Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
  • 2 hari yang lalu
KOMPAS.TV- Bencana Sumatera membuat para korbannya berjuang untuk mendapatkan helai demi helai harapan untuk kepastian kehidupan.

Dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat pada awal Desember 2025. Mereka para korban banjir dan longsor terus bergerak. Mulai dari berjalan kaki ratusan kilometer, mengolah air banjir untuk diminum, berenang mengambil makanan yang hanyut, sampai harus tidur di antara puing dan lumpur.

Korban bencana Sumatera butuh bantuan, masih ada titik yang belum terjamah.

Jurnalis Kompas TV Dipo Nurbahagia mengabarkan pada Jumat, 5 Desember 2025 di Aceh Tamiang. Dipo mengikuti Pak Yus yang berjalan dengan kruk mencari bantuan makanan. Menurut keterangan Pak Yus bantuan belum sampai pada tempat ia berlindung, sehingga ia harus bergerak keluar mengumpulkan bantuan.

Sahabat Kompas TV, berikan doa dan dukungan Anda pada korban bencana Sumatera, tulis dengan bijak di kolom komentar ya!

#dampakbanjirsumatera#bencanasumatera#korbanbanjirsumatera#banjiraceh#aceh#banjirsumatera#bencanaaceh#banjirsumatera#acehtamiang

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/635625/kronologi-perjuangan-korban-bencana-sumatera-mencari-bantuan-untuk-bertahan-hidup
Transkrip
00:00Bencana Sumatera memberikan dampak yang tak main-main, selain menimbulkan kerusakan lahan, bangunan, hingga jalan.
00:15Banjir dan longsor membuat jiwa-jiwa di sana harus bertahan demi kehidupan yang harus terus berjalan.
00:20Pada musibah itu, selain kayu gelondongan, tanah, dan air yang mengalir,
00:25turut pula membuat air mata berderai di wajah mereka yang berjuang di sana.
00:29Sebab beberapa wilayah masih sulit untuk dijangkau akibat timbunan lumpur dan tanah bekas banjir juga longsor.
00:36Belum lagi ancaman penyakit membayangin mereka yang mau tak mau harus berkawan dengan ketidaknyamanan
00:41dan berusaha ikhlas dengan harta mereka yang porak-poran dari depan mata.
00:46Tak kalah perih, tangis Bupati Aceh Utara juga pecah.
00:50Ia ingin pemerintah pusat segera melihat situasi di lapangan.
00:54Tangisan Bupati itu terjadi pada Rabu tanggal 3 Desember 2025.
00:59Bupati itu terjadi pada Rabu tanggal 3 Desember 2025.
01:05Anggap kita berjaya biasa.
01:07Tapi contoh kita buka panjang hati kita cuma kita lihat masakan.
01:15Sampai-sampai kemarin saya apa?
01:17Buat.
01:19Saya turun ke air.
01:21Sebenarnya secara ribu saya apa?
01:27Saya turun ke air.
01:30Suruh pakai payung.
01:33Datang ke dalam air.
01:35Supaya masyarakat mencaci saya.
01:40Kenapa mencaci?
01:41Supaya pusat tangan bawah Bupati Aceh Utara ini ada banjir.
01:51Padahal saya terjebak dalam air.
01:53Di Ramya 2 malam tidak keluar.
02:01Dan baru keluarkan ini.
02:02Tidak tak ke posuk.
02:04Saya selalu tidak panggung.
02:05Biar masyarakat.
02:10Saya masyarakat kita adalah kita.
02:13Kelaparan.
02:16Tapi apa yang boleh buat kita?
02:20Kekuatan kita tidak ada.
02:23Kita yang berhasil ada.
02:25Maka kemarin saya buat video.
02:36Bagaimana caranya?
02:38Supaya masyarakat mencaci saya.
02:40Gara-gara mencaci saya.
02:42Pusat tangan bawah Bupati Aceh Utara.
02:45Ada banjir.
