“Malam Seribu Bulan” mengisahkan tentang pencarian makna kehidupan dan pengampunan di tengah konflik batin dan sosial. Cerita berpusat pada Hasyim, seorang mantan napi yang baru bebas dari penjara dan ingin memperbaiki hidup serta menebus dosa masa lalunya. Ia kembali ke kampung halamannya dan mencoba membangun kembali hubungan dengan keluarga serta masyarakat sekitar yang sudah lama menjauhinya.
Di tengah bulan Ramadhan, ia berharap bisa menemukan malam Lailatul Qadar — malam yang lebih baik dari seribu bulan — sebagai simbol harapan dan pencerahan rohani. Namun, masa lalunya terus menghantuinya, termasuk luka yang ditinggalkan kepada orang-orang yang dulu pernah ia sakiti.
Film ini sarat dengan pesan spiritual, pengampunan, dan kesempatan kedua. Nuansa religi yang kental berpadu dengan realita sosial menjadikan Malam Seribu Bulan sebagai refleksi perjalanan batin manusia yang ingin kembali ke jalan yang benar.