00:00Terima kasih.
00:30Halo teman-teman, kembali lagi di Suara Jalan-Jalan.
00:35Nah, kali ini bersama aku, Alberta Tias.
00:38Sekarang kita udah ada di pameran Biana Le Jogja 18,
00:42yang lokasinya ada di Museum Fridy Birch, Yogyakarta.
00:46Nah, kepo gak sih isinya apa? Jadi yuk, ikutin aku.
00:49Untuk karya di belakang ini memang secara proses itu saya melakukan residensi di Sumbawa.
01:05Jadi di bulan Mei itu saya ke Sumbawa tinggal di sana,
01:10kemudian menjadi warga sana, kemudian menyelami apa yang terjadi di sana.
01:19Kemudian memang yang saya temukan adalah
01:23bagaimana hubungan manusia dan alam itu masih sangat terjaga, sangat mesra.
01:31Di mana di Sumbawa ini masih melakukan banyak praktek yang mungkin dibilang
01:39kalau kacamata modern ini praktek tradisi,
01:42tapi sebenarnya ini praktek keseharian saja.
01:46Kayak bagaimana mereka, misalnya sebagai contoh,
01:50bagaimana mereka memelihara ternaknya itu dibebaskan.
01:53Terus bagaimana mereka mencari ikan tanpa alat bantu seperti bom dan lain hal.
02:01Itu sih, jadi kemudian hal itu memantik.
02:04Memantik saya membuat karya yang memantik saya kemudian membicarakan
02:08soal hubungan manusia dan alam.
02:18Nah, karya ini sebenarnya mempertanyakan itu.
02:21Kerap kali yang menjadi sasaran itu komoditasnya.
02:25Kerap kali kan kita marah dengan emasnya, bukan dengan eksploitasinya.
02:34Jadi karya ini mencoba merefleksikan bahwa eksploitasi apapun,
02:41bahkan itu di luar mineral atau tambang,
02:43jika dilakukan dengan serampangan itu juga menghasilkan bom ekologis yang nyata juga.
02:51Saya Astrid Reza, saya dari tim riset pameran Mia Bustam
03:08untuk Bienal Jogja yang ke-18.
03:11Ini sebenarnya berangkat dari riset tesis saya.
03:13Saya seorang sejarawan di Sanatadharma
03:17yang berjudul Memoar Mia Bustam,
03:21Melampaui Melankolia Kaung Kiri.
03:24Jadi memang fokus tesis saya itu menganalisa empat Memoar Mia Bustam,
03:28itu Sujirano dan Aku,
03:30dari kem ke kem,
03:31lalu yang terbaru Kelindan Asa dan Kenyataan,
03:34lalu Mutiara Kisah Masa Lalu.
03:35Jadi Mia Bustam menerbitkan tetralogi memoir ya.
03:40Saya Bangkit Sulahuddin dari Desa Panggung Harjo
03:52yang menjabat juga Dukuh Sawit.
03:54Hari ini kami juga masuk dalam gugus panitiaan
03:57pameran Bienal Jogja ke-18,
04:00termasuk juga untuk mengurusi beberapa venue,
04:03khususnya yang ada di Panggung Harjo dan Panggung Jiwo
04:05dalam gelaran Bienal Jogja tahun 2025 ini.
04:09Jadi di Bienal tahun ini,
04:11di 2025 Bienal yang ke-18 ini,
04:14kita mengambil tema Kawroh,
04:15sebuah ilmu pengetahuan lokal
04:17dan juga ilmu pengetahuan yang sudah mengendap
04:20di kalangan masyarakat Jawa khususnya.
04:23Karena merupakan salah satu dari rangkaian besar
04:26setelah kita kemarin di tahun 2023,
04:29di Bienal 17 ini mengambil tema Titen.
04:32Jadi setelah Niteni, setelah melihat, mengamati,
04:36timbulah pengetahuan atau Kawroh itu sendiri,
04:38yang dia akan tumbuh menjadi ilmu pengetahuan
04:41yang mendasar bagi masyarakat.
04:43Sebetulnya perempuan-perempuan Tiang Hua itu
04:52juga memegang agensi yang sangat banyak
04:56untuk terbangunnya sejarah kita sebagai sebuah bangsa,
05:00terutama juga sejarah gerakan perempuan.
05:03Nah, salah satunya yang kami temukan
05:06melalui riset arsip gitu ya,
05:08yang itu juga termanifestasikan dalam karya kami,
05:11ya berjudul Kios Diorama,
05:13itu adalah arsip-arsip tentang penulis perempuan Tiang Hua
05:16dari Lassem, Salatiga, Semarang, Surabaya,
05:21bahkan Jogja itu sendiri gitu.
05:23Jadi kita menemukan ada beberapa gitu
05:28dan itu di tahun 1915 sampai 1920-an ada.
05:38Jadi bahkan sebelum Kongres Perempuan pun,
05:41perempuan-perempuan Tiang Hua itu juga
05:42memegang agensi ya, melawan ketidakadilan,
05:47memperjuangan kestaraan gender,
05:48dari surat kabar gitu.
05:50Perkenalkan, saya Reiska,
06:00saya datang ke sini dari Bandung,
06:02kebenaran lagi jalan-jalan,
06:04dan datang ke museum ini bareng sama anak saya.
06:08Awalnya tadi masuk ke sini karena anak saya pengen masuk,
06:10lagi jalan aja kebenaran,
06:12terus minta masuk ke sini,
06:14dan ternyata kebenaran lagi ada pameran juga gitu.
06:17Terus ya ini sih, apa namanya,
06:20keren aja sih ngeliat hasil karya seninya gitu.
06:26Ya salah satu yang berkesan ini sih bisa ikut workshop ya,
06:28jadi selain lihat hasil karya seninya juga,
06:32tapi bisa ikut nyobain bikinnya juga gitu,
06:35jadi pengalaman yang seru banget gitu.
06:37Apalagi buat anak-anak ya,
06:38kalau buat saya yang mungkin bukan yang ngerti-ngerti amat gitu ya,
06:43lebih ke menambah apa ya,
06:45menambah wawasan,
06:47terus pengalaman juga gitu,
06:48kayak apa ya,
06:49pengetahuan gitu,
06:50oh ada yang kayak gini,
06:51ada yang kayak gini gitu,
06:53lebih ke itu aja sih.
06:54Nah teman-teman itu dia suara jalan-jalan bareng aku,
06:57dan setelah kita lihat ya,
06:59ternyata pameran BNL Jogja itu,
07:02nggak sekedar cuman pameran aja,
07:04tapi punya makna yang dalam,
07:06seperti di tahun ini di BNL Jogja 18.
07:08Jadi teman-teman,
07:10ayo kesini,
07:11dan jangan sampai kelewatan,
07:13karena pameran ini tuh cuman dari tanggal 5 Oktober sampai 20 November 2025.
07:20Jadi, sekian dari aku,
07:21sampai jumpa di suara jalan-jalan selanjutnya.
07:23sub indo by broth3rmax