- 22/5/2025
JAKARTA, KOMPAS.TV Entrepreneur dan Founder The Overpost, Leonard Hartono menceritakan pengalamannya kabur pada saat Reformasi tahun 1998 di Indonesia.
Leon mengatakan bahwa dirinya meninggalkan Indonesia saat berusia 8 tahun, bersama dua orang kakaknya, tanpa kedua orang tuanya.
Hari ini kita hidup di tengah banyak ketidakpastian, setelah 27 tahun reformasi. Ada faktor dari sisi kondisi global, juga dari dalam negeri. Bagaimana anak muda memandang situasi saat ini?
Simak dialog Rosianna Silalahi bersama Entrepreneur dan Founder The Overpost, Leonard Hartono dalam #ROSIKompasTV pada malam ini pkl 20.30 WIB di KompasTV
: kompas.tv/live
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/595022/leonard-hartono-blak-blakan-umur-8-tahun-kabur-saat-reformasi-1998-di-indonesia-rosi
Leon mengatakan bahwa dirinya meninggalkan Indonesia saat berusia 8 tahun, bersama dua orang kakaknya, tanpa kedua orang tuanya.
Hari ini kita hidup di tengah banyak ketidakpastian, setelah 27 tahun reformasi. Ada faktor dari sisi kondisi global, juga dari dalam negeri. Bagaimana anak muda memandang situasi saat ini?
Simak dialog Rosianna Silalahi bersama Entrepreneur dan Founder The Overpost, Leonard Hartono dalam #ROSIKompasTV pada malam ini pkl 20.30 WIB di KompasTV
: kompas.tv/live
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/595022/leonard-hartono-blak-blakan-umur-8-tahun-kabur-saat-reformasi-1998-di-indonesia-rosi
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Terima kasih, ini tanggung job saya, Bapak malu gak sih?
00:02Bapak saya dengar, perminta maaf, yang benar-benar berbeda.
00:07Selamat malam, Anda menyaksikan program ROSI.
00:1527 tahun reformasi, hari ini kita hidup di tengah banyak ketidakpastian.
00:20Ada faktor dari sisi kondisi global, ada juga dari dalam negeri.
00:24Bagaimana anak muda memandang situasi saat ini?
00:28Ini ROSI muundang Leonard Hartono, seorang entrepreneur and founder The Overpost.
00:36Ia aktif memberikan edukasi keuangan di platformnya.
00:40Thank you Mbak ROSI atas undangannya.
00:42Terima kasih, saya senang sekali bisa mewancarai anak muda punya pengaruh di platform digital.
00:51Dan rasanya ini kali pertama Leon muncul di televisi ya?
00:54Iya betul, ini saya sebenarnya iri sih, ini studionya bagus banget, beda sama studio saya nih.
01:00Boleh, kapan-kapan kita collab.
01:02Siap.
01:03Aku panggil Leon boleh ya?
01:04Iya, Leon boleh.
01:05Leon, coba ceritakan dulu, Leon ini punya podcast namanya The Overpost.
01:15Ini udah berapa lama Leon bikin podcast?
01:18Kira-kira dua setengah tahun, jadi awal 2023, akhir 2022.
01:22Itu termasuk baru dong?
01:24Iya, relatif baru sih.
01:25Emang makanya lumayan baru di dunia perkontenan.
01:28Sebelumnya itu nggak pernah kebayang bakal jadi konten, bahkan istri saya sampai sekarang aja masih agak nggak terbiasa kalau misalnya ada orang di luar sana yang mengenal, kalau misalnya kita lagi jalan-jalan gitu.
01:39Leon ini terpilih sebagai Under 30, majalah Forbes gitu.
01:45Itu empat tahun lalu betul?
01:47Iya, empat tahun lalu.
01:47Pas di 29, sekian.
01:4929 tahun, sekian bulan.
01:52Nah, waktu itu belum aktif di social media, belum aktif di digital?
01:57Belum, belum.
01:58Apa waktu itu yang jadi usaha, Leon?
02:02Property sih, industri property.
02:03Jadi ada dua, satu itu untuk membangun property, apa itu gedung perkantoran atau perumahan, dan juga satu lagi itu di property agency.
02:12Dan kemudian itu masih jalan atau?
02:14Masih, masih.
02:15Masih jalan.
02:15Dan kemudian Leon itu bikin podcast di digital.
02:19Betul.
02:20Selama dua tahun ini.
02:21Iya, betul.
02:21Apa yang Leon, kenapa bisa dibilang sebenarnya baru, tapi Leon sudah juga memiliki banyak pengikut, berbicara soal property, bicara soal keuangan.
02:35Apa yang mau Leon capai dengan punya podcast?
02:38Iya.
02:39Jadi, mungkin emang saya pada dasarnya itu lumayan extrovert ya, pada dasarnya.
02:44Habis itu, waktu married di tahun 2017, habis itu punya anak, jadi lumayan fokus ke keluarga.
02:49Jadi, cuma kerja, keluarga, kerja, keluarga gitu.
02:51Jadi, nggak gitu ada cara buat sharing-sharing lah.
02:55Dan kebetulan, suatu saat saya punya idealisme aja gitu.
02:57Saya sadar bahwa saya saat itu memiliki posisi yang bisa dibilang mungkin lumayan favorable gitu.
03:05Dari segi keuangan mungkin definisinya orang udah financial freedom.
03:08Lalu bisnis punya rumah, mobil, habis itu nggak punya utang gitu.
03:13Saya sempat mikir gitu, apa yang sebenarnya membedakan saya dengan kebanyakan orang lain di Indonesia.
03:16Ya, sebenarnya bisa dibilang salah satu yang paling membedakan itu adalah privilege.
03:20Jadi, saya punya privilege yang sangat besar.
03:23Saya lahir dari orang tua yang benar-benar serius untuk mendidik anaknya.
03:28Bahkan sampai dikasih kesempatan buat belajar ke luar negeri.
03:32Habis itu, saya juga dapat kesempatan untuk berdiskusi dengan teman-teman.
03:36Dulu saya sempat apply ke kerja.
03:38Di tempat kerja saya itu, saya mendapatkan banyak mentor-mentor yang baik.
03:42Supervisor saya, manager saya.
03:44Dan juga saya dapat komunitas yang positif gitu.
03:46Nah, saya memiliki privilege-privilege ini.
03:49Dan saya rasa banyak sekali orang di Indonesia yang sebenarnya rajin juga, pinter juga.
03:52Tapi mereka ada keterbatasan informasi.
03:54Jadi, mereka tuh kepentok belajarnya.
03:57Bahkan salah satu orang yang hadir sekarang, saya punya videographer di sini.
04:01Beliau itu adalah salah satu orang yang kena, mungkin kena FVP-nya video saya gitu.
04:06Jadi, video saya itu dulu bikinnya berusaha sedagi mungkin, research-nya itu banyak.
04:11Tapi, kata dia, video lu jelek banget gitu.
04:13Kualitas editingnya nggak bagus gitu.
04:15Nah, jadi suatu saat saya, saya dapat email.
04:17Dia ini adalah dulu background-nya, video editor-nya The Read.
04:20Kalau misalnya tahu The Read, sama film Hollywood.
04:22Habis itu juga The Big Four, masuk Netflix gitu kan.
04:25Habis itu dia apply.
04:26Begitu saya lihat, saya langsung telfon dia, saya bilang, thank you, udah apply.
04:29Tapi saya nggak bisa afford you.
04:30Soalnya, nggak ada duit, saya lakukan ini bukan buat cari duit gitu.
04:33Saat mulai kan nggak tahu duit ada berapa gitu kan.
04:36Nah, jadi menurut dia juga banyak orang seperti dia yang nggak sempat lulus S1.
04:41Dan juga teman-teman di kampung dia yang nggak sempat lulus S1.
04:43Tapi mendapatkan benefit banyak dari videonya saya.
04:45Maka akhirnya dia sampai bergabung, 6 bulan itu nggak digaji.
04:48Volunteer gitu.
04:49Soalnya saya bilang, saya nggak punya budgetnya gitu.
04:51Saya nggak ada income juga dari sini gitu kan.
04:53Jadi volunteer, habis itu kita punya video take off.
04:55Dan kita habis itu bisa ada sum monetization revenue juga.
04:59Akhirnya dia jadi full time gitu.
05:00Jadi kira-kira gitu sih inspirasinya.
05:03Privilege.
05:04Punya orang tua yang bisa mendidik baik.
05:06Punya orang tua atau berasal dari keluarga yang bisa punya ekonomi baik.
05:11Bisa sekolah ke luar negeri.
05:12Nanti saya mau menyinggung soal Lyon yang sekolah di Amerika.
05:15Di kampus, elite, Berkeley.
05:19Cuman kenapa mau bikin podcast itu apa?
05:22Apakah memang seperti banyak orang menjadi youtuber,
05:26buat konten untuk cari cuan?
05:28Nah, oke.
05:29Mungkin kalau misalnya kita ngomongin untuk cari cuan ya.
05:31Kalau misalnya di beberapa segmen,
05:33misalnya kita ngomongin entertainment,
05:35mungkin prinsip untuk cari cuan dari segi entertainment itu nggak masalah.
05:38Tapi misalnya kayak Denis Sovargo gitu.
05:40Kalau misalnya dia lagi ngiklanin lain parcel,
05:43kita ketawa gitu.
05:43Kita nunggu-nunggu iklannya kapan.
05:45Tapi kalau misalnya di finance,
05:46sebenarnya kita punya tuntutan lebih.
05:48Jadi cari cuan itu mungkin fair boleh.
05:49Soalnya kan kita ada cost.
05:50No matter what, kita juga...
05:52invest di studio aja berapa ratus juta atau miliaran juga gitu kan.
05:55Dan juga kita punya payroll.
05:57Cuman itu tuh tidak boleh menjadi kita punya primary source of income.
06:00Ini kalau misalnya untuk finance influencer ya.
06:03Kita tuh harus mendapatkan income utama itu dari bisnis kita.
06:06Baru kita boleh menjadi finance influencer.
06:07Bukan dari bisnis YouTube ini.
06:09Bukan dari bisnis podcast.
06:10Nggak boleh.
06:10Unfortunately kalau misalnya untuk finance nggak boleh.
06:12Soalnya...
06:13Itu integrity yang ingin kamu pegang ya.
06:15Maksudnya pagar moral dan etiknya ya.
06:17Betul.
06:17Mungkin bisa dibilang saya salah satu orang yang paling sering ngerifunin orang.
06:20Ngerifunin perusahaan.
06:22Misalnya nih ada salah satu bank yang terbesar.
06:24Dia sempat pengen endorse.
06:26Lalu dikasih SOA.
06:27Scope of work gitu.
06:27Scope of worknya adalah dia pengen bilang dia itu perusahaan yang aman.
06:30Udah ada pelindungan dari instansi ini, ini.
06:33Lalu dia pengen bilang pokoknya perusahaan itu aman lah.
06:35Sebenarnya saya nggak bisa.
06:36Saya bilang perusahaan yang terbesar pun yang mau warna biru, mau warna kuning itu bisa bangkrut semua.
06:40Kita lihat dari Credit Suisse.
06:42Kita lihat dari manapun gitu.
06:43Nggak ada perusahaan ini yang aman gitu.
06:44Nah gimana kalau misalnya saya itu hidup dan mati dari konten.
06:47Saya ini akan tergantung dari konten ini, dari endorsean ini untuk bayar listrik.
06:51Untuk hidup dan mati gitu.
06:53Saya akhirnya pasti harus kompromi dari segi integritas.
06:55Makanya emang sayangnya kalau misalnya di dunia finance ini jadi sesuatu yang susah gitu.
07:01Soalnya emang kita secara fakta kita nggak boleh mendapatkan, kita boleh dapetin cuan tapi ada batasnya.
07:08Kita nggak boleh lakukan apapun untuk mengambil semuanya gitu.
07:10Wow, oke.
07:12Ketika bicara soal nama Leon Hartono, tadi sudah menyinggung soal orang tua.
07:19Karena saya ngeliat sosial medianya, Leon memakai AI.
07:24Leon Hartono gitu.
07:25Putra dari pemilik bank BCA.
07:28Pemilik orang tuanya, memiliki pabrik rokok, jarum gitu.
07:35Dan kamu ketawa-ketawa gitu.
07:37Sekarang saya mau beneran minta klarifikasi.
07:39Memang Leon Hartono ini anaknya Pak Hartono.
07:41Pemilik BCA, pemilik brand jarum.
07:44Dulu saya itu sempat intern di BCA.
07:47BCA sebenarnya salah satu tempat pertama saya intern.
07:50Nah, saya dulu sempat.
07:51Kebetulan salah satu om saya, bukan om saya lah ya, teman orang tua saya, teman kampus ada yang jadi direksi di situ.
08:01Jadi waktu saya intern, saya sempat diundang ke lantai direksi gitu.
08:04Jadi waktu saya turun.
08:05Kalau kita selalu bilang kayak gitu lantai dewa ya?
08:06Iya.
08:07Nah, waktu saya turun, orang ada yang bau sama saya.
08:10Mungkin mereka pikir, wah Leon siapa gitu kan.
08:12Dan habis itu sebulan kemudian mereka sadar bahwa lain itu bukan siapa-siapa.
08:15Jadi mereka akhirnya udah gak pernah nunduk lagi sama saya gitu.
08:19Jadi enggak lah, saya lebih ke orang biasa.
08:21Ternyata ini Hartono-nya Hartono Perjuangan ya?
08:23Hartono Perjuangan, gitu.
08:25Hartono BU, butuh uang, cari duit kita.
08:27Butuh cari duit.
08:28Yang itu gak BU.
08:30Jadi bukan?
08:31Bukan, bukan.
08:31Gak ada kaitannya.
08:32Nah.
08:33Mungkin 2000 tahun lalu.
08:34Iya, kita sodara.
08:36Nah, Leon ini, saya lihat juga, melihat podcastmu mengatakan,
08:41kamu kabur saat reformasi.
08:43Dan ini bertepatan dengan 27 tahun kita reformasi.
08:46Berarti tahun 98, Leon itu memang, apa, bisa dibilang kabur dari tanah air itu what's going on?
08:53Betul.
08:54Soalnya saya tinggal di area yang bisa dibilang lumayan rawan.
08:58Jadi bahkan setiap malam kita itu, saya ingat waktu saya kecil,
09:01ya dulu sih cuma lucu-lucuan ya, bawa pedang gitu.
09:03Bawa pedang-pedangan, terus kita jaga malam, kita muter bolak-balik, bolak-balik.
09:07Saat itu sih justru, pasti ya, kita cuma happy-happy aja lah.
09:10Gak ngerti apa-apa, kita kira kayak hatori gitu, bawa pedang gitu.
09:13Cuman ternyata itu sebuah sesuatu yang sangat serius.
09:17Buah situasi yang sebenernya gak main-main ya?
09:19Betul, gak main-main, dan bahkan banyak banget cerita horor-horor yang sangat menyeramkan,
09:22yang saya waktu gede itu baru ngerti gitu konteksnya.
09:26Waktu itu gak ya?
09:27Umur berapa waktu kerusuan?
09:288 tahun.
09:298 tahun.
09:30SD kelas 2.
09:30Makanya bahasa Indonesia saya itu bahasa SD kelas 2.
09:34Makanya banyak orang yang suka komplain di podcast,
09:36bahasa Indonesia lu jelek ya emang jelek.
09:37Saya nanti mau masuk ke situ, tapi cerita dulu.
09:40Jadi 2 tahun, ada dalam situasi reformasi, 8 tahun.
09:448 tahun ada di situasi reformasi, dan itu Leon meninggalkan tanah air.
09:50Betul, akhirnya pergi ke Singapura.
09:51Kenapa, Kenapa Leon?
09:53Kalau misalnya kenapanya sih, pasti itu masalah safety ya.
09:56Soalnya kan dari daerah saya itu lumayan rawan.
09:59Apalagi banyak cerita-cerita horor gitu kan.
10:02Jadi, tapi kalau misalnya tanya saya waktu umur 8 ya gak ngerti gitu kan.
10:05Disuruh pergi ya pergi aja gitu.
10:06Anak umur 8 tahun dipisah dari papa mama kan gak ikut ya?
10:09Gak ikut.
10:10Cuman kamu dan 2 kakak-kakakmu.
10:13Betul, betul.
10:13Anak umur 8 tahun pisah dari orang tua, dan kamu ke Singapura, itu gak gampang loh.
10:18Betul, gak gampang.
10:18Dulu sih sebenarnya gak ngerti sih.
10:19Dulu gak ngerti bahwa anak umur 8 naik MRT,
10:22kira-kira dan jalan ke sekolah selama 40 menit itu adalah hal yang aneh.
10:26Itu adalah saya gak ngerti gitu saat itu gitu.
10:28Cuman ternyata ya itu adalah sebuah mungkin sekarang bisa dilihat sebagai yang jadi independen lah gitu.
10:34Cuman ya akhirnya saya waktu SMP juga tinggal sama teman sekolah sih, sama teman SMP.
10:39Dia ada kamar kosong, satu gitu.
10:42Saya nyawa di situ jadinya.
10:43Ketika umur 8 tahun meninggalkan tanah air Indonesia,
10:47karena ada waktu itu kerusuhan bulan Mei,
10:52waktu itu bayang dan menginjak remaja, dewasa gitu.
10:57Apa bayanganmu tentang tanah air yang kamu tinggalkan?
11:00Sebenarnya kalau misalnya, jujur aja gara-gara waktu pergi itu kan umur 8.
11:08Jadi, dan itu kan berlangsung segitu cepatnya kan.
11:12Dalam beberapa tahun itu relatively udah meredak situasinya kan dalam waktu setahun, dua tahun.
11:17Jadi waktu bisa ngerti logic dan apa yang terjadi di dunia,
11:21itu kan mungkin waktu remaja umur belasan udah tujuh tahun lewat gitu kan.
11:25Jadi Indonesia yang saya tahu ya gak gitu pernah ada gambaran itu,
11:30tapi mungkin ada sebuah harapan kali,
11:31bahwa suatu saat korupsi itu bakal membaik.
11:34Bahwa suatu saat nepotisme juga bisa membaik.
11:37Itu sebuah harapan.
11:38Dan mungkin saya boleh share salah satu hal yang saya paling belajar di Singapura.
11:41Itu kayak gini, saya lihat ada hal yang menarik ya.
11:43Saya tahun lalu ngeliat sebuah berita bahwa salah satu menteri di Singapura itu terjerat kasus korupsi.
11:51Dan saya cek gitu, ternyata sejak tahun 1960,
11:54baru udah empat menteri yang terjerat kasus korupsi.
11:57Jadi terakhir itu tahun 2023-2024, sebelumnya itu tahun 1968.
12:03Segitu jauhnya jarak antara menteri yang nomor tiga dan nomor empat kena kasus korupsi.
12:08Dan mereka tuh udah gak butuh hukuman mati atau apa.
12:12Soalnya orang yang ketiga, gara-gara dia saking malunya, dia bunuh diri.
12:16Kasus korupsi gitu ya.
12:18Dan ini saya lihat agak kontras.
12:20Salah satu hal yang saya pelajarin agak kontras dengan Indonesia,
12:22dimana di kita ya, mungkin ini ya, kasus yang terakhir yang kena korupsi di Singapura ya,
12:27itu kasusnya 300 ribu dolar, 5M.
12:29Dia kalau misalnya ke penjara sama tetangganya yang dari Indonesia, korupsinya triliunan,
12:33orang yang triliunan ketawa gitu.
12:34Lu kenapa ambilnya cuma segitu?
12:36Sekalian aja ambilnya 100M, 200M kalau misalnya di penjara 10 tahun.
12:39Terus sama-sama di ini juga, di penjara juga gitu kan?
12:41Iya, di penjara 10 tahun, nanti lu keluar jadi tetap kaya gitu.
12:43Ya mungkin diketawain gitu kan, kalau misalnya kita di Indonesia,
12:45yang sayang itu dari segi jumlah menteri yang kena korupsi itu meningkat terus.
12:50Kalau misalnya kita lihat waktu zamannya Bu Mega, ada 4 menteri yang jadi tersang,
12:53yang kena kasus korupsi.
12:54Lalu waktu zamannya Pak SBE, ada 6.
12:56Waktu zamannya Pak Jokowi, ada 7.
12:58Makanya saya melihat data dan pattern kan,
13:00kalau misalnya kita ngomongin saham, kita ngomongin kripto, kan kita lihat pattern.
13:04Kalau misalnya kita lihat pattern gini, berarti saya tidak surprise nanti kalau misalnya di zamannya Pak Prabowo,
13:08kalau misalnya beliau sampai berhasil mendapatkan 2 periode,
13:10ini bisa 10 menteri yang kena kasus korupsi gitu.
13:12Karena perilaku yang koruptif itu sama sekali belum hilang ya?
13:18Iya, kita cuma dilihat dari data kan.
13:20Dan mungkin kalau misalnya saya boleh sharing kenapanya,
13:22kalau misalnya kita lihat dari sistem edukasinya,
13:24saya dulu ngeliat waktu di Singapura,
13:26sistem edukasinya itu sangat keras dan sangat disiplin.
13:29Bahkan kalau misalnya kita nyebrang jalan itu,
13:31nggak pakai zebra cross atau kita nggak lewat jembatan,
13:33kita itu bisa didenda.
13:35Lalu abis itu kalau misalnya di Singapura,
13:36kalau misalnya di sekolah,
13:37kalau misalnya kita berantem, tawuran, vandalisme,
13:40kita itu kena namanya public caning.
13:41Jadi seribu murid, kita duduk, kita ngadep ke depan,
13:44kita lihat satu orang ini di depan,
13:46disiplin masternya itu pakai rotan.
13:48Dikasih suara, vuk, vuk, petar.
13:51Seribu orang ngeliat.
13:52Itu yang terjadi di Singapura.
13:53Dan saya sering ngeliat kayak gitu,
13:55dan bahkan ada satu cerita lucu,
13:56di mana dulu ada orang yang taruh buku di celananya dia.
14:00Bunyinya beda, tak!
14:01Diulang sekali lagi, tambah tiga, tar, tar, gitu.
14:05Jadi tertip karena kalau nggak kena hukum.
14:08Dan itu dengan konsisten mereka yang melanggar dihukum.
14:12Sebenarnya, Lior.
14:12Tapi saya begini, ini kamu tuh menarik sekali menurut saya.
14:15Karena kamu pergi meninggalkan tanah air umur delapan tahun,
14:18kamu sekolah di Singapura,
14:20kamu bercerita dengan sangat fasi bagaimana
14:22pendidikan di Singapura,
14:23mendidik kamu sehingga menjadi disiplin.
14:25Lalu SMA kemana? Singapura atau Amerika?
14:28SMA di Singapura.
14:29SMA di Singapura.
14:29Lalu kamu dapat di Ivy League,
14:32Berkeley, California.
14:34Tapi kamu balik lagi ke Indonesia.
14:36Tahun berapa kamu balik ke Indonesia?
14:372012.
14:382012.
14:39Saya menemukan pattern yang jarang di kamu.
14:43Biasanya kalau udah ninggalin tanah air umur delapan tahun,
14:48sekolah, kuliah di sana, kerja di sana,
14:50pasti kemudian nggak mau balik ke Indonesia.
14:53Apa yang membuat seorang Leon tetap ingin pulang ke Indonesia?
14:58Ya mungkin dulu fascinated sama kelas ekonomi dan finance kali.
15:02Jadi dulu di finance ada satu teori namanya arbitrage gitu.
15:05Dimana sebuah instrumen itu seringkali mispriced.
15:08Jadi satu orang ngeliat sebuah barang,
15:10harganya itu berbeda.
15:11Ada yang bilang harganya itu 100 ribu,
15:13ada yang bilang harga 80 ribu.
15:14Jadi kalau misalnya kita bisa beli di 80 ribu,
15:16kita bisa langsung jual di 100 ribu,
15:17kita dapat untung.
15:18Dan biasanya arbitrage ini terjadi
15:20kalau misalnya market itu nggak efisien.
15:21Jadi kalau misalnya saya lihat di Indonesia ini
15:23banyak sekali hal-hal yang tidak efisien.
15:26Jadi ya saya memutuskan untuk balik
15:28karena potensi untuk berbisnis saya itu tinggi.
15:30Wow, biasanya kalau saya nanya ini pada banyak orang,
15:33pasti jawabannya ya saya mencinta Indonesia,
15:36ini kampung halaman saya.
15:38Kalau untuk Leon,
15:39sesimpel ini tempat paling cuan.
15:43Ya mungkin tagline saya kan jadi maksimalin cuan.
15:45Tapi juga honestly speaking kayak ya cuan,
15:49ya opportunity pasti ada.
15:50Tapi nomor dua juga ini sih,
15:52mungkin saya selalu ngeliat diri saya sendiri
15:54sebagai orang Indonesia.
15:55Sebenarnya saya itu dulu...
15:56My two, sorry ya.
15:57Bahasa Indonesia-mu bagus loh
15:58untuk yang dari kecil ke luar negeri.
16:02Bahasa Indonesia menurut saya bagus.
16:03Ya mungkin banyak orang yang belum tahu.
16:04Saya itu belajar bahasa Indonesia di Amerika.
16:07No kidding.
16:09Jadi saya dulu...
16:11Terus yang ngajarin bule gitu?
16:12Enggak, orang Indonesia.
16:13Jadi saya gara-gara ada sebuah keinginan
16:16pengen balik ke Indonesia,
16:17satu itu saya sadar ambil kelas finance gitu.
16:19Saya makanya secara sadar dan sengaja
16:21apa namanya,
16:23mainnya itu cuma sama orang Indo.
16:24Soalnya kan saya sebelumnya
16:25nggak pernah main sama orang Indonesia.
16:26Di Singapura jarang ada orang Indonesia.
16:28Sekolah saya, kelas saya.
16:30Waktu di Amerika kebetulan ada nih
16:31perkumunan Indonesia.
16:32Jadi saya mainnya sama mereka terus
16:33dan saya ambil kelas bahasa Indonesia.
16:35Jadi orang-orang ke Amerika buat belajar Inggris,
16:37saya di sana belajar
16:38ibu sedang memasak,
16:39ibu sedang termasak gitu.
16:40Ibu sedang dimasak gitu.
16:42Saya pilih salah satu.
16:43Habis itu hampir tidak dapat A pula.
16:47Padahal bahasa Indonesia gampang loh.
16:49Saya makan hari ini,
16:50saya makan kemarin,
16:51saya makan besok sama.
16:53Kalau ini bahasa Inggris kan harus berbeda.
16:54Pastan present future, ya kan?
16:57Jadi saya maksa buat baca kompas,
16:59baca CNN itu dari situ.
17:01Oh, tapi kamu untuk bisa
17:03dan mau belajar bahasa Indonesia,
17:04di Amerika kamu kursus
17:06atau les bahasa Indonesia?
17:08Iya, iya.
17:08Oke.
17:09Leon,
17:11saya melihat ada optimisme di kamu
17:14tentang Indonesia
17:16terlepas dengan seluruh upside down-nya.
17:19Tapi banyak juga anak muda
17:21itu pesimis
17:22lihat Indonesia.
17:24Kenapa?
17:25Kami kembali saat lagi.
17:26Ini break ya.
17:28Break berapa lama?
17:30Boleh dicontekan?
17:31Boleh.
17:32Terima kasih.
17:32Terima kasih telah menonton
Dianjurkan
1:33
|
Selanjutnya