Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
Tentu tidak pernah terbayangkan melakukan operasi pasien diiringi desing peluru dan ledakan bom. Pengalaman itu dirasakan dr. Dani Erlangga saat bertugas tiga minggu sebagai relawan medis di Khan Younis, Gaza. Ia merawat korban luka dengan alat dan obat seadanya.

Kepada Republika, dr. Dani Erlangga menceritakan pengalamannya dan upaya warga Gaza untuk bertahan di tengah penjajahan Israel. Buat mereka, tanah Palestina adalah kehormatan, bukan sekadar tempat tinggal.
Transkrip
00:00Jangan lupa SUBSCRIBE, LIKE, KOMEN dan SHARE... ^^
00:30Pada saat kita masuk juga, kita juga sudah mulai disambut dengan desingan peluru.
00:35Saya coba balik-balik lagi ke koordinasi dengan WHO di Cairo maupun di Jordan.
00:41Masuk ke Gaza itu, gimana disitu terjadi tragedi kemanusiaan yang sebetulnya bukan hanya sekarang ya.
00:48Sebetulnya terjadi sudah lama sekali.
00:49Dokter ketika disana takut mati gak sih dokter?
00:51Ini pertanyaan yang gampang tapi saya sulit untuk menjawabnya.
00:56Saya melihat semangat mereka itu tidak pernah hilang sepertinya.
01:01Ada kejadian bom yang menimpa, kemudian setelah korban itu dibawa ke rumah sakit,
01:09kemudian keluarga betul-betul menambah pelajaran menariknya buat saya pribadi.
01:15Bahwa hidup itu betul-betul sebuah hal yang luar biasa.
01:22Bayangkan menjadi seorang dokter bedah, bukan di rumah sakit dengan fasilitas yang mumpuni,
01:28tapi bekerja di bawah desingan peluru hampir setiap hari.
01:32Itulah kira-kira yang dirasakan oleh dokter Dhani Erlangga,
01:36dokter spesialis syaraf dari Tim Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia.
01:41Dan kini telah hadir di Studio Republika, dokter Dhani Erlangga bersama dengan Ketua Umum BSMI,
01:49Bapak Jazuli Ambari. Assalamualaikum dokter, Bapak Jazuli.
01:54Waalaikumsalam.
01:55Apa kabar ini?
01:56Alhamdulillah.
01:57Alhamdulillah ya.
01:58Dokter, Bapak Jazuli ini kita langsung pengen tahu cerita dari dokter Erlangga.
02:04Bagaimana kemarin pengalamannya menjadi Relawan, terutama dokter bertugas berapa lama dan di mana, di Gaza?
02:11Kami secara keseluruhan ada dua orang, tim saya sendiri, dokter Dhani Erlangga, spesialis bekas syaraf,
02:18kemudian berserta dengan dokter Aldi, spesialis anestesi.
02:23Jadi kami dikirim dari Bulan Sabit Merah Indonesia.
02:26Sebenarnya tugasnya untuk dua pekan secara resmi,
02:30tapi karena kondisi yang memang tidak memungkinkan,
02:34akhirnya secara total kami menjadi tiga pekan selama besarnya.
02:38Berarti lebaran di sana ya dok?
02:40Iya, lebaran di sana. Jadi saya berangkat H-Min 5 atau H-Min 7 ya mungkin.
02:46Dari Jakarta ya?
02:48Jakarta kita berangkat, kemudian dua hari di Jordan, kemudian kita bisa masuk.
02:53Dan setelah masuk, kita sudah mulai langsung untuk berpartisipasi dengan tim medis lokal yang menjadi tempat bekerja kami.
03:04Jadi kami itu di sana ditempatkan di dua rumah sakit.
03:08Rumah sakit Nasir, tempatnya di Kanunis.
03:12Rumah sakit Nasir dengan rumah sakit European Geyser Hospital.
03:17Dan kami berdua, saya dengan dokter Aldi, lebih banyak ditempatkan di rumah sakit LK.
03:24Karena memang sarana untuk bekerja saya lebih lengkap di sana.
03:29Karena di sana ada khusus departemen berdasar.
03:32Sehingga saya bisa bekerja maksimal untuk menolong para korban yang berhubungan dengan spesialisasi yang saya menjalankan.
03:39Dokter Dhani mungkin bisa ceritakan kondisi terakhir bertugas di sana seperti apa dok?
03:44Pasien itu tiap hari rata-rata yang berhubungan dengan spesialisasi saya itu 3-4 pasien operasi.
03:56Kemudian kami bekerja tidak seperti biasa.
04:01Seperti di rumah sakit misalnya saya kerja persiapan operasi, kemudian lingkungan yang enak.
04:08Kadang-kadang kita juga menuntut ABC.
04:10Tapi di sana alhamdulillah karena kondisinya berbeda,
04:14seringkali kita operasi juga dalam keadaan yang diiringi dengan musik berupa desingan peluru dan bom.
04:24Bahkan beberapa kali ruangan operasi juga setidaknya 2 kali merasakan goncangan besar pada saat kita melakukan operasi.
04:33Lantas bagaimana dok bertahan atau di tengah situasi seperti itu bagaimana dokter?
04:37Awalnya mungkin kita berpikir, pada saat kita masuk kita juga sudah mulai disambut dengan desingan peluru.
04:45Tapi karena melihat orang yang menjemput kita, kemudian juga masyarakat di sana,
04:51apabila mendengar desingan peluru itu mereka cuma melihat dan kemudian lanjut lagi aktivitas.
04:56Kayaknya kita pun beradaptasi.
04:58Sudah menjadi rutinitas itu ya dok?
04:59Apalagi pada saat mereka mendapatkan pertanyaan dari salah seorang tim kita yang dari Amerika,
05:04beliau bertanya, apakah kita bisa bekerja di tempat yang aman?
05:09Kemudian mereka menjawab dengan santinya, maaf dokter, katanya.
05:13Tidak ada yang aman di sini.
05:14Jadi siap-siap saja untuk kemudian bekerja sesuai dengan apa yang ada di sini.
05:20Dan dengan perkataan itulah kami juga kemudian beradaptasi secara sepatu.
05:24Kami di sini bukan untuk menikmati atau bekerja di tempat yang enak,
05:29tapi bekerja sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.
05:32Dan alhamdulillah kami juga bisa beradaptasi ya tadi.
05:36Sambil operasi, kita juga menikmati saja akhirnya.
05:41Ada peluru dan sebagainya, dinikmati saja.
05:44Dianggap tidak ada apa-apa.
05:46Pasokan medis bagaimana dok di sana? Obat-obatan?
05:49Pasokan medis dan alat-alat yang berhubungan dengan kesehatan sebetulnya,
05:55karena pada beberapa saat, kalau tidak salah dua pekan sebelum kedatangan kami itu,
06:00statusnya itu masih gencatan senjata.
06:04Dan pada saat gencatan senjata itu memang ada pembukaan jalur di Rapah
06:09untuk bisa memasukkan logistik, alat-alat kesehatan, dan bantuan medis,
06:13untuk bisa masuk ke jalur Gaza.
06:16Tetapi pada saat kemudian itu dicabut, maka jalur masuk logistik pun tertutup
06:22untuk bisa memasukkan bantuan.
06:24Nah pada saat di sana kami, memang pada saat awal bekerja itu,
06:27dirasa masih cukup.
06:29Saat itu juga saya operasi dengan obat yang cukup,
06:33obat-obat anestesi yang juga cukup,
06:35kemudian bahan-bahan untuk operasi juga cukup.
06:38Tetapi pada saat satu pekan setelah kami bekerja,
06:42dan kemudian kita komunikasi dengan budang persediaan obat dan alat-alat bahan,
06:48itu mereka memperkirakan kalau kondisi pasien setiap hari seperti yang kemarin,
06:54antara rata-rata lima sampai sepuluh pasien,
06:57maka diperkirakan, kata mereka, obat-obatan dan bahan-bahan itu akan habis
07:03kurang lebih tiga sampai empat pekan ke depan.
07:07Dan mereka masih bingung bagaimana kemudian mereka bisa melanjutkan.
07:12Karena pasokan belum ada tanda-tandanya untuk pembukaan jalur
07:16untuk bisa memasukkan bantuan logistik.
07:18Untuk bantuan tenaga medis saja begitu ketat, begitu susah untuk masuk.
07:24Pengalaman dokter bagaimana kemarin terakhir masuk?
07:27Kalau saya pribadi, sebetulnya saya memulai misi ini sejak tahun 2021.
07:35Tapi baru berhasil masuk, sekitar empat tahun.
07:39Dan yang terakhir itu kami, bahkan saya sudah masuk ke Mesir
07:42untuk kemudian mempersiapkan untuk langsung ke sana.
07:44Tetapi setelah masuk jadwal, ada dalam list jadwal,
07:48itu beberapa kali dicoret, dicoret, dicoret.
07:51Dan yang terakhir itu?
07:52Dicoret oleh Israel.
07:54Dicoret oleh Israel.
07:55Jadi yang terakhir itu sebelum saya berhasil masuk,
07:58itu sebetulnya tim yang saya ketahui, yang masuk bersama kami,
08:02itu ada sekitar 15.
08:0415. Dan dari Indonesia, 2 orang.
08:06Memang kita mengajukan 2 orang.
08:08Dari 15 itu kemudian Hakmin 7 dicoret menjadi 12.
08:12Menjadi 12.
08:14Dan setelah 12 itu fix, bahwa bisa masuk,
08:17dan kemudian kita pesan tiket, kemudian masuk ke Jordania,
08:20Hakmin 1 itu ternyata digagalkan.
08:23Jadi yang bisa masuk hanya 6 orang.
08:25Hanya 6 orang.
08:27Dan sisanya yang sudah datang waktu itu dari Amerika dan Inggris,
08:30sudah hadir, aman, karena dicoret,
08:32tidak bisa mengusahakan apa-apa.
08:34Kecuali pulang.
08:36Pulang lagi ke daerah masing-masing.
08:38Jadi memang betul-betul ketat dari mereka,
08:41dengan alasan yang kita juga tidak tahu.
08:43Apakah itu alasan keamanan,
08:45ataukah kita nggak tahu.
08:47Tetapi Alhamdulillah, kami,
08:492 orang dari Indonesia,
08:51berhasil masuk.
08:53Dan tidak dicoret.
08:54Pak Jazuli mungkin bisa cerita,
08:56ini kan begitu sulitnya kita menembus Gaza,
08:59perjuangan BSMI seperti apa, Pak?
09:01Untuk bisa akhirnya mengusahakan Dr. Dhani dan Dr. Ali masuk.
09:04Iya.
09:07Kami sebenarnya pengalaman ya,
09:09sejak 2009,
09:112010, 2012, 2013,
09:15masuk Gaza lewat Rafah.
09:18Sebenarnya.
09:20Jadi, tapi setelah itu,
09:22itu susah masuk ke Gaza.
09:25Kemudian,
09:27karena kondisi yang begitu menderita,
09:30dan butuh dokter di sana,
09:34jadi kami coba untuk mengirimkan dokter.
09:36Karena memang juga,
09:38informasi dari teman-teman NGO lain,
09:40banyak yang sudah masuk untuk membantu,
09:42meringankan.
09:43Karena mereka juga kan,
09:45tadi mungkin sampaikan Dr. Dhani,
09:47kelelahan.
09:48Sempat kelelahan, banyak.
09:50Kita butuh support mereka.
09:52Kemudian,
09:54kami coba,
09:56beberapa kali itu,
09:58koordinasi dengan WHO,
10:00kemudian juga dengan teman-teman NGO di Jordan.
10:02Nah itu,
10:04informasinya memang sudah tidak mungkin lewat Rafah.
10:06Tadinya kami tetap,
10:08berupaya masuk lewat Rafah.
10:12Tahunnya, mungkin sekitar 2021 tadi,
10:16kami bersama Dr. Basuki,
10:18spesialis ortopedi,
10:20Dr. Objin juga,
10:22itu mencoba masuk lewat Rafah.
10:24Tidak bisa lanjut.
10:26Memang benar-benar susah.
10:28Tutup.
10:30Sehingga kami kembali lagi ke tanah air,
10:32dan saya coba balik-balik lagi,
10:34koordinasi dengan WHO di Cairo,
10:37maupun di Jordan,
10:39memasukkan tim dokter,
10:41yang sekarang itu atas nama IMT.
10:43Jadi bukan lagi humanitarian.
10:45Kalau humanitarian itu bisa dengan,
10:47mungkin tidak dengan WHO ya.
10:49Kalau WHO kan memang klasternya kesehatan.
10:51Jadi kami IMT,
10:53sehingga kami koordinasi dengan
10:55WHO di Indonesia.
10:57Jadi ganti packaging gitu.
10:59Yang masuk juga,
11:01kalau humanitarian kan campur tuh.
11:03Dokter masuk, barang masuk,
11:05orang non-dokter, non-medis masuk.
11:07Itu bisa.
11:09Kalau ini spesifik, hanya dokter,
11:11dan medis, dan dokter.
11:13Memang hanya dokter spesialis yang bisa masuk.
11:15Sehingga, dan kami sudah ketemu WHO,
11:17dan WHO juga
11:19mengakui kita IMT yang siap.
11:21Kita juga kirim IMT ke Myanmar juga.
11:23Jadi koordinasi IMT ini memang dengan WHO.
11:25Dan WHO bilang,
11:27ini prerogatif dari
11:29pihak pemerintah
11:31Israel,
11:33untuk melanjutkan,
11:35atau tidak tim yang IMT ini bisa masuk.
11:37Sehingga kami tunggu,
11:39belum ada,
11:41sudah masuk namanya di WHO,
11:43tapi dari sananya, tiba-tiba,
11:45nggak boleh masuk dari Israel.
11:47Tapi dari WHO,
11:49kami bilang, ini bisa,
11:51tapi tidak dengan WHO, dengan Rahmah bisa.
11:53Silahkan katanya.
11:55Jadi kami koordinasi dengan Rahmah,
11:57yang memang dua lembaga ini,
11:59yang satu internasional,
12:01satu lembaga dari
12:03Amerika ini bisa
12:05berkoordinasi dengan Kogat Israel,
12:07jadi kami berkoordinasi dengan Rahmah.
12:09Dan tadinya, kami minta
12:11lima dokter masuk.
12:13Tapi karena
12:15terbatasnya,
12:17bahasanya kuotai
12:19untuk tim dokter dari berbagai negara
12:21yang mereka koordinasi untuk masuk,
12:23sehingga kami dikasih dua.
