Gereja Tertua di Surakarta - GKJ Margoyudan

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN - VIDEO.COM - Latar belakang berdirinya GKJ Margoyudan dipengaruhi oleh perkembangan sosio kultural masyarakat Surakarta.

Diawali dengan ijin didirikannya sekolah Kristen oleh Pdt. D. Bakker di Surakarta.

Sekolah tersebut diberi nama Sekolah Kristen Margoyudan yang saat ini menjadi SD Kristen Banjarsari Surakarta.

Bangunan yang digunakan adalah rumah yang juga dipakai untuk kegiatan kumpulan atau kebaktian.

Artinya, rumah tersebut multifungsi, yaitu: sebagai rumah Pdt. D. Bakker, kumpulan atau kebaktian setiap hari minggu, dan sekolahan.

Seturut berkembangnya jemaat kristen Jawa, dan terpengaruh Komunitas Kristen Jawa di Yogyakarta yang telah berhasil mendirikan Rumah Sakit Zending (Misionaris Protestan) bernama Patronela Hospital pada 1987 yang sekarang dinamai RS Bethesda, kaum Zending Surakarta berhasil mendirikan Zending Hospital pada 1912.

Berkembangnya pengaruh Zending di Surakarta membuat Komunitas Kristen Jawa berhasil menghimpun diri membentuk sebuah majelis dan meresmikan berdirinya Gereja Kristen Jawa pada 30 April 1916.

Gedung GKJ Margoyudan tersebut dibangun di tempat bengkel kerja milik seorang Belanda bernama Stegerhoek.
GKJ Margoyudan masa ke masa
Bentuk bangunan GKJ Margoyudan dari masa ke masa.
Desain Bangunan
Artitektur bangunan GKJ Margoyudan dibangun murni gaya Jawa meskipun Stegerhoek seorang Balanda.

Ketika memasuki gedung GKJ Margoyudan, terlihat jelas bentuknya berupa Joglo yang memanjang dengan enam tiang pancang di kanan dan kiri.

tiang pancang GKJ Margoyudan
Tiang pancang GKJ Margoyudan terbuat dari kayu Jati, hingga saat ini masih kokoh berdiri.
Nuansa yang disajikan sangat kental dengan etnik Jawa.

Tiang pancangnya terbuat dari kayu Jati yang masih tegak berdiri sejak pertama kali dibangun.

Deretan kursi rotan mengisi gedung GKJ Margoyudan sebagai tempat duduk jemaat.

Kursi rotan tersebut merupakan peninggalan jaman kolonial.

Ada dua jenis kursi yang ada di GKJ Margoyudan yaitu kursi panjang yang dapat diduduki tiga sampai empat orang, dan kursi rotan yang hanya dapat diduduki satu orang.

Bagian depan terdapat mimbar untuk berkhotbah pendeta yang terbuat dari kayu jati.

Terdapat kain yang menutupi bagian depan mimbar.

Dianjurkan