Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Warga di puluhan desa di Kecamatan Sitahuis, Tapanuli Tengah, masih terisolir. Sepuluh hari setelah bencana longsor, mereka harus menjemput bantuan dengan berjalan kaki melewati longsor.

Tim liputan Kompas TV mencoba menuju desa terisolir untuk melihat langsung kondisi masyarakat.

Perjalanan tiga jam lebih tim Kompas TV tempuh dengan berjalan kaki dari Kabupaten Tapanuli Utara menuju Kecamatan Sitahuis, Tapanuli Tengah.

Perjalanan terasa berat karena harus melewati longsoran dan jalanan menanjak.

Sepanjang perjalanan, kami bertemu warga Tapanuli Tengah yang dalam perjalanan menjemput bantuan ke Tapanuli Utara.

Kata warga, daerah mereka masih terisolir. Bantuan yang masuk jumlahnya juga masih minim.

Dengan keyakinan dan pengharapan, warga menembus jalur yang dipenuhi batang pohon dan sisa material longsor.

Perjalanan ini harus dilakukan warga korban bencana Tapanuli Tengah setiap hari demi mendapatkan makanan.

Untuk bertahan hidup pasca bencana, warga Tapanuli Tengah juga berbagi peran, dari penjemputan bantuan hingga mencari mereka yang masih hilang.

#banjir #longsor #tapanulitengah

Baca Juga Cari Beras, Warga Aceh Tengah Jalan Kaki Hingga 8 Kilometer | KOMPAS PETANG di https://www.kompas.tv/regional/635808/cari-beras-warga-aceh-tengah-jalan-kaki-hingga-8-kilometer-kompas-petang



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/635811/warga-cari-bantuan-dengan-jalan-kaki-lebih-dari-3-jam-kompas-petang
Transkrip
00:00Keluarga di desa kecamatan Sitahuis, Tapanuli Tengah masih terisolir.
00:0510 hari setelah bencana longsor, mereka harus menjemput bantuan dengan perjalan kaki melewati longsor.
00:12Tim Liputan Kompas TV mencoba menuju desa terisolir untuk melihat kondisi langsung masyarakat.
00:22Perjalanan 3 jam lebih, tim Kompas TV kami tempuh dengan berjalan kaki.
00:27Dari Kabupaten Tapanuli Utara menuju kecamatan Sitahuis, Tapanuli Tengah.
00:33Perjalanan terasa berat karena harus melewati longsoran dan jalanan menanjak.
00:39Sepanjang perjalanan, kami bertemu warga Tapanuli Tengah dalam perjalanan mereka menjemput bantuan ke Tapanuli Utara.
00:48Kata warga, daerah mereka masih terisolasi.
00:52Bantuan yang masuk jumlahnya juga masih minim.
00:57Oh, selalu menjemput? Kalau nyampe ke desa kita belum ada?
01:02Belum, belum ada.
01:03Yang dari helikopter?
01:04Oh, dari helikopter pun pernah.
01:05Pernah.
01:06Masih diambil.
01:07Kalau dari helikopter, dari helikopter.
01:08Cuma spernih, terus baju.
01:11Bagi-bagi cari makannya, ya.
01:13Begitu jauh pertempuan jalannya.
01:15Terkilo-kilometer.
01:16Dengan keyakinan dan pengharapan, warga menembus jalur yang dipenuhi batang pohon dan sisa material rongsor.
01:25Perjalanan ini harus dilakukan warga korban bencana Tapanuli Tengah setiap hari, demi mendapatkan makanan.
01:31Sampai kutinggalkan anak bayi, ku kembar.
01:35Oh iya, Mak.
01:36Yang ini siapa, Bu?
01:38Marni, Panggabeyan.
01:40Aku sekarang butuh tali susu.
01:43Untuk bertahan hidup pasca bencana, warga Tapanuli Tengah juga berbagi peran.
01:49Dari penjemputan bantuan hingga mencari mereka yang masih hilang.
01:53Di desa ini, masyarakat mencoba membagi tugas.
01:58Ada masyarakat mencari atau menjemput bantuan Tapanuli Tara.
02:02Ada masyarakat yang melakukan persiapan makanan.
02:05Dan sebagian masyarakat lagi mencari korban jiwa.
02:08Di mana akibat bencana longsor ini terdapat lima korban jiwa di desa Naga Timbul ini.
02:13Tiga telah ditemukan dan dua masih dalam pencarian.
02:17Untuk di depan sana menuju kota Sebolga,
02:20masih terdapat puluhan titik-titik longsor.
02:24Informasinya masih terdapat puluhan korban jiwa yang belum bisa ditemukan.
02:28Akibat pencarian yang masih manual.
02:31Alat belum bisa masuk.
02:32Jalan-jalan masih tertutup.
02:33Baik dari Tapanuli Tengah, dari Tapanuli Selatan,
02:37ataupun dari Tapanuli Tara.
02:38Semuanya masih tertutup.
02:39Masyarakat masih terisolid.
02:41Dan masyarakat sangat berharap agar segera akses ini bisa terbuka.
02:44Rogan Nama Lawu, Kompas TV, Tapanuli Tengah, Matra Utara.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan