Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - 78 siswa yang menjadi korban banjir bandang di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mengikuti ujian semester dengan kondisi serba terbatas.

Mereka terpaksa melakukan ujian semester di sekolah tetangga, karena bangunan sekolah mereka hancur tersapu banjir 2 minggu lalu.

Pihak sekolah memperbolehkan siswa yang terdampak musibah banjir bandang menggunakan baju seadanya, serta memberi fasilitas berupa buku tulis dan bolpoin guna mengikuti ujian.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu-ti meminta pemerintah daerah tiga provinsi terdampak bencana, Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, untuk menentukan sendiri jadwal pelaksaan ujian semester.

Menurut Mu-ti, masing-masing wilayah terdampak bencana mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Karenanya kegiatan belajar mengajar dan ujian semester diserahkan kepada pemda masing-masing yang memahami kondisi lokasinya.

Pendidikan memang menjadi salah satu tantangan dalam rehabilitasi pasca banjir yang menerjang Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Di Aceh, sekolah di 15 kabupaten dan kota belum dapat melaksanakan pembelajaran. Sementara di Pidie, Subulus Salam, dan Lhokseumawe sudah dapat melakukan kegiatan belajar-mengajar secara bertahap.

Di Sumatera Utara, dari 18 kabupaten kota hanya Tapanuli Tengah dan Sibolga yang belum bisa melakukan pembelajaran.

Untuk wilayah Langkat, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan, sebagian sudah melaksanakan pembelajaran.

Sementara di Sumatera Barat, dari 19 kabupaten-kota terdampak, sebagian besar sudah dapat melaksanakan pembelajaran, kecuali 93 sekolah yang terdampak di Kabupaten Agam, masih diliburkan sampai 22 Desember 2025.

Apa saja yang harus diperhatikan agar pendidikan anak korban banjir tetap berjalan? Kita bahas soal ini bersama sejumlah narasumber: ada Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fraksi PDI-P, My Esti Wijayati, dan pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya, Martadi.

Baca Juga Kementerian PU Lakukan Pembersihan Material Lumpur Pasca Banjir di Aceh Hingga Sumbar di https://www.kompas.tv/regional/636279/kementerian-pu-lakukan-pembersihan-material-lumpur-pasca-banjir-di-aceh-hingga-sumbar

