Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Ketua Auriga Nusantara, Timer Manurung ungkap bahwa data deforestasi 2025 di Aceh meningkat 4 kali lipat dari tahun lalu. Ia menjelaskan praktik-praktik perusakan alam, mulai dari penebangan liar hingga pembukaan sawit.

Timer juga menyoroti langkah pemerintahan Jokowi di periode kedua serta Presiden Prabowo yang seolah gamang tentang proyek strategis nasional, sementara kerusakan hutan terus terjadi.

Sementara itu, Anggota DPR Komisi III Dapil Aceh II, Nasir Jamil menyoroti tindakan Menteri Kehutanan yang membebaskan lahan hutan.

Baca Juga Banjir Bandang Aceh: Korban Berjalan 2 Hari 3 Malam, Aktivis Ungkap Deforestasi Tembus 4 Kali Lipat di https://www.kompas.tv/nasional/634719/banjir-bandang-aceh-korban-berjalan-2-hari-3-malam-aktivis-ungkap-deforestasi-tembus-4-kali-lipat

#banjir #psn #jokowi #prabowo

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/634736/soroti-penyebab-banjir-sumatera-aktivis-singgung-psn-era-jokowi-dpr-kritik-pembebasan-hutan
Transkrip
00:00Kami masih perbincangkan begitu masifnya dampak deforestasi yang terjadi di Pulau Sumatera.
00:05Tidak hanya bicara soal Aceh, Sumut, dan Sumber yang saat ini sedang dilanda bencana longsor dan banjir.
00:10Tapi seluruh wilayah di Sumatera, bahkan seluruh Indonesia, hutan-hutan yang perlahan mengalami deforestasi.
00:15Tadi saya bertanya ke Bung Nasir soal penegakan hukum.
00:19Tapi sebelum saya kesana, saya tanya dulu ke Bung Padrul sebagai warga yang berada di Aceh Tengah saat ini.
00:25Bagaimana kabar keluarga Anda saat ini dan handai tolan di sana semua dalam keadaan baik-baik saja, Bung Padrul?
00:32Iya, keluarga saya kebetulan di Banda Aceh ya.
00:36Oh baik.
00:37400 km dari Aceh Tengah.
00:40Jadi saya sebenarnya berkunjung ke Aceh Tengah dan terdebat di sini.
00:44Oke.
00:45Ya, komunikasi sulit dengan istri di Banda Aceh.
00:52Karena memang selain listrik dan tinggal juga agak sedikit susah didapat.
01:00Bukan sedikit, memang susah didapat.
01:02Sangat susah ya malah ya sekarang ya.
01:04Sangat susah.
01:05Jadi setiap malam itu kalau di Aceh Tengah, titik-titik hosport itu seperti masa malam ya.
01:09Jadi kalau ada yang mengatakan situasinya tidak mencekam, salah sama sekali ya kalau begitu.
01:15Sangat mencekam seperti yang digambarkan di berbagai kanal media, termasuk di media sosial.
01:20Nah, selama Anda melakukan perjalanan kurang lebih 2 hari, 3 malam ya, Bung Padrul ya.
01:27Anda melihat, kalau malam mungkin tidak akan terlihat.
01:29Tapi pada saat siang hari, Anda melihat ada kerusakan lahan di sana, kerusakan hutan, atau mungkin bukit yang gundul.
01:35Selama Anda melakukan perjalanan selama 2 hari, 3 malam itu?
01:37Ya, selama perjalanan ya, kita seperti dia ada banyak obstacle ya, dia ada longsoran tanah yang kadang-kadang kita harus lalui dengan ketinggian sampai sepinggang, sedada, harus lalui.
01:56Karena waktu itu baru longsor dan dengan dinding jurang yang masih basah, berair, jadi harus melangkah dengan cepat gitu.
02:07Terlihat sih memang ada kayu gelondongan atau kayu-kayu yang mungkin sudah lama yang terlihat, atau kayu baru juga ada terlihat di sana.
02:17Tapi, pokoknya ya luar biasa ya kondisinya.
02:23Dan kebetulan waktu itu, saya berjalan dengan 2 orang ibu hamil, dan 1 orang anak bayi, dari Surule mau menuju ke tempat yang lebih aman.
02:32Dan mereka ingin menuju ke daerah, kecamatan bintang, desa.
02:38Jadi, jalan kaki dan harus melalui medan yang, wah masalah itu.
02:43Jadi, saya pikir, ya luar biasa ya.
02:49Ada anak bayi juga juga yang digendong, untuk bisa melewati banyak sekali rintangan seperti itu.
02:55Ya, alhamdulillah semua bisa sampai di tempat tujuan, dan saya pikir ya, gak tau mereka dapat tenaga dari mana ya.
03:07Saya bayangkan ibu yang tinggal menunggu hari kelahiran waktu itu.
03:12Oke.
03:12Dan itu, tumbang kayu saya lihat juga ada di beberapa tempat.
03:17Oke, baik.
03:18Saya ke Bung Nasir.
03:20Bung Nasir, masih bersama kami ya?
03:23Iya, iya masih.
03:23Oke, baik.
03:24Bung Nasir, tadi saya sempat singgung soal penegakan hukum dan cerita dari Bung Badrul tadi.
03:28Begitu mencekamnya, begitu sengsaranya warga ketika dilanda banjir bandang dan juga longsor begitu.
03:35Jadi, sama sekali saya juga agak geram mendengar ketika ada pernyataan ini sama sekali tidak mencekam,
03:40tidak seperti yang disiarkan di media sosial.
03:43Ini cerita langsung dari warga yang mengalami.
03:45Dan untuk penegakan hukum yang tegas melihat warga yang terdampak dan sengsara seperti itu,
03:51ini sepertinya perlu ada langkah cepat begitu, Bung Nasir.
03:56Kira-kira yang didorong oleh Anda sebagai anggota DPR dari Aceh dan juga duduk di Komisi 3, di Komisi Hukum,
04:02apa yang bisa Anda tawarkan?
04:05Iya, pertama memang media sosial itu realita dari apa yang terjadi di tengah masyarakat.
04:11Jadi, kalau kemudian ada yang mengatakan bahwa situasi mencekam itu hanya di media sosial,
04:18itu sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terjadi di lapangan.
04:23Yang kedua sebenarnya, Komisi Pemberantasan Korupsi kerap sekali menyampaikan kepada Komisi 3 bahwa
04:29korupsi di sektor sumber daya alam itu sangat masif, sangat besar,
04:36dan melibatkan juga orang-orang besar di Republik ini, begitu.
04:40Dan upaya-upaya untuk mengatasi itu memang masih belum seperti yang diharapkan.
04:46Penegakan hukum oleh kepolisian, penegakan hukum oleh Kementerian Kehutanan,
04:51itu dalam pandangan kami memang belum maksimal.
04:55Boleh jadi karena, boleh jadi karena, ya tadi itu bahwa ada orang-orang besar yang diberi konsensi,
05:02ya sehingga kemudian terjadilah penembangan-penembangan pohon di kawasan hutan tersebut.
05:08Bahkan di tahun 2000, tahun 2000 berapa, waktu itu Menteri Kehutanan kan membuka lahan,
05:16ya sekitar 1 juta lebih kurang itu, 1 juta 600 hektare,
05:20di mana hutan dialihkan ke fungsi lainnya.
05:24Itu juga dalam pandangan saya pribadi membuat degradasi, ya,
05:29biofisik lingkungan, dan itu kemudian membuat, apa namanya,
05:33daya tanggap lahan itu terhadap curah hujan yang tinggi itu tidak mampu dilakukan.
05:39Nah, karena sekali lagi memang dibutuhkan penegakan hukum yang konsisten, ya,
05:44sehingga kemudian peristiwa ini diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua,
05:49terutama para pengambil kebijakan dan mereka yang ada di institusi penegak hukum.
05:54Oke, Bukti Mer, kalau tadi Bung Nasir bilang,
05:59ada orang besar di balik peristiwa ini yang juga selalu diberi konsesi,
06:06jangan-jangan juga ada proyek strategis nasional di balik ini semua,
06:08apakah Anda punya data soal ini, catatan soal ini?
06:10Yang kami tahu di Sulawesi Tengah, di Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan ada usulan PSN untuk proyek jalan,
06:21untuk membelah hutannya, gitu ya.
06:26Nah, yang kayak gini nih yang jadi soal kita,
06:29seringkali PSN juga tidak dilandasi dengan kajian yang bagus.
06:35Oke, di satu sisi kan masyarakat butuh infrastruktur memang,
06:37tapi apa yang perlu diperhatikan dengan membangun infrastruktur itu?
06:40Jalannya bisa jadi dibutuhkan.
06:42Tapi yang jadi soal kita setiap membangun jalan adalah kita tidak perlu menge-enforce
06:46bagaimana agar tepi-tepi jalan tidak jadi rumah hunian yang meluas ke kiri-kanan.
06:52Persoalan kita kan selalu begitu, selalu ekses-ekses yang seolah-olah itu yaudah mau gimana lagi.
06:58Nah, ini yang sehingga kemudian ketika pemerintah merencanakan satu proyek,
07:04mestinya juga punya safeguard namanya,
07:07dan kemudian mengimbangi dengan proses penegakan hukum tadi.
07:11Nah, ini yang tidak terjadi dalam konteks banjir yang kita alami sekarang ini.
07:15Oke.
07:16Dan itu kan kumulatif mas, mas Rady.
07:18Jadi, merusak lingkungan itu tidak lantas sekarang kita rusak, besok akibatnya.
07:25Dan apa cerita Bang Badrul tadi kan adalah fenomena yang biasa dengan perusahaan alam.
07:31Oke.
07:32Yang jadi korban siapa, yang rusak siapa gitu.
07:35Bang Badrul sama sekali tidak merusak hutan dia, yang rusak orang lain.
07:39Tapi dia yang jadi korban.
07:39Yang kena dampaknya.
07:40Oke.
07:41Nah, bicara soal konsesi juga bicara soal penerbitan izin.
07:47Saya mendengar izin perkembunan, pertambangan, logging, dan segala macam.
07:51Itu juga diwacanakan sejak tahun 2007.
07:55Koreksi kalau saya salah ya.
07:56Berulang kali dijanjikan sedang tahun 2007.
07:59Tapi kenapa sampai sekarang?
08:002025.
08:01Sudah bertahun-tahun berlalu.
08:03Masih banyak izin yang terbit di kawasan lindung di hutan produksi terutama.
08:07Iya.
08:08Dan yang diterbitkan kementerian.
08:12Kan kadang-kadang gini juga, mas.
08:13Jadi kementerian kehutanan, saya tidak belain kementerian kehutanan.
08:16Iya, iya.
08:16Tapi kadang-kadang mereka pada posisi susah ketika usulan itu datang dari pemerintah daerah.
08:22Misalnya, yang jadi fenomena sekarang, mas, bukan izin 1-2.
08:26Datang dengan perubahan tata ruang yang diusulkan pemerintah daerah.
08:29Jadi sama-sama nih semua nih.
08:30Kita tidak sedang bisa belain Pemda, atau Pemprov, atau Pemkap, atau kementerian.
08:36Semuanya tiba-tiba pada saat yang seolah-olah tidak punya pilihan.
08:41Karena misalnya di Aceh, Bang Badr mungkin tahu, bisa atau bisa koreksi.
08:45Kawasan ekosistem loser saat ini, itu pun terancam.
08:48Tidak ada lagi gitu.
08:49Sebagai kawasan yang ada, tinggal Taman Nasional Loser.
08:52Jadi ada memang dalam situasi kita sekarang, terutama di masa Pak Jokowi ke-2 dan awal-awal Pak Prabowo ini.
09:01Kita seolah-olah gamang nih.
09:03Mana nih yang kebijakan yang akan kita lakukan, atau akan kita terapkan.
09:08Sementara perusahaan alam jalan terus.
09:11Jadi itu tadi yang dikatakan Bung Timer.
09:15Ini lagi-lagi penegakan hukum yang tegas perlu dilakukan.
09:19Mengingat kalau kata Bung Nia Onar kemarin dari Greenpeace, sudah menjadi gunang kusut masalah ini.
09:24Sehingga harus memang diurai satu persatu.
09:26Mulai dari penegakan hukumnya dulu, baru ditata perizinannya.
09:30Saya kembali ke Bung Badrul.
09:32Bang Badrul, kalau Anda tadi mengatakan sekarang sulit ada akses komunikasi,
09:40lalu juga bantuan masih terbatas karena akses masih terputus dari beberapa daerah untuk menyampaikan bantuan.
09:47Bagaimana dengan bahan bakar?
09:50Kabarnya di beberapa wilayah juga bahan bakar kesulitan karena tidak bisa masuk,
09:56sementara masyarakat juga beraktifitas menggunakan kendaraan bermotor.
09:58Bagaimana Bung Badrul di sana kondisinya?
10:00Ya benar, itu kondisi yang sama di sini.
10:03Sulit sekali mendapatkan bahan bakar kalau hari-hari kita disubui dengan pandangan
10:09antrian BBM yang sangat panjang sampai kilometer itu panjangnya.
10:15Jadi ya mungkin saya mohonlah kepada semua pihak ya, ini sudah sangat urgen.
10:24Infonya juga hari ini bahan bakar gas juga sudah semakin langka atau bahkan mungkin sudah hilang.
10:30Baik.
10:31Begitu, ya bang.
10:34Oke, saya ingin tanya Bang Badrul, mohon maaf usianya saat ini berapa?
10:39Saya?
10:40Ya.
10:41Saya harus beritahu 54 tahun sekarang.
10:44Oh baik, mohon maaf ya saya harus tanyakan.
10:46Selama 54 tahun Anda sebagai warga Aceh, apakah ini bencana yang paling parah
10:51atau sebelumnya pernah terjadi bencana seperti ini?
10:53Dan bagaimana komparasinya jika memang ada bencana sebelumnya?
10:58Ya saya pikir ini yang paling parah ya, saya rasakan ya.
11:02Lalu ada juga banjir di Aceh, Tamiang, kalau tidak salah 2006.
11:09Oke.
11:10Tapi ya kerusakannya juga tidak besar, tapi saya pikir tidak seluas sekarang itu dampaknya.
11:19Dan juga penanganannya waktu itu lebih cepat, mungkin masih ada BRR ya waktu itu.
11:24Aceh masih kan masih pada proses rehab recon.
11:28Jadi banyak sempurna daya yang bisa dikerahkan.
11:31Jadi kalau sekarang ini sudah hari ke-8 atau ke-7 belum ada akses jalan yang bisa ditembus
11:41untuk bisa menuju ke Bandar Aceh.
11:43Baik. Melihat kondisi seperti itu, 2006 ya tadi kalau Anda gambarkan sekitar 2006
11:50di Aceh, Tamiang, pernah terjadi bencana seperti ini, banjir dan longsor.
11:53Tapi ini yang terparah menurut Bumbadul.
11:55Bang Nasir, apa Anda merasakan hal yang sama sebagai anggota DPR RI dari Aceh?
12:01Ya, jadi saya hari Sabtu itu perjalanan menuju Biren.
12:05Saya singgah di Pidi Jaya, kemudian saya juga singgah di Biren.
12:11Kemudian di Biren ada jembatan yang putus, lalu saya naik perahu karet yang disiapkan oleh kepolisian.
12:17Perahu karet itu juga digunakan oleh warga lainnya untuk menyeberang.
12:21Nah setelah itu baru naik mobil lagi ke Los Mame, ke Aceh Utara.
12:26Tapi saya tidak bisa menembus Langsa, Aceh Tamiang, saya tidak bisa menembus Aceh Tengah dan Benar Meriah.
12:31Jadi memang antrian panjang di SPBU itu sangat luar biasa.
12:36Dan itu terjadi di pagi hari, siang hari, sore hari, sampai malam hari.
12:40Dan herannya, kadang ada di depan SPBU itu, tidak jauh dari SPBU,
12:45orang menjual eceran minyak yang harganya, eceran bahan bakar.
12:50Itu yang harganya Rp50.000 per liter.
12:53Jadi ini situasi yang sangat miris sekali.
12:58Jadi lampu mati, saya di bandar Aceh ini, mati lampu.
13:03Saya di dalam mobil, jadi arus menghidupkan HP ini dari cas yang ada di mobil.
13:11Jadi gelap, saya di luar.
13:14Jadi memang situasi sinyal juga kadang muncul, kadang hilang.
13:18Jadi sama sekali memang tidak begitu tanggap dalam mengantisipasi bencana seperti ini.
13:26Baik, ya ini kalau saya boleh simpulkan sementara dari gambaran Bang Nasir dan juga Bung Badrul
13:34di Aceh sana yang saat ini berada di Aceh, begitu terbatasnya gerak-gerik aktivitas warga
13:41karena bencana banjir yang begitu besar dibandingkan dengan bencana sebelumnya,
13:44ini sepertinya memang yang paling menyusahkan warga.
13:47Nah, Bung Timer, kalau memang tadi pendegakan hukum harus dikedepankan,
13:54apa kira-kira yang perlu didorong lebih awal? Prioritas apa?
13:58Hukum di ranah yang mana? Apakah pembatasan izinnya dulu?
14:02Atau pendegakan hukum mereka yang melakukan pembalkan liar? Atau di mana?
14:06Saya akan tanyakan itu setelah lagi di Sampai Indonesia Malam.
14:08Tetaplah bersama kami.
14:08Terima kasih.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan