dari 4 perusahaan yang disebut oleh Kementerian Pertanian melanggar aturan perdagangan beras,
10:42hingga liputan ini ditayangkan. PT Wilmar sama sekali belum memberikan pernyataan kepada publik.
10:47Lina dari Wilmar Group ya, cuma belum direspon. Nah saya coba datangin langsung, bisa.
10:54Belum dulu aja ketamanya.
10:55Oke, terima kasih ya.
11:00Nggak bisa nemuin ya, gimana ya. Tapi Mbak Lina ada? Iya, Mbak Lina. Kepun Mbak Lina ada.
11:04Sebelum saya telepon ya? Iya. Saya telepon Mbak Lina, jadi nggak ada orang yang mau sejak turun.
11:09Mungkin saya bingung. Oke lah, siap.
11:12Ada kan nomor-nomor? Ada nomornya. Nah siapa ya? Iya.
11:18Saya sudah coba dua kali telepon pihak dari Wilmar Group, tapi belum ada respon sebenarnya atau telepon saya tidak diangkat.
11:26Sebelum mendatangi secara langsung kantor Wilmar, tim depo investigasi menghubungi pihak Wilmar Group untuk mencari konfirmasi, namun tidak direspon.