02:46Ada bencana.
02:49Karena kita beritahu.
02:51Yang benar.
02:52Dampak banjir, akses kesehatan ikut terdampak.
03:03Membuat warga kesulitan untuk mendapatkan tindakan.
03:06Seperti yang terjadi di Gayo Luwes, Aceh Utara pada Kamis 4 Desember 2025.
03:11Polisi dari Polres Gayo Luwes harus menggendong seorang warga yang harus melakukan cucik darah.
03:17Masih dari wilayah Aceh, akibat bencana banjir dan longsor,
03:21warga harus berjalan kaki sejauh 300 km selama 5 hari.
03:26Akibat jalan dari langsa menuju Takingon terputus.
03:29Mereka menembus jalur yang licin dengan segala keterbatasan.
03:33Kami berjalan dalam perjalanan 5 hari selama bencana dari kota langsa pulang ke Takingon.
03:41Banyak titik yang belum bisa dilalui.
03:45Kami melakukan jalan kaki dengan membawa 2 bayi.
03:50Tapi berkat doa orang tua kami mungkin, kami sampai sekarang di Kabupaten benar meriah.
03:56Kami minta kepada yang bersangkutan, Bapak, tolong.
04:02Doakan saja kami, itu saja.
04:04Doakan kami tegar menghadapi musibah ini.
04:07Agar kami bisa kembali melanjutkan perekonomian kami yang terhenti.
04:10Karena rumah kami terdampak juga longsor di desa Mendali.
04:15Yang tak tahu kabarnya sampai sekarang, Pak.
04:18Rumah kami, kami tinggalkan kosong.
04:20Kami menuju langsa karena ada musibah keluarga.
04:23Bencana yang terjadi membuat kepala dipenuhi segudang pertanyaan.
04:27Salah satu jawaban yang harus segera dicari adalah kabar mengenai keberadaan keluarga.
04:32Warga Aceh Tamiang kesulitan mendapatkan akses listrik untuk kebutuhan mereka.
04:36Ini sudah berapa lama, Pak, tidak kebagian listrik?
04:39Sudah berapa lama tidak dapat listrik ini?
04:43Listrik dari hari Selasa.
04:46Selasa, hari Selasa itu ada hidup, sampai sore saja.
04:49Besoknya tidak ada listrik lagi, Pak.
04:51Dari Rabu, Pak.
04:53Jadi ini ngecas apa ini di sini?
04:55Ngecas apa, Pak?
04:56Dari Rabu, Pak, tidak ada lagi, Pak.
04:58Ini hari Senin.
05:02Rabu, Pak.
05:03Rabu lagi, Pak.
05:04Ada hari dan lupa, Pak.
05:05Ada 8 hari, Pak.
05:07Gak pernah ngecasnya, Pak?
05:08Harapannya ke pemelintah gimana, Pak?
05:10Ya, semoga aja bantuan yang tersalukan semuanya, Pak.
05:13Bantuan, terus listrik kalau bisa cepat pulih, Pak.
05:16Air, air bersih, Pak.
05:17Lumayan air yang ketiga, Pak.
05:19Keterbatasan memaksa para korban banjir memutar otak mendapatkan sumber makanan dan minuman.
05:25Dalam upaya bertahan, mereka melakukan segala cara untuk melanjutkan kehidupan.
05:29Mulai dari tidur di antara puing-puing, mengahan dingin, hingga meminum air banjir.
05:35Kami dievakuasi ke PLN itu, diambil.
05:39Bertahan hidup kami.
05:42Ada rejeki dikasih Allah.
05:47Kayak yang anjut-anyut itu, diambil berenang-berenang.
05:51Tapi sampai sekarang kami mohon, Pak, bantuannya.
05:55Adik kami itu sakit.
05:56Kami belum ada turun apapun di sini, belum dapat bantuan apapun.
06:00Kami mau konsumsi air-air banjir itu.
06:05Sini banyak yang sakit, Pak.
06:07Kami mohon, belum ada apa-apa kami di sini.
06:09Pesawat-pesawat lewat, belum ada turun apa-apa di sini, Pak.
06:13Kami, adik itu sakit, ada yang sakit, ada anak-anak.
06:17Ini mulai batuk-batuk kami, Pak.
06:20Dalam pikiran yang kalut, perjuangan demi keluarga harus terus berlanjut.
06:24Itulah yang dilakukan Rusman Pardamean Pandiangan,
06:28seorang warga Medan yang berjalan kaki menyucuri lumpur dan tanah,
06:32sisa bencana, mencari kepastian soal keluarganya.
06:37Pengoper, mengirim itu keluarga.
06:41Mengirim itu keluarga?
06:42Oh, Abang dari Berestagi ke Bersibolga,
06:45bawa logistik untuk keluarga, udah bisa komunikasi?
06:48Belum.
06:49Belum bisa?
06:50Belum bisa, Bang.
06:51Ini kapan, Pak, dari Berestagi?
06:53Lancar?
06:54Semalam.
06:54Oke.
06:54Berarti ini langsung ke Sebulga dibawa?
06:57Iya.
06:59Siapa di Sebulga, Bapak, yang tinggal?
07:01Oh, orang tua.
07:02Orang tua.
07:02Keluarga.
07:03Oke.
07:03Oh, kepenakan, semua keluarga di Sebulga.
07:06Sendirian ini, Bapak bawa?
07:07Bawa keluarga juga, tapi tinggal di posko.
07:09Oh, Bapak yang melanjutkan sendiri.
07:10Semangat ya, Pak, ya.
07:11Oke.
07:12Semangat, Bapak.
07:14Ya, seterus.
07:14Iya.
07:15Upaya mencari keluarga juga dilakukan rekan kami,
07:18jurnalis Kompas TV Biro Aceh,
07:20Syahril Neva.
07:21Syahril mengevakuasi orang tuanya di kecamatan
07:24pesangan Siblah Gruen, Biro Aceh.
07:27Rumah mereka ditelan lumpur dan material banjir lainnya.
07:30Ia menjemput keluarganya untuk berpindah ke Banda Aceh.
07:33Evakuasi ditemu dengan cara yang sulit
07:35karena akses yang lumpuh.
07:37Setelah saat ini, saya sudah berada di kampung halaman
07:41untuk menjemput ibu saya, Buktu Lanto,
07:45di evakuasi ke Banda Aceh karena kondisi belum memang sudah kurang sehat.
07:49Menurutlah kondisi saat ini.
07:51Nah, yang saya injak ini adalah dulunya merupakan lapangan bola
07:57yang memang cukup tinggi dari jalan.
08:00Lapangan bola ini rendah, sedangkan jalan itu berada di lapangan saya di atas.
08:05Ada tebing-tebing ini, namun kondisi ini sudah cukup parah.
08:13Saya bayangkan bagaimana ini bisa terjadi segini ini.
08:18Masih dari laporan jurnalis Kompas TV,
08:38kali ini Bipo Nur Bahagia,
08:40ia bertemu dengan Pak Yus,
08:42seorang korban banjir yang berjalan dengan keterbatasan
08:45untuk menjemput bantuan.
08:46Segera saya sudah berjalan kurang lebih 1 km
08:51di bantaran Sungai Tamiang yang hancur, lulantah,
08:57terseret, ataupun terhempas banjir.
09:00Bandang bisa dilihat ya?
09:01Itu rumahnya.
09:02Kondisinya.
09:03Seperti ini bantaran sungai dan ini rumahnya.
09:07Hancur.
09:11Saya berjalan tidak sendiri, saya bersama dengan Pak Yus,
09:14warga di Aceh Tamiang yang setiap hari harus berjalan kaki
09:20untuk mencari bantuan.
09:24Ini salah satu bantuan yang dibawa oleh Pak Yus.
09:27Dan ini adalah Pak Yus, saudara.
09:28dengan kondisi keterbatasan harus berjalan
09:35setiap hari untuk bertahan hidup
09:40dan juga mengumpulkan bahan-bahan makanan.
09:45Saya akan coba juga berbincang.
09:46Pak Yus, izin Pak?
09:47Iya, Pak.
09:48Masih jauh, Pak?
09:50Masih, Pak.
09:50Masih jauh ya, oke.
09:52Masih ada sekitar setengah kilo lagi ya, Pak.
09:55Setengah kilo lagi?
09:56Iya, Pak.
09:56Ini Bapak membawa beras ya, Pak, ya?
09:58Iya, Pak.
09:59Oke, dan ini bantuan yang juga tadi sudah dibawa.
10:03Saya izin konfirmasi,
10:04Bapak setiap hari harus berjalan sejauh ini?
10:07Sejauh ini, Pak.
10:08Setiap pagi saya keluar
10:10untuk mencari yang ada lah, Pak, ya kan?
10:14Oke.
10:15Tadi Bapak bilang sebenarnya satu kilometer ya, Pak, ya?
10:17Ya, sekitar satu kilo lebih gitu lah, Pak,
10:19dari titik tadi, Pak.
10:22Satu kilo lebih Bapak harus berjalan setiap hari?
10:24Iya, Pak.
10:24Mohon maaf dengan kondisi keterbatasan ya, Pak, ya?
10:27Iya, Pak.
10:28Tadi saya juga sudah berbincang, Bapak,
10:30menggunakan satu sepatu, bukan sepatu but,
10:32ini juga sepatu jumpa, Pak.
10:34Sepatu dapat ya, Pak, ya?
10:34Iya, Pak.
10:35Oke.
10:37Masih di sana, Pak, rumahnya, Pak?
10:38Masih, Pak.
10:38Jauh lagi, Pak.
10:39Oke.
10:39Ini situasinya ya, ada pemakaman juga.
10:43Kalau baju, Pak, tinggal yang di badan ya, Pak.
10:45Baju tinggal yang di badan, Pak?
10:46Di badan saja, Pak.
10:47Oke.
10:51Saya ingin tanyakan,
10:52bantuan sampai ke titik ini ada?
10:55Kalau bantuan untuk yang masuk gitu kurang muka, Pak.
11:00Cuman ya, bantuan tadi dari kita keluar semua gitu, Pak.
11:03Harus keluar ya, Pak, ya?
11:04Harus keluar, Pak.
11:05Makanya Pak Yus jalan kaki setiap hari?
11:07Siapa yang keluar mungkin ada dapat, Pak.
11:09Kalau yang nggak di luar, ya terima pada gitu lah, Pak, di kampung.
11:13Bisa makan, bisa nggak.
11:14Oke.
11:15Memang harus keluar, Pak.
11:16Dan ini jalannya sudah cukup baik.
11:18Tadi sebelumnya, setelah jadi jembatan, itu kondisinya parah ya, Pak?
11:22Parah, Pak.
11:22Hancur.
11:23Kami warga sini minta supaya jalanlah dibuka dulu, Pak.
11:26Jadi aset bisa keluar masuk kami itu lebih mudah gitu, kan?
11:29Oke.
11:29Berapa hari ini sudah makan, Pak?
11:31Belum, Pak.
11:32Saya belum makan, Pak.
11:34Minum?
11:35Minum sudah, Pak.
11:36Minum ada dikasih-kasih yang singgah-singgah, Pak.
11:39Satu hari makan, berapa kali?
11:41Dua kali, Pak.
11:43Tiga.
11:44Nggak tentu juga, Pak.
11:44Kadang-kadang memang sudah ada barak-barak kawan-kawan semua, Pak.
11:49Ya, situ saya kadang-kadang nempel di situ, Pak.
11:52Silahkan, Pak.
11:52Kita masih ikuti ya, Pak, ya.
11:53Terima kasih.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan