Kisah Megawati Saat Dilantik Sebagai Presiden di Tengah Kondisi Politik yang Tidak Stabil

  • 11 bulan yang lalu
Pada tanggal 23 Juli 2001, gedung DPR MPR menjadi saksi pelantikan Diah Permata Setyawati Megawati Soekarnoputri sebagai presiden perempuan pertama Republik Indonesia. Megawati dilantik setelah memperoleh dukungan suara terbanyak dari MPR dalam sistem pemilihan presiden pada saat itu.

Pelantikan Megawati berlangsung dalam suasana yang hening karena situasi politik saat itu sedang tidak stabil. Hal ini dikarenakan presiden sebelumnya yakni Abdurrahman Wahid atau Gus Dur baru saja dipecat dari jabatannya.

Megawati dipilih sebagai presiden oleh MPR setelah Gus Dur dipecat. Pemerintahan Gus Dur dikenal dengan berbagai kontroversi, salah satunya adalah ketika dia mengeluarkan dekrit pembubaran DPR. Namun, putusan Mahkamah Agung menyatakan bahwa dekrit yang dikeluarkan oleh Gus Dur bertentangan dengan hukum.

Gus Dur juga pernah menyebut DPR sebagai taman kanak-kanak yang kemudian memicu kemarahan anggota DPR dan memicu perseteruan yang sengit dengan Gus Dur.

Setelah itu, MPR memutuskan untuk menggulingkan Gus Dur dari jabatannya sebagai presiden. Meskipun Gus Dur tidak menerima keputusan tersebut, keputusan MPR tidak dapat diubah dan ia terpaksa turun dari jabatannya sebagai presiden.

Pada Pemilu 1999, Megawati sebelumnya gagal menjadi presiden. Meskipun partainya yakni PDIP meraih kemenangan dalam pemilu dengan mendapatkan sekitar 36 juta suara atau hampir 34 persen suara.

Pada saat itu, pemilihan presiden masih dilakukan oleh MPR. Selain itu, Megawati juga menghadapi keberatan dari beberapa partai politik yang tidak setuju dengan kandidatnya. Pada awalnya, Amien Rais yang menjabat sebagai Ketua Umum PAN mendukung Megawati sebagai salah satu penggerak reformasi.

Namun, di tengah jalan ia bersama beberapa partai politik membentuk Poros Tengah. Poros Tengah terdiri dari partai-partai Islam, antara lain Partai Kebangkitan Bangsa, PAN, Partai Bulan Bintang, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Keadilan yang sekarang menjadi PKS. Mereka menolak Megawati menjadi presiden dengan alasan perbedaan gender.

Kemudian Poros Tengah memilih Gus Dur sebagai presiden yang berhasil mengalahkan Megawati. Gus Dur memperoleh dukungan sebanyak 373 suara, sedangkan Megawati memperoleh 313 suara.

Dengan sikap lapang dada, Megawati menerima hasil voting yang menunjukkan dukungan MPR lebih kepada Gus Dur daripada dirinya. Meskipun demikian, Megawati tetap menjalani peran sebagai wakil presiden.

Pada tahun 2001, situasi politik mengalami perubahan. Amien Rais yang saat itu menjabat sebagai Ketua MPR memimpin Sidang Istimewa yang mengakibatkan penggulingan Gus Dur dari jabatannya.

Kesabaran Megawati akhirnya membuahkan hasil. Ia kemudian naik pangkat menjadi presiden. Hamzah Haz yang sebelumnya menentang Megawati, tidak memiliki pilihan selain diam ketika MPR memilihnya sebagai wakil presiden yang akan mendampingi Megawati.

...

Dianjurkan