#korbanbanjir #bencanasumatera #pendidikan #siswa

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/636287/full-dpr-dan-pengamat-pendidikan-soal-upaya-pemenuhan-hak-sekolah-siswa-korban-banjir-sumatera
Transkrip
00:0078 siswa yang menjadi korban banjir bandang di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
00:12mengikuti ujian semester dengan kondisi serba terbatas.
00:16Mereka terpaksa melakukan ujian semester di sekolah tetangga
00:19karena bangunan sekolah mereka hancur tersapu banjir dua minggu lalu.
00:23Pihak sekolah memperbolehkan siswa yang terdampak musibah banjir bandang
00:27menggunakan baju seadanya,
00:29serta memberikan fasilitas berupa buku tulis dan ballpoint guna mengikuti ujian.
00:35Ada 78 siswa yang terdampak.
00:39Terus mereka disediakan buku tulis sama pulpen,
00:42dikasih satu persatu setiap anak,
00:45terus dengan keadaan baju apa adanya.
00:48Kita tidak pakai baju sekolah saat ini Pak,
00:50karena baju sekolah dalam keadaan hanyut
00:53dan mungkin beberapa yang masih belum bisa bersih untuk dicuci.
00:59Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Muti meminta pemerintah daerah
01:02tiga provinsi terdampak bencana,
01:05Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat
01:07untuk menentukan sendiri jadwal pelaksanaan ujian semester.
01:11Menurut Muti,
01:11masing-masing wilayah terdampak bencana mempunyai kondisi yang berbeda-beda.
01:15Kemudian yang terkait dengan pembelajaran dan sebagainya,
01:22sebenarnya kami fleksibel,
01:24jadi kami tidak membuat ketentuan dari pusat,
01:27karena memang keadaan di lapangan sangat bervariasi,
01:30sehingga kebijakan kami serahkan sepenuhnya kepada masing-masing pemerintah daerah.
01:35Itu di dalam rakor yang kami selenggarakan sudah kami sampaikan,
01:38termasuk sekolah juga tidak harus menyelenggarakan tes,
01:41itu juga kebijakan masing-masing sekolah.
01:43Pendidikan memang menjadi salah satu tantangan
01:47dalam rehabilitasi pasca banjir yang menerjang Aceh,
01:50Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
01:53Di Aceh, sekolah di 15 kabupaten dan kota
01:56belum dapat melaksanakan pembelajaran,
01:58sementara di Pidi, Subulu Salam, dan Lok Somawe
02:00sudah dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara bertahap.
02:05Di Sumatera Utara dari 18 kabupaten dan kota,
02:08hanya Tapanuli Tengah dan Sibolga yang belum bisa melakukan pembelajaran.
02:12Untuk wilayah langkat, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan,
02:15sebagian sudah melaksanakan pembelajaran.
02:18Sementara di Sumatera Barat, dari 19 kabupaten dan kota terdampak,
02:22sebagian besar sudah dapat melaksanakan pembelajaran,
02:24kecuali 93 sekolah yang terdampak di Kabupaten Agam
02:28masih diliburkan sampai 22 Desember 2025.
02:31Tim Liputan Kompas TV
02:34Sedara pendidikan menjadi salah satu tantangan dalam rehabilitasi pasca banjir
02:44yang menerjang Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
02:48Apa saja yang harus diperhatikan agar pendidikan anak korban banjir tetap berjalan?
02:53Kita bahas soal ini bersama sejumlah narasumber.
02:56Pertama ada Wakil Ketua Komisi 10 DPR Refraksi PDIP,
03:00Mai Esti Wijayanti.
03:02Selamat pagi Ibu Esti.
03:05Selamat pagi Mas.
03:06Terima kasih Ibu Esti sudah bergabung di Dialog Sapa Indonesia Pagi pada hari ini
03:10dan juga pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya, Martadi.
03:13Selamat pagi Pak Martadi.
03:15Selamat pagi Mas Mario.
03:17Selamat pagi Ibu Esti.
03:18Selamat pagi Pak Martani.
03:20Makasih Bapak Ibu sudah bergabung di Dialog Sapa Indonesia Pagi pada hari ini.
03:25Saya ke Ibu Esti terlebih dahulu.
03:27Ibu Esti bagaimana Anda melihat pernyataan dari Mendik Dasmen
03:30yang mengatakan bahwa sampai saat ini itu semua diserahkan ke PEMDA
03:34terkait dengan mendekat ujian akhir sekolah.
03:39Menurut Anda, untuk di awal ini, apakah sebenarnya kita fokus pertama soal pendidikan
03:47langsung ke teknisnya atau sebenarnya psikologis dulu lah pemulihan?
03:54Ya.
03:54Jadi kami kemarin sudah melakukan rapat kerja dengan Kemen Dik Dasmen.
04:00Dia juga oleh Pak Menteri.
04:01Ada beberapa hal yang kemudian memang kami menyarankan kepada Dik Dasmen
04:06untuk melakukan pendataan secara lebih detail bagaimana kondisi sekolah-sekolah kita.
04:13Memang kita harus mengatakan bahwa yang lebih memahami persoalan di sekolah-sekolah tersebut
04:18adalah pemerintah daerah.
04:20Tetapi bukan berarti bahwa pemerintah daerah melakukan itu
04:24tanpa ada guidance dari pemerintah pusat.
04:27Untuk itu, kepada Kemen Dik Dasmen, khususnya melalui Pak Menteri,
04:32kemarin kita juga meminta bahwa Pak Menteri, Kemen Dik Dasmen,
04:36Kemen Dik Dasmen harus membuat acuan ataupun keputusan menteri.
04:41Di ruang-ruang mana pemerintah daerah bisa melakukan keputusannya sendiri
04:45dan bagaimana intervensi dari pemerintah pusat.
04:49Contohnya, kalau berkaitan dengan kondisi anak-anak kita
04:53yang sedang berada di lokasi bencana, sedang mengalami musibah ini,
04:57tentu kita berharap dari Dik Dasmen justru bagaimana
05:02menguatkan untuk melakukan trauma healing
05:05dengan berbagai pihak, kerjasama dengan berbagai pihak
05:09supaya anak-anak kita memang mempunyai ketahanan psikologi
05:14dengan situasi yang seperti ini.
05:16Berarti menurut Ibu, jangan langsung teknis pembelajaran
05:19langsung dimulai setelah pasca banjir ini,
05:22tapi trauma healing, pemulihan psikologi itu lebih penting ya?
05:25Pasti. Karena pendekatan ini saya kira yang memang harus kita lakukan
05:30sebelum mereka memasuki masa pembelajaran
05:32seperti sedia kalah meskipun dalam kondisi keterbatasan.
05:36Karena traumatik anak-anak, artinya kalau kemudian harus berkumpul di satu tempat,
05:41lebih kepada persoalan pembelajaran,
05:43soal trauma healing,
05:45membuat mereka lebih riang begitu.
05:49Karena kondisinya pasti tidak baik-baik saja.
05:51Baru kemudian kita bicara,
05:53apakah anak-anak ini dimungkinkan untuk melakukan TKA
05:57ataupun tes untuk akhir semester.
06:02Kalau memang sekiranya itu di lokasi tersebut,
06:05karena tidak semua sama lokasi tersebut,
06:07tidak dimungkinkan untuk adanya TKA
06:09ataupun ujian akhir semester,
06:12mestinya memang itu kita tidak melakukan.
06:14Tetapi sekali lagi,
06:16kalau toh itu diserahkan kepada pemerintah daerah,
06:19pemerintah usaha harus ada guidance jelas.
06:22Ada peraturan menteri yang jelas
06:24untuk kemudian bisa ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah setempat.
06:29Begitu, Mas.
06:30Oke, Bu. Berarti yang saya simpulkan saja.
06:32Berarti Anda meminta mendidaskan lebih fleksibel lah sebenarnya
06:35untuk pendidikan di daerah bencana ini ya?
06:38Ya, pasti. Pasti itu.
06:40Tidak bisa sakit, tetapi ada acuannya yang kemudian itu tidak
06:43regulasinya membuat mereka tetap lebih leluasa
06:47untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut.
06:49Oke, saya ke Pak Marta.
06:50Pak Marta, bagaimana Anda melihat apa yang disampaikan oleh Ibu Esti?
06:54Ya, harus di awal teknis nanti dulu.
06:57Trauma healing duluan.
06:58Prioritas utama.
06:59Ya, jadi begini ya.
07:00Ketika kita bicara tentang pendidikan,
07:03itu memang bukan segedar bicara soal teknis gitu ya.
07:06Tetapi di dalamnya pasti bicara tentang psikologis,
07:10bicara tentang substansi, dan sebagainya.
07:13Semuanya saling terkait.
07:14Maka menurut saya, pendekatan yang diusulkan oleh teman-teman DPR
07:21dan dilakukan oleh kementerian itu sudah tepat.
07:24Jadi sebelum bicara teknis, maka pastikan dulu
07:27anak-anak kita secara psikologis memang sudah merasa nyaman.
07:32Dia merasa aman ya.
07:34Dia merasa sudah tidak lagi trauma dengan peristiwa yang kemarin berjalan.
07:40Karena kalau mereka dipaksa harus ikut jadwal,
07:44sementara secara psikologis belum memenuhi kondisi yang nyaman,
07:50maka justru hasilnya tidak autentik.
07:53Anak-anak itu belum tentu ketika mengerjakan soal,
07:56itu konsentrasi.
07:57Nah, kalau tidak konsentrasi,
07:59kalau hasilnya jelek,
08:00maka sesungguhnya bukan salah anak,
08:02karena memang waktu ujiannya yang tidak tepat.
08:05Itu pertama.
08:06Sehingga menurut saya sudah betul harus ada fleksibilitas
08:11untuk memberikan ujian itu.
08:14Ujian bukan segalanya.
08:16Ujian bukan segalanya.
08:17Cari momentum di mana waktu anak-anak sudah mulai merasa nyaman,
08:21cari tempat yang nyaman,
08:23lalu kemudian anak-anak siap,
08:25baru kemudian dilakukan ujian.
08:27Bahkan ujian juga tidak harus pagi hari ya,
08:30bisa saja siang,
08:31biasa minggu,
08:31apapun yang terpenting,
08:33anak-anak terdampingi dulu pemulihannya,
08:37karena itu adalah hal terpenting.
08:39Karena akan mewarnai kehidupan anak selanjutnya.
08:41Oke, Pak Martadi,
08:42kalau kita berbicara spesifik soal trauma healing ini,
08:45trauma healing seperti apa sebenarnya,
08:46yang dibutuhkan oleh anak-anak sekolah, guru,
08:50untuk pada akhirnya siap menghadapi pendidikan,
08:54ataupun kegiatan belajar mengajar nanti?
08:56Ya, trauma healing yang harus dilakukan pasti adalah,
08:59anak-anak, ada orang tua,
09:02ada guru yang kehilangan anggota keluarga,
09:05ada yang dia sok karena rumahnya hilang ya,
09:10di telan itu.
09:11Kemudian bagaimana dia menyaksikan,
09:14ada tetangga,
09:15ada saudara yang kemudian mengalami kondisi,
09:18dan dia tidak bisa menolong itu.
09:19Pasti harus dipulihkan dulu bahwa ini adalah sebuah kejadian yang memang harus diambil sisi positifnya,
09:28kemudian mereka mulai bisa lebih tenang menghadapi ini,
09:32dan kemudian dibangunkan rasa hope, optimisme,
09:36bahwa nanti semuanya akan baik-baik saja,
09:40pemerintah akan hadir,
09:41kemudian mereka tidak sendiri,
09:43dan semuanya.
09:43Ketika mereka sudah merasa nyaman,
09:46sudah mulai proses pemuliahan,
09:49kemudian mereka sudah mulai ada hope untuk bangkit kembali,
09:53meneruskan kehidupan,
09:54baru kemudian nanti kita bicara tentang persoalan teknis,
09:57bicara tentang ujian,
09:59bicara tentang persiapan sekolah,
10:00bicara dan seterusnya.
10:02Itu kira-kira Mas Mario.
10:02Oke, sebelum saya ke...
10:03Dan itu tidak hanya dengan untuk peserta didik,
10:06ya Pak Pak tadi,
10:08bahwa ini juga untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,
10:11sesuatu yang tidak mudah,
10:13mereka juga membutuhkan penguatan
10:15untuk bisa melaksanakan kegiatan belajar-mengajar berikutnya,
10:19begitu.
10:20Termasuk orang tuanya ya Bu Esti ya?
10:21Iya, termasuk orang tuanya.
10:23Orang yang sama.
10:24Bangka mohon maaf Mas Mario,
10:26ini kami juga sedang melakukan trauma healing,
10:29mahasiswa yang berasal dari daerah terdampak yang di Surabaya.
10:32Jadi bukan hanya kita bicara tentang
10:34anak-anak di daerah terdampak,
10:37ini kami punya 650 mahasiswa
10:40yang berasal dari Aceh, Sumatera, Padang,
10:43yang sekarang mereka juga sok
10:45karena mendengar berita keluarganya itu.
10:48Dan ini kami juga langsung melakukan penanganan,
10:50lalu kemudian dengan cepat kita memberikan
10:53beasiswa sampai semester 8 dan seterusnya.
10:56Ini adalah untuk penanganan secara komprehensif,
10:59bukan paksial,
11:00bukan hanya menekankan pada aspek ujian sekolah,
11:03teknis,
11:04itu hanya soal teknis sekali menurut saya.
11:05Ya, ya.
11:06Ya Bu Esti, Anda juga melihat itu ya,
11:07bahwa guru menjadi sesuatu yang prioritas juga
11:12selain anak-anak ini ya,
11:13untuk mendapatkan trauma healing tersebut,
11:14karena bencananya bersifat masif,
11:16dan semua merasakan.
11:18Betul.
11:19Jadi memang kita di dalam keputusan kemarin,
11:22mendorong Gemendik Dasmen
11:24untuk memberikan dampen yang psikologis,
11:27termasuk trauma healing.
11:28Jadi tidak hanya kepada anak didiknya saja,
11:31tetapi juga kepada guru,
11:35tenaga kependidikan,
11:36dan juga harus bisa menyentuh orang tuanya,
11:38semuanya harus siap dulu.
11:40Dan kita berterima kasih kepada UNESA,
11:42bahwa UNESA bergerak cepat,
11:44salah satu perguruan tinggi yang bergerak cepat,
11:47untuk kemudian juga mengambil sikap luar biasa,
11:49kegotong royongan yang luar biasa,
11:51ketika anak didiknya,
11:53atau mahasiswa-mahasiswinya,
11:55yang berasal dari daerah pencana,
11:57mendapatkan biasiswa sampai semester delapan,
12:00ini luar biasa.
12:01Tanpa harus menunggu,
12:02apa yang bisa kemudian pemerintah berikan kepada UNESA,
12:06tapi UNESA memutuskan itu.
12:08Tidak semua perguruan tinggi sanggup.
12:10Maka kemarin,
12:11ketika kami juga melakukan rapat dengan Gemendik Dasmen,
12:13keputusan utamanya terkait dengan mahasiswa,
12:16yang terkena dampak bencana,
12:17yang berada di luar daerah bencana,
12:19juga harus mendapatkan perhatian khusus.
12:23Jangan sampai mereka terputus,
12:24menjadi DO begitu ya,
12:26atau skripsinya terlambat,
12:28kemudian harus di-drop out,
12:30itu tidak kita lakukan.
12:32Kita meminta ada kebijakan-kebijakan
12:34terkait dengan mereka,
12:35termasuk juga pembayaran UKT-nya.
12:38Bagaimana negara kemudian juga harus hadir untuk mereka.
12:40Sekali lagi Pak Martadi,
12:41terima kasih.
12:42Dan kami mengikuti dan dilaporkan.
12:44Berarti bukan hanya mereka yang berada di daerah bencana ya Pak,
12:48tetapi juga berada di luar,
12:49tapi memiliki hubungan dengan wilayah bencana tersebut.
12:53Pak Martadi,
12:53saya ingin tanyakan kepada Anda,
12:55berapa waktu lamanya kalau Anda lihat?
12:58Karena ada pembicaraan bahwa ini sebenarnya,
13:01kalau sudah terlalu lama,
13:02mungkin saja akan ada usulan kegiatan belajar,
13:06mengajar secara darurat.
13:07Apakah bisa seperti itu?
13:09Atau kalau menurut Anda,
13:10prediksi Anda berapa lama sebenarnya?
13:12Hingga akhirnya,
13:13kegiatan belajar mengajar tersebut bisa dilakukan dengan normal lagi?
13:18Ya, tentu ini kan bergantung kepada komitmen
13:20dan kecepatan penanganan dampak yang terjadi.
13:24Jika kemudian,
13:25proses pemulihan infrastruktur,
13:29kemudian penyiapan saran sekolah itu bisa dilakukan
13:31dalam waktu hitungan bulan,
13:33karena dalam tiga bulan ke depan,
13:35maka kemudian,
13:35kita bisa saja segera melakukan proses pembelajaran secara normal.
13:40Tetapi kalau tidak,
13:41menurut saya juga tidak salah,
13:43kita menetapkan dengan kurikulum khusus,
13:45kurikulum darurat.
13:47Sehingga nanti target kurikulumnya
13:49jangan disamakan dengan daerah-daerah yang tidak terdampak.
13:52Saya pikir tidak ada masalah,
13:54karena ruang-ruang itu ada di daerah,
13:57kemudian tinggal nanti secara pemerintah pusat
14:00menetapkan guideline.
14:01Saya setuju dengan BUSD tadi,
14:02memang pemerintah pusat harus ada guideline,
14:05karena apa?
14:06Seringkali daerah itu terlalu takut dan tidak berani mengambil langkah,
14:10karena takut nanti akan ada sanksi peringatan dan sebagainya dari pusat.
14:17Kalau ada guideline,
14:18ada surat yang diluncurkan oleh pemerintah pusat,
14:21maka daerah tidak ragu-ragu untuk mengambil langkah.
14:24Saya pikir pemerintah membangun komitmen antara daerah,
14:28kota, provinsi, pusat.
14:30Karena kewenangan pendidikan berada di pusat, di provinsi, di kabupaten, kota.
14:36Oke, ada kebijakan yang selaras ya Pak ya.
14:39Kebijakan yang selaras antara pemerintah pusat dan daerah.
14:41Saya pikir Bu Esti, Bu Esti,
14:42apa yang disampaikan oleh Pak Martani,
14:44perlukah sebenarnya kalau misalkan ini berlangsung lama,
14:46ada kegiatan belajar mengajar atau kurikulum darurat?
14:49Sangat penting.
14:51Justru itu kami kemarin menekankan juga
14:53kepada Dick Dasmen maupun Dick Design Tech.
14:57Harus ada,
14:58mulai kita tata betul
15:00bahwa dalam situasi darurat,
15:02pendidikan tetap harus berjalan seperti apa,
15:05itu harus ada keputusan yang diambil berdasarkan situasi yang ada.
15:10Tetapi sebelum mencapai ketika,
15:12dibuat itu tidak dibuat dalam situasi saat ini mestinya.
15:15Kita sudah punya Permendikbud tahun 2019.
15:19Bagaimana aman dari kebencanaan
15:21atau pendidikan yang berlangsung ketika sedang terjadi bencana itu sudah ada.
15:25Tetapi kurang legit, kurang detail.
15:27Sehingga mungkin implementasinya tidak terlalu baik.
15:32Tetapi yang terpenting adalah,
15:34saya kira pemerintah juga mulai harus terbuka.
15:36Bagaimana kita juga menyarankan,
15:38Kemending Dasmen mengajukan anggaran
15:41yang kiranya memadai untuk bisa terjadinya
15:44pendidikan yang berada di tempat-tempat bencana seperti ini.
15:47Mungkin ada pengalian anggaran,
15:49tetapi mungkin juga harus ada tambahan anggaran.
15:51Karena situasi bagaimana sekolah-sekolah sediakan banyak yang rusak,
15:55kemudian berapa puluh ribu anak-anak kita terdampak,
15:59atau mungkin ratusan ribu terdampak dari peristiwa ini,
16:02tidak mungkin kemudian tidak ada anggaran yang harus diberikan
16:04untuk mengatasi persoalan tersebut.
16:07Termasuk kepada barang guru dan tenaga pendidikannya.
16:09Kita mendorong.
16:10Ada keberanian dari Kemendik Dasmen maupun Dikti Saintec.
16:14Ayo, berapa anggarannya?
16:16Akan digunakan untuk apa?
16:17Atau digunakan untuk apa butuhnya berapa?
16:19Kemendik juga harus kemudian membuahkan pintu.
16:21Mungkin terpaksa harus.
16:23Ada program-program yang kemudian harus
16:25dikurangi anggarannya.
16:27Dikurangi, diefisiensikan.
16:29Ya, efisiensi atau
16:31lebih tepat anggarannya diberikan
16:34lebih tepat pada situasi seperti ini.
16:36Mungkin mereka tidak butuh smartboard loh sekarang
16:38karena situasi sekolahnya sedang banyak
16:40yang menjadi seperti itu.
16:42Oke, smartboard kita tunda.
16:43Mungkin anggarannya bisa untuk apa?
16:45Tidak mengatakan smartboard tidak penting.
16:47Penting.
16:47Tetapi situasinya yang tidak memungkinkan
16:50untuk kita menggunakan hal itu.
16:51Atau, mohon maaf, mungkin MBG-nya
16:54bisa digurangi sedikit
16:56untuk kemudian bisa dialihkan ke sana.
16:58Karena setahu saya
16:59pengeluaran untuk MBG juga tidak
17:01sampai seperti yang sekarang
17:03kita anggarkan untuk itu.
17:05Begitu.
17:06Oke, terima kasih Bapak-Bibu
17:07atas apa yang disampaikan.
17:09Semoga bisa memberikan
17:09masukan juga ke mendikasmen
17:11terkait dengan
17:12pendidikan yang berada
17:13di wilayah bencana saat ini.
17:15Sekali lagi, terima kasih.
17:16Wakil Ketua Komisi 10 DPR RI
17:17Fraksi PDIP My ST Wijaya Tidak.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan