Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid mengatakan yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah dobrakan atau perubahan dari institusi Polri.

Jika masih memungkinkan, bisa ditambahkan kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini mendampingi korban dalam keanggotaan Komisi Percepatan Reformasi Polri. Selain itu, tidak boleh lagi ada pelibatan militer dalam unjuk rasa.

"Yang terjadi kemarin kan masyarakat marah karena kesulitan ekonomi. Lalu pemerintah punya kebijakan yang makin menyulitkan masyarakat. Lalu polisi yang disuruh mengurus itu. Lalu seolah polisi yang salah. Padahal salahnya di kebijakan pemerintah. Itu yang harus direformasi," katanya.

Penasihat Senior Lab 45, Andi Widjajanto melihat persoalan yang ada bukan karena faktor dari luar, melainkan pada seseorang.

"Tumpuan masalahnya ada di orang. Jadi kalau orang itu masih ada, apapun masalahnya tidak akan selesai," ujarnya.

Ketua Tim Penasihat Ahli Kapolri, Ito Sumardi menyebut Kapolri saat ini akan mulai menerapkan teknologi sehingga tidak ada KKN.

"Mudah-mudahan meritokrasi nanti berdasarkan teknologi yang tidak bisa dimanipulasi. Kompolnas jangan hanya memberikan rekomendasi tanpa punya gigi," kata Ito.

Bagaimana menurut Anda? Tuliskan pendapat Anda di kolom komentar.

Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/OrGr4MLYzH0?si=1tbYTmL0Y_EPvfZr



#polri #reformasi #prabowo



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/630144/komisi-percepatan-reformasi-polri-harapan-perbaikan-institusi-satu-meja
Transkrip
00:00Masih bersama saya Budi Mantan Rujo di satu meja dekorum, Usman Hamid.
00:09Kalau lihat komposisi ini kan banyak sekali bintang-bintang di komisi reformasi itu.
00:14Profesor-profesor semua. Itu nggak terjadi perang bintang ya nanti?
00:17Bisa. Kan kalau kita lihat reputasi dari masing-masing itu punya rekam jejak yang berbeda-beda gitu ya.
00:24Tapi juga secara umum merupakan bagian dari orang-orang pemerintahan.
00:28Itu yang memunculkan keraguan apakah akan ada dobrakan.
00:32Yang diperlukan itu kan sebenarnya dobrakan, perubahan.
00:35Tapi dobrakan perubahan itu nggak akan mungkin muncul dari dalam.
00:38Dia perlu dari luar.
00:40Dari luar dari mana?
00:41Dari masyarakat sipil.
00:42Itu yang perlu dilibatkan.
00:44Nggak cukup misalnya, oh diundang nanti itu. Saya kira nggak akan cukup gitu.
00:48Artinya perlu ditambah gitu?
00:50Ya seharusnya. Tadi Pak Yusuf kan bilang anggota dari perwakilan perempuan akan ditambahkan.
00:55Kalau misalnya memang masih mungkin ditambahkan, sebaiknya itulah dimanfaatkan.
00:59Kelompok-kelompok masyarakat yang bisa merasakan langsung, yang selama ini mendampingnya korban-korban.
01:03Harus didengar.
01:04Saya kira harus dilibatkan.
01:05Nah yang kedua, cakupan reformasinya.
01:08Kalau cakupan reformasinya hanya soal kepolisian saja nggak akan bisa selesai ini.
01:11Dia harus masuk ke level sosial, ekonomi, dan politik gitu ya.
01:15Yang kemarin terjadi itu kan masyarakat marah karena kesulitan-kesulitan ekonomi.
01:19Lalu pemerintah menjawab dengan kebijakan-kebijakan yang makin menyulitkan masyarakat.
01:24Lalu polisi yang disuruh mengurus itu.
01:25Lalu seolah-olah polisi saja yang salah.
01:27Padahal salahnya di kebijakan pemerintah.
01:29Di kebijakan DPR gitu.
01:31Nah itu yang harus direformasi.
01:32Kalau hanya kepolisian saja nggak mungkin.
01:34Nah yang kedua di tingkat kelembagaan.
01:35Bukan hanya polisi, tapi juga tentara misalnya.
01:37Nggak boleh ada lagi pelibatan militer dalam unjuk rasa.
01:39Kemarin misalnya Bais, beberapa anggota Bais kan ditangkap.
01:42Anggota TNI lainnya juga ditangkap.
01:44Lalu dilepaskan gitu kan.
01:45Alasannya tugas.
01:45Tugas apa? Nggak bisa.
01:49Tidak ada dalam keadaan damai.
01:50Tidak ada dalam pemberlakuan keadaan darurat di sini gitu.
01:52Nah jadi reformasi semacam itu, itu diperlukan.
01:55Itu yang kemarin kita butuhkan tim gabungan pencari fakta.
01:58Supaya para keluarga korban yang sekarang totalnya menjadi 12 orang.
02:02Itu bisa mendapatkan keadilan.
02:04Termasuk mereka yang pernah ditangkap.
02:05Jumlahnya tinggi loh.
02:076 ribu lebih gitu.
02:08Yang ditahan 600 lebih misalnya gitu.
02:10Jadi adalah keinginan untuk menerima aspirasi masyarakat itu
02:14dengan membentuk tim gabungan pencari fakta.
02:17Baik. Mas Andi, apakah sekarang usulan Usman soal tim gabungan pencari fakta perahatan aktus
02:22masih relevan kah?
02:24Itu akan sangat relevan kalau kita kemudian diagnosanya, patologinya adalah
02:31ini yang sakit bukan hanya institusi kepolisian.
02:35Tapi yang sakit Indonesia.
02:37Ditandai dengan misalnya kita mengalami regresi demokrasi.
02:42Demokratik backslidingnya terjadi.
02:45Jadi ada faktor eksogen di luar kepolisian yang mempengaruhi.
02:49Sehingga institusi kepolisian dianggap mengalami pelemahan-pelemahan yang signifikan
02:54yang puncaknya adalah Agustus 2025 kemarin.
02:59Kalau ini yang dijadikan diagnosa awal,
03:02maka ini masalah struktural, sistemik, masalah culture, masalah budaya
03:06yang tidak akan selesai dengan hanya ngutang-ngatik institusi kepolisian.
03:11Baru setelah itu kita berangkat ke variable-variable endogennya.
03:16Variable endogen itu yang berada dalam kepolisian.
03:19Apakah masalah organisasi, institusi, masalah regenerasi, masalah reizokrasi,
03:25masalah transparansi, pengkutabilitas, dan seterusnya.
03:29Atau lebih simple lagi, sebetulnya masalahnya bukan eksogen,
03:33bukan endogen tentang agensi, tentang institusi.
03:36Masalahnya adalah idiosinkratik.
03:38Masalahnya orang.
03:40Pemimpuan masalahnya itu ada di orang.
03:42Jadi kalau orang itu kemudian masih ada,
03:44apapun yang mau dilakukan, masalah ini tidak akan terselesaikan.
03:49Oke baik.
03:50Kalau dari Pak Ito, usulat dari Usman,
03:53apakah memang masih perlu sekarang tim gabungan pencari fakta
03:55untuk mengungkap perhara Agustus yang masih menjadi misteri hitam?
04:00Kalau saya pribadi, tentunya kan kita ingin mendapatkan kepastian hukum ya.
04:04Masyarakat juga ingin mendapatkan kejelasan,
04:07ya mungkin itu menunjukkan kebijakan pemerintah.
04:10Tapi bicara tadi seperti Pak Andi dengan Pak Usman,
04:12saya sependapat bahwa polisi ini bagian dari sistem.
04:15Bagian dari sistem dan bagian dari permasalahan.
04:18Kalau boleh bertanya kepada semua anggota polisi,
04:20mereka semua bermimpi jangan ada unjuk rasa.
04:23Kenapa?
04:24Karena kan kalau ada unjuk rasa dia terpakas harus ke lapangan
04:27dan menghadapi konsekuensi sekarang.
04:29Jadi saya kira memang untuk menjadi anggota polisi ini kan
04:32yang paling tahu adalah kita sendiri.
04:34Yang tahu sejarah polisi, yang tahu yang dialami,
04:37betapa kendala kita yang disampaikan Mas Usman itu betul ya.
04:40Kita banyak mengacu kepada kepolisian Georgia yang ngomong.
04:43Jadi polisian Georgia itu dari polisi yang kurup diganti semua dengan polisi yang baru,
04:49dikasih gaji 20 kali lipat.
04:51Sekarang perlu nggak di sini?
04:53Ya sangat perlu lah.
04:54Bagaimanapun juga namanya masalah kesejahteraan itu,
04:57sebagai manusia pastilah itu akan mempengaruhi ya.
05:00Ada mungkin ada sampai harus melanggar,
05:03kecuali yang kalau memang serakah ya.
05:04Tapi banyak orang-orang kecil yang memang
05:06dia harus memenuhi kebutuhannya meskipun itu tidak sebagai konsekuensi ya,
05:11tidak dibenarkan lah ya.
05:13Tapi menurut saya sekarang dengan ada reformasi ini,
05:16Pak Kapolri sekarang akan mulai menerapkan untuk menggunakan teknologi.
05:21Sehingga tidak ada lagi namanya kolusi, nepotisme.
05:24Dan sekarang sudah mulai dirancang,
05:26mudah-mudahan undang meritokrasi nanti itu didasarkan kepada teknologi
05:30yang tidak mungkin bisa dimanipulasi.
05:32Nah kembali lagi, nah ini tugasnya Pak Yusuf.
05:35Saya kira Kompolnas sebagai pengawas eternal,
05:38jangan cuma hanya bisa memberikan rekomendasi tanpa punya gigi.
05:42Supaya punya gigi, saya berharap Kompolnas juga bisa diberikan
05:46satu legalisasi melalui undang-undang.
05:48Oke Pak Yusuf, tadi Pak Ito mengatakan Georgia,
05:53pemotongan sejumlah polisi,
05:55seumlah di regenerasi dan dikasih gaji yang besar.
05:58Anda setuju nggak dengan pola Georgia?
05:59Direkomendasikan oleh Komisi Percapatan Reformasi?
06:02Ya tadi, optimisme kita itu pada tiga pendekatan tadi.
06:10Faktanya seperti apa, reformasi poli yang sudah berjalan ini,
06:14terus aktualnya, yang sedang didesakkan oleh publik saat ini itu apa,
06:19baru persepsi.
06:21Nah jadi, bahwa dikatakan menurut tadi Pak Ito,
06:27sentimen positif sudah mulai naik,
06:30nah ini kan soal persepsi, persepsi publik terhadap kenderja kepolisian itu seperti apa.
06:36Ketiga pendekatan ini, apabila dijadikan basis di dalam mendaptar permasalahan-permasalahan
06:42dan memberikan rekomendasi,
06:45harapan saya levelnya yang paling strategis itu adalah pada rekomendasi makro.
06:52Di dalamnya itulah tadi, bagaimana mempercepat reformasi kultural,
06:57yang di dalamnya ada bagaimana melakukan demilitarisasi kultur,
07:02pengawasan ini salah satu memerlukan adanya penguatan.
07:06Penguatan kompolnas ya?
07:07Ya, apapun namanya.
07:10Baik, Mas Yusuf, Pak Ito, Mas Andi, dan Usman Hamid.
07:14Demilitarisasi, depolitisasi, dan dekomersialisasi.
07:17Setuju, oke.

Dianjurkan