12:25Akhirnya bisa masuk, dan kami ajukan
12:27dokter Dhani dan dokter Aldi,
12:29Rinaldi. Dan kebetulan,
12:31kedua dokter ini belum pernah masuk ke Gaza,
12:33jadi kami punya harapan besar.
12:35Karena pengacekan segala macam itu,
12:37salah satu diantaranya
12:39yang mungkin bisa
12:41membatalkan, mungkin sering ke sana,
12:43jadi itu salah satu informasi yang kami dapat.
12:45Karena kami juga koordinasi di Jordan,
12:47salah satu dokter sudah nggak bisa masuk, karena
12:49terlalu sering membantu bolak-balik
12:51ke Gaza.
12:53Apa sih syarat?
12:55Ini ada banyak demand,
12:57atau banyak keinginan
12:59dari masyarakat, kita mau jihad ke sana,
13:01membantu warga Gaza.
13:03Apa sih syarat terjadi relawan ke sana?
13:05Iya. Kalau
13:07mau masuk personil, SDM,
13:09orang, itu hanya bisa medis,
13:11dokter. Itu yang pertama.
13:13Dokter, ahli lagi.
13:15Pendidikannya ahli.
13:17Mungkin saya,
13:19saya dari public health,
13:21kesehatan masyarakat. Kalaupun mau masuk,
13:23itu paling tidak harus ahli
13:25di bidang kesehatan masyarakat.
13:27Apa dia dokter S3,
13:29atau mungkin profesor, mungkin.
13:31Itu baru bisa masuk kriteria.
13:33Jadi kalau sekedar
13:35punya pendidikan yang ini,
13:37dan tidak ahli seperti spesialis,
13:39itu ahli. Jadi keilmuannya
13:41juga harus mendukung.
13:43Gitu relawan tuh yang mau masuk
13:45untuk medis,
13:47dan juga yang berkaitan dengan kesehatan.
13:49Jadi, itu
13:51syaratnya paling tidak untuk orang masuk.
13:53Dan setelah itu ya,
13:55track record, karena diminta nama
13:57orang tuanya, sama kakeknya.
13:59Apakah orang tua dan kakeknya ini punya
14:01sejarah yang baik atau tidak?
14:03Terhadap...
14:05Di tulis, karena dicek sama
14:07pemerintah Israel yang
14:09izinkan masuk,
14:11kakeknya siapa,
14:13orang tuanya siapa, dulu gimana sejarahnya,
14:15itu dicek. Kami kan mengurusnya
14:17seperti itu. Kami kumpulkan di relawan yang mau bergabung,
14:19nama orang tuanya disebutkan,
14:21nama ayahnya juga. Jadi bin sama
14:23binnya sampai seperti itu.
14:25Jadi ini yang mesti dipahami relawan.
14:27Dan hanya medis.
14:29Jadi kalau yang tadi mau
14:31berangkat seperti tadi itu, mau berangkat
14:33dengan latar belakang yang tidak jelas,
14:35susah. Tidak bisa.
14:37Jadi itu syaratnya.
14:39Dan hanya orang lagi. Dan juga bawaannya juga dibatasi.
14:41Tidak bisa. Kita mau
14:43bantu bawa obat satu
14:45kontainer, tidak bisa. Jadi ya
14:47sesuai dengan kopernya saja.
14:49Kebutuhan obat pribadi,
14:51seperti itu. Jadi dibatasi sekali.
14:53Untuk apa yang dokter lintas
14:55di pikiran dokter Dhani, ketika
14:57akhirnya menginjakkan kaki di Gaza?
15:01Sebenarnya tadi
15:03saya sudah mengatakan bahwa masuk
15:05ke Gaza itu,
15:07gimana disitu terjadi tragedi kemanusiaan yang
15:09sebetulnya bukan hanya sekarang.
15:11Sebetulnya terjadi sudah lama sekarang. Sehingga
15:13sebetulnya saya sudah bermimpi dari tahun 2007
15:15untuk bisa masuk ke sana dengan harapan
15:17bisa memberikan sedikit
15:19apa yang saya miliki
15:21dan kemudian bisa
15:23memberikan dan
15:25bisa membuktikan bahwa saya ini adalah
15:27salah satu bagian dari
15:29mereka.
15:31Dan pada saat 2007 belum
15:33berhasil, kemudian 2021 juga
15:35belum berakhir, dan sekarang berhasil
15:37memang ada dua
15:39perasaan yang mungkin
15:41tidak bisa digambarkan. Yang pertama, bahwa
15:43ya Alhamdulillah
15:45saya bisa masuk
15:47dengan takdir Allah tentunya. Dan kemudian
15:49dari situlah saya kemudian
15:51bertekad bahwa saya
15:53akan memaksimalkan. Karena saya tahu
15:55cuma dua minggu ini kesempatan
15:57saya di sana. Dengan dua minggu
15:59dibandingkan dengan
16:01banyak penderitaan yang mereka sudah lakukan
16:03itu sebetulnya betul-betul sedikit. Jika saya berlihat
16:05saya harus memaksimalkan. Jadi
16:07bagaimana caranya
16:09saya harus bisa
16:11optimal di sana, kemudian betul-betul
16:13memaksimalkanlah kualitas saya di sana.
16:15Dan Alhamdulillah pada saat
16:17kemudian setelah masuk ke rumah
16:19sakit itu, setelah kemudian
16:21berinteraksi
16:23dengan tim dokter
16:25di sana, mereka betul-betul
16:27welcome. Walaupun dalam tanda kutip
16:29mereka sempat mengatakan bahwa
16:31apa motivasinya datang
16:33ke sini.
16:35Terus kemudian mereka sempat mengatakan
16:37bukan sombong sebetulnya, mungkin
16:39memang mereka itu betul-betul menjaga
16:41bahwa mereka tidak pernah meminta.
16:43Tapi pada saat kami datang
16:45mereka betul-betul senang. Walaupun pada
16:47saat hari pertama itu disuruh
16:49duduk. Duduk saja.
16:51Saya senang. Kalaupun
16:53Anda datang ke sini
16:55kemudian menemani kami, walaupun Anda
16:57sudah bekerja, itu sudah
16:59menjadi sebuah hal yang
17:01betul-betul menambah
17:03semangat. Ada dukungan moral.
17:05Padahal saya sendiri melihat bahwa
17:07wajah mereka begitu kelelahan,
17:09mata mereka. Tetapi
17:11ada satu hal yang
17:13langsung jadi pelajaran bagi saya.
17:15Dengan kondisi yang melelahkan saja
17:17mereka betul-betul semangat.
17:19Dan kemudian
17:21kasarnya membakar semangat saya.
17:23Saya datang ke sini bukan mau diam.
17:25Saya mau
17:27bersama dengan tim ini. Kemudian bagaimana
17:29saya juga bisa memberikan sebagian dari
17:31waktu hidup saya untuk kemudian bisa
17:33memberikan sesuatu yang
17:35bermanfaat untuk saudara-saudara saya
17:37di sini. Yang lainnya
17:39mereka juga kemudian satu hari tidak
17:41memberikan kesempatan saya untuk langsung ikut
17:43operasi. Baru hari kedua kemudian
17:45saya ikut bergabung.
17:47Dan hari ketiga baru saya kemudian dalam tanda putih
17:49dilepas untuk kemudian operasi
17:51sendiri dengan asisten
17:53dari mereka. Saya ada residen
17:55berasara di sana. Kemudian juga
17:57saya diajak diskusi untuk kemudian menentukan
17:59ini apa? Ini apa?
18:01Apa tindakan yang kita perlukan?
18:03Dan kemudian ya akhirnya
18:05ada dua tim di sana. Saya bebas
18:07bekerja untuk kemudian juga menentukan
18:09ikut gabung. Kemudian
18:11walaupun syarat mereka
18:13jangan terlalu capek karena kamu harus pulang lagi
18:15seperti itu.
18:17Begitu apa ya. Istilahnya mereka betul-betul
18:19tidak mau merepekkan
18:21dan tetap menjaga bahwa
18:23saya ke sana tetap sebagai
18:25seorang tamu. Mereka betul-betul
18:27menjaga dan memuliakan. Ini mungkin
18:29pertanyaan yang terdengar konyol ya dok ya
18:31tapi ini cukup manusiawi
18:33menurut saya. Dokter ketika di sana takut mati gak sih dok?
18:35Alhamdulillah
18:37karena sejak
18:39keperangkatan ini pun
18:41saya sudah siap-siap. Apalagi
18:43mendengar kondisi terakhir. Waktu kita
18:45ke Mesir ya. Waktu kita ke Mesir itu
18:47dengan harapan bisa masuk. Karena saat itu gencatan
18:49sejata. Dalam tanah putih gencatan sejata
18:51mungkin kondisi keamanannya
18:53relatif lebih tenang.
18:55Tapi pada saat
18:57kali kedua saya berangkat itu
18:59kan sudah dicabut.
19:01Dan disitu pun saya sudah siap-siap bahwa
19:03ya
19:05pikiran itu harus disingkirkan.
19:07Bahkan saya dengan istri saya itu
19:09sudah ngobrol. Seperti ditanya nih. Istri juga
19:11banyol atau mungkin
19:13nge-test saya.
19:15Mbak ke sana takut apa enggak?
19:17Saya bilang dijawab dengan semangat.
19:19Kalau tidak yaudah.
19:21Saya juga kan tidak takut.
19:23Saya sempat sudah bikin wasiat.
19:25Sudah bikin pesan
19:27ke istri secara khusus.
19:29Juga pesan ke anak-anak. Jadi kalau misalnya
19:31saya berangkat
19:33artinya rela
19:35melepas dan rela
19:37juga kemudian untuk tidak kembali.
19:39Pak Jazuli, disana juga BSMI punya
19:41klinik ya Pak. Mungkin bisa diceritakan kondisinya
19:43seperti apa Pak?
19:45Alhamdulillah kita punya
19:47klinik yang dikelola oleh
19:49dokter Amin Annawajaha.
19:51Dokter Amin ini
19:53dulu kami bawa 2010
19:55untuk sekolah di Indonesia.
19:57Jadi sudah selesai
19:59S3
20:01ahli
20:03SARAF. Dokter yang kita
20:05sekolahkan di Fakultas Dokteran
20:07Brawijaya Malang.
20:09Setelah kembali, kemudian ada
20:11peristiwa, apa namanya
20:13konflik ini
20:15maka kami minta beliau
20:17mau dirikan klinik. Karena memang
20:19banyak rumah sakit yang hancur. Yang
20:21dirusak. Dan seterusnya banyak pelayanan
20:23terhenti. Sehingga beliau setuju
20:25dan kami dirikan. Tapi masih
20:27berupa tenda ya. Karena memang
20:29bangunan tidak ada yang bisa dipakai
20:31untuk daerah situ ya.
20:33Dan kan memang
20:35beberapa daerah itu kan
20:37dipecah-pecah ya.
20:39Dibatasi. Jadi
20:41dari selatan tidak bisa ke utara
20:43dari utara tidak bisa ke selatan. Dan mungkin juga
20:45ke tengah. Kan dibagi tiga waktu itu
20:47informasinya itu. Dari Gaza utara
20:49Gaza tengah, Gaza selatan. Nah
20:51Khon Yunis ini selatan. Kebetulan
20:53dokter Amin ini
20:55asli Rafah. Tapi kemudian mengungsi
20:57di Khon Yunis. Dan dibikin
20:59klinik di situ. Dan klinik ini sudah
21:01berjalan kurang lebih 5 bulan.
21:03Dan ini akan kita coba
21:05kembangkan. Karena ternyata untuk
21:07mendirikan klinik dalam situasi perang seperti ini
21:09WHO juga bikin standar. Karena standar klinik
21:11yang diminta WHO itu cukup
21:13apa namanya
21:15mungkin tidak seperti puskesmas di kita
21:17tapi lebih pelayanan lebih lengkap
21:19lagi. Jadi itu yang nanti ke depan
21:21akan kita kembangkan. Kira-kira
21:23berapa pasien pak per hari
21:25klinik ini terlibat?
21:27Rata-rata menurut informasi dokter Amin
21:29ketika ramai itu bisa sampai
21:31sehari itu
21:33sampai puluhan
21:3520 atau 50 gitu.
21:37Dan kemudian sekarang ini mulai
21:39menyusut. Nggak tahu kenapa. Apakah
21:41sudah mulai aktif rumah sakit-rumah sakit
21:43yang ada atau bagaimana. Tapi
21:45kita tetap akan mempersiapkan klinik ini
21:47karena
21:49antisipasi tadi. Ternyata memang
21:51perang ini tidak berakhir.
21:53Dan terus korban itu banyak.
21:55Nah mungkin juga mereka dirujuk
21:57itu. Karena klinik kita masih belum
21:59selengkap dengan rumah sakit ini. Jadi
22:01harus kita siapkan lebih lengkap lagi.
22:03Sebetulnya jarak
22:05antar
22:07kamp di Kanyunis itu sebetulnya
22:09dekat. Tetapi karena
22:11banyak reruntuhan
22:13yang menutupi jalan. Sehingga walaupun jaraknya
22:15dekat. Tapi kemudian mereka harus menempuh
22:17jarak sesuai dengan yang sudah dibuka oleh Budokser.
22:19Jadi walaupun jarak dekat
22:21tapi kemudian jalannya tertutup,
22:23mereka harus berputar. Sehingga
22:25masyarakat yang ada di sana
22:27yang di kamp-kamp itu
22:29tidak bisa secara langsung
22:31untuk mendatangi. Ke rumah sakit aja mereka
22:33harus berkeliling
22:35gitu. Karena memang
22:37masih banyak reruntuhan yang belum diangkat
22:39dan menutupi jalan
22:41seperti itu. Itu memang
22:43kesulitan salah satunya yang diungkapkan oleh
22:45dokter Amin.
22:46Pak Perdani mungkin bisa diceritakan, dok.
22:48Kira-kira
22:50bagaimana sih
22:52masyarakat Gaza di sana
22:54menanggapi adanya
22:56rencana nih pemerintah
22:58Pak Prabowo
23:00merencanakan akan mengevakuasi
23:02warga Gaza. Sempat ada yang bertanya
23:04nggak ke dokter?
23:06Ini pertanyaan yang gampang
23:08tapi saya sulit untuk menjawabnya.
23:10Karena pada saat
23:12mereka mendapat kabar di
23:14media tentang
23:16rencana pemerintah kita
23:18untuk menempatkan
23:20atau memberikan bantuan
23:22kepada masyarakat untuk bisa
23:24dianggut
23:26atau dievakuasi ke
23:28Indonesia. Mereka, maaf nih ya
23:30dengan bahasa saya,
23:32mereka sepertinya tidak setuju.
23:34Dan dalam tanda kutip
23:36mereka sampai bertanya balik
23:38kepada saya dan kepada
23:40rekan-rekan saya yang di Indonesia, dokter Ali.
23:42Apakah rencana ini benar?
23:44Kalau benar,
23:46kira-kira, apa yang akan
23:48kami lakukan di sana?
23:50Pertanyaan itu yang membuat saya bingung.
23:52Karena prinsip mereka sebetulnya
23:54kenapa mereka bertahan
23:56mereka bertahan di sana, yang pertama
23:58adalah mereka punya anggapan bahwa
24:00ini adalah tanah air kami. Sehingga
24:02di sini kami lahir,
24:04di sini kami
24:06beraktivitas, dan di sini
24:08juga kami kemudian menutup usia.
24:10Kemudian yang kedua, mereka beranggapan
24:12bahwa tanah ini adalah
24:14tanah yang harus kami pertahankan,
24:16katanya. Kalau
24:18sekiranya kami kemudian dievakuasi
24:20keluar, maka
24:22siapa yang kemudian bisa
24:24pertahankan tanah kami di sini?
24:26Apakah kemudian mau, katanya, orang Indonesia ke sini
24:28untuk pertahankan tanah kami
24:30supaya tidak diambil oleh
24:32yang mengambil tanah kami?
24:34Itu yang benar menjadi dalam tanggapan, saya juga
24:36kemudian hanya bisa menangkapi dengan senyuman.
24:38Seperti itu.
24:40Dan terakhir, mungkin yang membuat saya
24:42juga sedikit
24:44terharu dengan
24:46apa yang diungkapkan mereka.
24:48Bahwa kami beranggapan bahwa
24:50tanah ini adalah tanah
24:52wakaf.
24:54Tanah wakaf yang statusnya adalah
24:56tanah milik umat Islam
24:58secara keseluruhan.
25:00Sehingga tidak boleh diperjual-belikan,
25:02apalagi kemudian diambil oleh orang lain.
25:04Dan kami di sini,
25:06kenapa kami bertahan?
25:08Karena kami merasa bahwa kami adalah
25:10bagian yang memiliki tugas
25:12untuk mengamankan tanah ini.
25:14Sehingga itu sudah bisa menggurkan
25:16kewajiban umat Islam
25:18yang lain untuk mempertahankan tanah ini.
25:20Dan cukup kami yang bertahan di sini.
25:22Tapi kalau kami keluar,
25:24maka akan berdasarlah
25:26orang-orang Muslim semua
25:28karena tidak ada lagi yang mempertahankan tanah wakaf.
25:30Itu yang kemudian membuat
25:32saya terharu.
25:34Jadi, kalau sekiranya
25:36masyarakat Muslim di tempat lain
25:38kemudian tidak bisa ke sini,
25:40maka cukup doakan kami
25:42supaya kami bisa bertahan
25:44di sini, supaya kami bisa
25:46kuat mengemban
25:48amanah ini. Cukup doakan kami di sini.
25:50Walaupun Anda semua
25:52tidak bisa ke sini.
25:54Ternyata sebegitu
25:56simpelnya, tapi juga kuat.
25:58Tapi ternyata itu yang membuat mereka semangat.
26:00Saya sedikit aneh
26:02dengan apa yang mereka lakukan.
26:04Betul-betul saya dapat pelajaran banyak.
26:06Yang pertama, bagaimana kemudian
26:08pada saat
26:10seperti mereka
26:12tidak bisa apa-apa menurut perelayan kita.
26:14Tapi ternyata
26:16mereka itu punya
26:18kalau dalam Islam,
26:20itu mereka menjaga
26:22tidak mau meminta.
26:24Saya ambil contoh pada saat awal
26:26saja, saya punya bekal dari beberapa dokter.
26:28Ada yang ngasih soklat,
26:30itu disampaikan. Saya kasihkan.
26:32Tapi ternyata mereka
26:34tidak semudah itu untuk menerima.
26:36Mereka menjaga bahwa mereka
26:38hanya
26:40mau
26:42menerima sesuatu yang
26:44betul-betul jadi hak mereka.
26:46Sampai saya,
26:48memang ini untuk
26:50amanah dari teman-teman saya, dokter yang lain
26:52untuk bisa memberikan.
26:54Karena untuk datang, mereka tidak bisa.
26:56Mereka menitipkan.
26:58Mereka itu orang-orang yang kuat.
27:00Mereka tidak mau
27:02menerima.
27:04Ya, sampai
27:06hari saya.
27:16Ya, malu mungkin ya.
27:18Kalau kita kadang-kadang kan
27:20sering menuntut
27:22sesuatu yang kadang-kadang
27:24bahkan bukan hak kita.
27:26Tapi mereka itu yang sudah jelas
27:28mereka saja mereka
27:30mereka betul-betul hati-hati.
27:32Jadi, mereka orang yang kuat.
27:34Menjaga.
27:36Yang masuk ke dalam.
27:38Mereka itu hanya yang betul-betul halal.
27:40Kemudian yang kedua,
27:42mereka yang
27:44kemudian yang kedua,
27:46saya melihat semangat mereka itu
27:48tidak pernah
27:50hilang.
27:52Suatu hari pernah kejadian, hari keberapa,
27:54ada kejadian bom
27:56yang menimpa.
27:58Kemudian,
28:00setelah korban itu dibawa ke rumah sakit.
28:02Kemudian, keluarga yang
28:04ditinggalkan itu, mereka dengan tenangnya
28:06atau dengan semangatnya.
28:08Mereka membereskan.
28:10Membereskan lagi dari apa yang tersisa
28:12itu masih mereka bisa selamatkan.
28:14Mereka pisahkan selama itu.
28:16Seolah-olah tidak ada penyesalan.
28:18Atau mereka tidak. Setelah mereka
28:20atau bangsa Allah
28:22mereka retata yang terucap itu
28:24Alhamdulillah Alakum Lise.
28:26Jadi, mereka sudah mengantar
28:28sebagian mengantar korban ke rumah sakit.
28:30Sebagian lagi kemudian membereskan sisa-sisa
28:32reruntuhan.
28:34Dan semangat.
28:36Semangat untuk terus bangkit.
28:38Misalnya itu banyak mobil yang
28:40hancur
28:42atau yang rusak, itu kemudian mereka
28:44modifikasi lagi sampai jalan lagi.
28:46Banyak sepeda, motor yang
28:48kemudian rusak, itu mereka modifikasi kemudian
28:50jalan lagi. Jadi semangatnya itu
28:52betul-betul membuat
28:54apa ya, menambah pelajaran
28:56menariknya buat saya pribadi.
28:58Hidup itu betul-betul
29:00sebuah hal yang berperjuangan.
29:02Kalau dokter Dhani menganggap
29:04ini sebagai jihad, bukan?
29:06Ya, bisalah. Itu merupakan
29:08jihad yang memang sesuai
29:10dengan spesialitasnya.
29:12Pak Jazuli,
29:14apa sih, Pak, yang bisa dilakukan
29:16masyarakat Indonesia kalau mau membantu
29:18keluarga di Gaza?
29:20Ya, mungkin
29:22bersama BSMI, bisa berdonasi
29:24bersama kami, karena kami
29:26juga banyak program yang
29:28di luar juga medis tadi,
29:30walaupun kita juga
29:32memproteskan medis ini, pengiriman tim medis
29:34ke Gaza,
29:36pengiriman obat-obatan,
29:38juga rencana kami ingin mengirimkan
29:40harapannya ya,
29:42rumah sakit lapangan,
29:44karena sudah kami buat
29:46di Marunda.
29:50Kalau ada teman-teman sejawat,
29:52masyarakat yang spesialis, dokter spesialis,
29:54karena masih butuh banyak dokter spesialis,
29:56ya bergabung bersama
29:58tim medis BSMI.
30:00Jadi masyarakat yang bukan medis
30:02mungkin bisa berdonasi dan mendoakan,
30:04tapi kemudian kalau
30:06sejawat rekan dokter spesialis,
30:08ya bisa mendaftar ke
30:10tim IMT BSMI.
30:12Nanti kami akan ajukan
30:14untuk bisa bersama-sama
30:16membantu tim dokter di Gaza.
30:18Karena memang kondisinya masih tadi
30:20kelelahan dan banyak yang
30:22kita harus support dari sisi psikologis,
30:24dari sisi
30:26pelayanan, dan seterusnya.
30:28Jadi insya Allah.
30:30Terima kasih Pak Jazuli,
30:32yang sudah bergabung dalam podcast kita.
30:34Dokter Daniel Langga juga.
30:36Terima kasih dok,
30:38atas dedikasinya luar biasa.
30:40Mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran
30:42buat kita semua.
30:44Sementara Republika,
30:46misi mereka memang bukan hanya
30:48menyembuhkan luka fisik,
30:50tapi juga memberi harapan, terutama bagi
30:52masyarakat Gaza. Karena terkadang yang dibutuhkan
30:54bukan harta bendat,
30:56atau dukungan seperti apa,
30:58tapi hanya cukup manusia yang punya hati.
31:00Saya Ani Nur Salika.
31:02Terima kasih telah menyaksikan podcast
31:04Mozaik Republika. Kita bertemu
31:06lagi dalam episode selanjutnya
31:08tentunya dengan isu keumatan dan
31:10keislaman yang lebih menarik.
31:12Wassalamualaikum Wr. Wb.
31:14Waalaikumsalam Wr. Wb.

Dianjurkan