Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Data yang dipaparkan aktivis lingkungan menyebut perkebunan sawit di Sumatera luasnya sekitar 1,5 juta hektar atau setara 57 kali Kota Medan.

Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim, menyoroti besarnya tekanan ekologis yang dihadapi Sumatera akibat ekspansi lahan kelapa sawit dan tata ruang yang longgar.

Ia menekankan, isu lingkungan tidak dapat dipersempit menjadi sekadar pro atau anti sawit, tetapi harus dilihat dari perspektif kesadaran ekologis dan daya dukung planet.

"Pertanyaannya bukan apakah kita anti sawit. Yang harus dilihat adalah bagaimana kebermanfaatannya bisa dijalankan dengan kesadaran. Planet ini ada batasnya," tegasnya.

Menurutnya, narasi soal deforestasi sering kali hanya berputar pada isu kebun dan hutan, tanpa melihat keberadaan makhluk hidup lain di dalamnya.
"Di sana ada gajah, harimau, kupu-kupu, kunang-kunang. Dari yang kecil sampai yang besar, itu semua bagian dari cerita besar yang jarang masuk pembahasan tata ruang," ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa kawasan hutan bukan hanya ruang produksi, melainkan juga kawasan penyangga yang menjaga keseimbangan ekologismulai dari lereng, akar pohon, hingga aliran sungai ke hilir.

Mitigasi bencana harus dimulai dari tata kelola lingkungan. Tanpa kesadaran ekologis, Indonesia akan terus berada di lingkaran bencana yang bisa dicegah.

Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/uK6VENB-rtI



#banjir #aceh #sumut

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/635767/kesadaran-ekologis-hingga-bahaya-deforestasi-haruskah-antisawit-rosi
Transkrip
00:00Dan kalau kita lihat misalnya, lahan kelapa sawit itu yang kemudian banyak dianalogikan oleh lembaga-lembaga pencinta lingkungan.
00:11Lahan kelapa sawit di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat sama dengan 57 kali besarnya kota Medan.
00:19Atau 1,5 juta hektare.
00:22Wow.
00:25Apakah kemudian kita ingin mengatakan kita anti sawit?
00:30Sebetulnya saya ingin mengatakan bahwa kita besarnya tidak menghitamkan energinya, kita tidak menghitamkan potensinya.
00:40Tapi yang sebetulnya yang harus kita lihat adalah bagaimana kebermanfaatan itu bisa dijalankan dengan berkesadaran.
00:48Artinya kita juga harus menimbang daya dukung planet ini ada batasnya.
00:52Nah, narasi yang selama ini sepertinya tidak ada di tengah pembicaraan adalah ini bukan hanya soal kebun dan hutan.
01:00Di dalamnya ada sebegitu banyak umat lain ya.
01:03Gajah, harimau, kupu-kupu, kunang-kunang.
01:07Jadi dari yang mulai paling kecil sampai yang paling besar itu adalah harusnya bagian dari pembicaraan besar itu.
01:13Kita jarang sekali menghadirkan narasi itu kepada narasi deforestasi dan tata ruang lahan.
01:19Jadi, iya, karena ini bukan buat kita. Ini semua ada isinya gitu, Mbak.
01:24Jadi kalau di Sumatera Utara salah satunya batang toro sebagai hulu yang tidak dirawat dan kemudian ada cuaca ekstrim kita salahkan,
01:32itu sebenarnya bukan karena salah cuaca ekstrim.
01:34Tapi karena kita tidak merawat penyangganya.
01:37Sehingga ketika ada sesuatu yang anomali di cuaca, sesuatu yang tidak bisa kita kontrol,
01:42kita tidak bisa mengontrol bencananya karena apa yang bisa kita jaga selama ini sudah kita rusak.
01:49Di Sumatera Utara ada batang toro, coba kita masuk ke bagian berikutnya Aceh.
01:54Salah satu yang disebut dengan hulu yang juga sudah dirusak itu adalah dipelukan dekat dengan Aluraya,
02:03kawasan ekosistem Lusar.
02:06Keliatannya mungkin sepele ya, ah cuma dari sini ke sini atau ah penambahannya cuma dari sini ke sini.
02:15Sekilas kelihatannya kita merasa bahwa kecil kok.
02:18Enggak kenapa-napa, tapi Mas Didi kecil dalam ukuran manusia yang sama dengan ketamakan,
02:27berapa harga yang harus dibayar?
02:30Angka yang hari ini berada di berita-berita, artinya kan ini adalah penyanggah.
02:36Penyanggah, orang sering mengatakan bahwa kota misalnya jauh dari aliran sungai,
02:42kita tidak bisa bilang begitu gitu ya.
02:44Karena memang kawasan ini adalah kawasan penyanggah, karena di dalam penyanggah itu adalah disitu rumahnya badak,
02:51disitu rumahnya orang utan, dan mereka itu adalah yang membentuk sebuah ekosistem.
02:56Dan lereng-lereng ini adalah tempat yang harusnya menjadi penahan,
03:01penahan tanah dengan akar-akarnya, menahan air, menyimpan air.
03:07Jadi memang pada akhirnya itu semua akan jatuh ke hilir, dan itu akan pada akhirnya kita, jatuhnya akan ke kita.
03:15Ancaman bencana itu nyata, tak hanya di Sumatera.
03:19Malam hari ini kami juga ingin mengingatkan bahwa pulau-pulau lain di Indonesia bisa jadi mengalami hal yang serupa.
03:27Jangan sampai.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan