- 30/4/2025
KOMPAS.TV - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi mundur dari posisinya di Kabinet Merah Putih.
Hasan mengaku sudah mengajukan pengunduran diri sejak 21 April 2025. Sebelum pengunduran dirinya, komunikasi PCO dengan Presiden Prabowo menjadi sorotan setelah beberapa kesalahan dilakukan.
Hasan Nasbi pun menjadi pusat perhatian setelah pernyataannya terkait teror kepala babi yang dikirim ke kantor media Tempo menuai kontroversi.
Buruknya koordinasi ini disebut-sebut berdampak pada kurangnya kejelasan narasi tunggal dari Istana, serta respons lamban terhadap isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat.
Simak penjelasan Wartawan Istana Harian Kompas 2004-2025, Suhartono di Podcast Istana & Presiden. Hanya di YouTube KompasTV!
#prabowo #pco #hasannasbi #istanapresiden
Digital Manager : Haris Mahardiansyah
EP: Anna Ariestania
Produser: Leiza Sixmansyah
Video Editor: Noval
Grafis Thumbnail: Farhan
Baca Juga [FULL] Sorotan Komunikasi PCO dan Presiden Prabowo hingga Mensesneg Jadi Jubir | Istana & Presiden di https://www.kompas.tv/talkshow/589750/full-sorotan-komunikasi-pco-dan-presiden-prabowo-hingga-mensesneg-jadi-jubir-istana-presiden
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/590278/blak-blakan-sebab-hasan-nasbi-mundur-dari-pco-sorot-komunikasi-presiden-prabowo-istana-presiden
Hasan mengaku sudah mengajukan pengunduran diri sejak 21 April 2025. Sebelum pengunduran dirinya, komunikasi PCO dengan Presiden Prabowo menjadi sorotan setelah beberapa kesalahan dilakukan.
Hasan Nasbi pun menjadi pusat perhatian setelah pernyataannya terkait teror kepala babi yang dikirim ke kantor media Tempo menuai kontroversi.
Buruknya koordinasi ini disebut-sebut berdampak pada kurangnya kejelasan narasi tunggal dari Istana, serta respons lamban terhadap isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat.
Simak penjelasan Wartawan Istana Harian Kompas 2004-2025, Suhartono di Podcast Istana & Presiden. Hanya di YouTube KompasTV!
#prabowo #pco #hasannasbi #istanapresiden
Digital Manager : Haris Mahardiansyah
EP: Anna Ariestania
Produser: Leiza Sixmansyah
Video Editor: Noval
Grafis Thumbnail: Farhan
Baca Juga [FULL] Sorotan Komunikasi PCO dan Presiden Prabowo hingga Mensesneg Jadi Jubir | Istana & Presiden di https://www.kompas.tv/talkshow/589750/full-sorotan-komunikasi-pco-dan-presiden-prabowo-hingga-mensesneg-jadi-jubir-istana-presiden
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/590278/blak-blakan-sebab-hasan-nasbi-mundur-dari-pco-sorot-komunikasi-presiden-prabowo-istana-presiden
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Komunikasi di istana itu harus nol kesalahan, baik presiden ataupun staff, semua jangan ada kesalahan.
00:09Karena kalau kesalahan itu bisa dipahami berbeda, dimengerti berbeda, bahkan disikapi berbeda oleh publik.
00:16Tapi realnya, PCO itu tidak bisa masuk ke presiden, karena harus melalui jembatan, yaitu Red Cold Teddy sebagai sekretar kabinet.
00:30Halo sahabat Kompas TV, selamat datang kembali di podcast Istana dan Presiden.
00:36Masih bersama saya Friska Klarissa, dan wartawan senior istana yang sudah malang melintang 20 tahun lebih dari presiden ke presiden, Mas Suhartana.
00:46Mas Har, apa kabar?
00:48Baik, Mbak.
00:49Sehat ya Mas ya?
00:50Sehat dong.
00:50Nah kan kalau kita tuh podcast banyaknya ngobrol, komunikasi, bicara soal komunikasi, ada yang disorot dari istana ke presidenan.
00:58Tampak ya kalau sahabat Kompas TV ingat ya, dari soal teror kepala babi, PCO ini, kepala komunikasi ke presidenan, kantor komunikasi ke presidenan, ini disorot.
01:13Gimana sih komunikasinya?
01:15Gak cuma itu, waktu Presiden Prabowo Subianto ketemu sama pemimpin redaksi, itu juga disinggung bahwa mengakui ada komunikasi yang kurang dari istana.
01:26Mas Har, gimana soal ini?
01:27Ya mungkin yang pertama, yang saya alami ya, dan saya rasakan, dan yang ideal, komunikasi di istana itu harus, apa, nol kesalahan.
01:44Zero mistake.
01:45Zero mistake.
01:46Baik presiden, ataupun staff, semua jangan ada kesalahan.
01:51Karena kalau kesalahan itu bisa dipahami berbeda, dimengerti berbeda, bahkan disikapi berbeda oleh publik.
01:59Jadi kembali lagi komunikasi presiden tidak boleh salah.
02:03Nah, makanya kemudian Pak Prabowo sebagai presiden yang ke-8, meneruskan apa yang sudah ada di eranya Pak Jokowi, melalui pembentukan kantor komunikasi presiden, kita nyebutnya PCO, Presidential Communication Office.
02:27Ya, kita lebih mudah singkatnya PCO ya, ketuanya, kepalanya Pak Hasan Hasbi, dan dia untuk menyampaikan apa yang menjadi kebijakan program pemerintahannya di era Pak Prabowo, ditunjuklah ada 6 juru bicara presiden.
02:44Nah, itu diatur semua di dalam perpres.
02:48Nah, tapi realitanya dalam prakteknya, yang kita tahu kan PCO ini yang harusnya, juru bicara presiden itu mengetahui apa yang menjadi pikiran, kemauan, maupun tindakan presiden itu kan diketahui oleh PCO.
03:06Dan terus disaring oleh PCO, disampaikan kepada publik, terutama kaitannya adalah kebijakan dan program.
03:15Tapi realnya, PCO itu tidak bisa masuk ke presiden, karena harus melalui jembatan, yaitu Red Call Teddy sebagai sekretaris kabinet.
03:27Bahkan bukan cuma PCO, menteri-menteri pun dan siapapun yang akan bertemu presiden tidak gampang.
03:33Oke lah kalau menteri atau yang lain, tapi ini kan PCO, juru bicara presiden.
03:39Yang harusnya punya akses langsung.
03:40Punya akses langsung, tapi ini tidak. Nah, ini yang harus diperbaiki.
03:48Bagaimana supaya PCO ini bisa mengikuti apa yang menjadi kemauan presiden, pikiran presiden, perkataan presiden, dan tindakan presiden.
03:56Nah, ini tidak kesampaian. Nah, sampailah sejumlah orang di lingkaran dalam istana pun, saya mendengar mereka agak kecewa dengan kinerjanya PCO.
04:11Tapi tanpa melihat bahwa PCO tidak bisa optimal, karena ada keterbatasan itu.
04:17Tidak ada, tidak bisa masuk ke presiden.
04:21Kan kalau, artinya kalau ada akses yang dibuka, ini harus ada kesepahaman antara lingkaran dalamnya Pak Presiden dengan PCO itu sendiri.
04:32Harusnya.
04:33Harusnya. Nah, Mas Har, melihatnya apa yang jadi hambatan jembatan komunikasi?
04:38Ya, yang disebut inner circle, lingkaran dalam presiden itu ya, boleh dibilang kalau kita melihat dari luar kan ya, ada presiden, ada let call teddy, ada tiga sespri atau ajudan, ada Pak Rizky, ada Pak Agung, dan ada juga Pak Rajib ya.
05:00Hanya itu saja. PCO, itu yang boleh dibilang juru bicara presiden, itu berada di luar.
05:06Tidak bisa masuk. Bahkan, kantornya aja kan, sekretariatnya di Jalan Veteran, tiga, di seberangnya komplek istana.
05:15Kantor pusatnya, tempat terkumpulnya deputi dan staf ahlinya PCO, ada di gedung kuarnas, di depan stasiun gambir.
05:25Semakin jauh dari lingkaran istana.
05:26Makin jauh gitu ya. Nah, dalam sehari-hari, kita lihat kan, PCO maupun staf PCO, itu jarang sekali bisa hadir.
05:36Dalam sidang kabinet, rapat terbatas, atau menteri-menteri, ataupun tamu yang dipanggil presiden, ketemu presiden, didampingi oleh PCO.
05:45Itu nggak ada.
05:46Sama sekali nggak ada.
05:47Kalau gitu nggak efektif dong, sebagai juru bicara presiden yang harusnya punya akses, misalnya waktu zamannya Pak Jokowi, KSP.
05:54Oke, itu kan masih lebih dekat aksesnya ke Pak Presiden ketujuh Jokowi.
05:58Dengan PCO ini semakin jauh jaraknya untuk mengakses informasi dalam gitu, Mas Haru.
06:04Ya, jauh dan jadi tidak efektif.
06:08Sehingga wajar kalau dinilai PCO tidak menunjukkan kinerja yang baik.
06:15Malah boleh ada yang bilang gagal.
06:17Nah, gagal muncul kan akhirnya kesalahan bicara, slip of the tongue yang dilakukan oleh Pak Hasan.
06:29Itu dianggap fatal, apalagi soalnya teror Pak Babi itu ya.
06:33Dan presiden mengakui itu loh, dalam pertemuannya wawancara khusus dengan 7 Pemret, disambung terus lalu dengan sarasehan ekonomi ya.
06:43Kan presiden mengakui bahwa komunikasi istana masih kurang.
06:49Dan ada kesalahan, sayalah yang bertanggung jawab.
06:55Saya akan memperbaiki.
06:55Malah dia memaklumi karena mungkin ini ada orang baru yang belum terbiasa dan belum mengikuti progres kebijakan pemerintah yang berjalan cepat sehingga terjadi ada kesalahan-kesalahan itu.
07:10Nah, dengan kesalahan itu, yang sekarang terbaru adalah presiden meminta Pak Mensesnek.
07:19Ya, bahkan tidak hanya Mensesnek, ada juga wakil menteri KomDigi itu, Mas Angga, masuk di lingkaran itu.
07:28Apa nggak semakin rumit Mas Har? Kalau tadi aja, PCO sudah punya jarak dengan inner circle-nya Pak Presiden.
07:33Ya, jadi kekurangan dan kesalahan di komunikasi istana itu sekarang semakin rumit dan ruwet mbak.
07:44Sudah rumit, berhubung lagi.
07:47Jadi karena masalahnya nggak diselesaikan gitu ya.
07:51Tapi ditambah lagi.
07:52Iya, penunjukan Pak Pras Setio Mensesnek sebagai ikut memperkuat juri bicara, itu semakin mengganggu struktur kelembagaan komunikasi presiden.
08:08Ada Mas Angga, ada Mas Juri juga bahkan ya.
08:11Nah, itu kan memang Presiden minta Mensesnek dan juga semua menteri ikut menyampaikan sesuai dengan bidangnya.
08:22Nah, di istana Pak Pras Setio Mensesnek itu adalah menteri senior yang memang sebetulnya bisa dan mempunyai keundangan untuk bicara.
08:32Sebenarnya Pak Pras Setio Mensesnek.
08:33Boleh aja berbicara itu, tapi bukan sebagai jubir.
08:38Supaya tidak menimbulkan keruatan, ya masukkan aja Pak Mensesnek itu ke PCO.
08:46Merangkap atau diatasnya kepala PCO gitu.
08:50Sedangkan kehadiran Wamen Komdigi ya, Angga Rangga Prabowo dan juga juru bicara yang waktu itu di KPU, Wakil Menteri Sekretaris Negara yang kedua, Pak Juri Adiantoro, itu juga makin menambah.
09:09Karena dia bukan juru bicara, apakah Pak Angga mau?
09:14Dia kan wakil menteri ya, wakil menteri kan setingkat menteri.
09:18Dia harus turun ke eselon 1A.
09:21Karena yang di PCO itu, itu adalah setingkat 1A.
09:25Nah, apakah Pak Angga mau? Apakah Pak Juri mau?
09:27Nah, jadi kalau memang mau diluruskan komunikasi presiden, PCO-nya itu diperkuat, diberi akses.
09:40Dan juga sering, oke lah, barangkali mungkin dibina, baik oleh presiden ataupun oleh Mensesneknek.
09:47Tapi bicara soal tadi aturannya harusnya lebih diatur lagi, didisiplinkan.
09:51Tapi kan perpres soal PCO-nya aja, soal kantor komunikasi kepresidenan, sekarang lagi diuji material.
09:57Nah, itu ya tadi, udah makin rumit, ruwet lagi sekarang.
10:03Yang dilakukan minggu ini, kemarin lah ya, beberapa hari yang lalu,
10:07itu dia mempersoalkan dasar hukumnya PCO, perpres 82.
10:13Ya, tahun 2024.
10:15Karena dianggap overlapping, tumpang tindih dengan kantor staf presiden.
10:20Oke, di kantor staf presiden punya perpres sendiri.
10:24Dan di dalam kantor staf presiden, itu ada lima deputi.
10:29Satu deputi, deputi empat, itu adalah bidang komunikasi presiden.
10:34Komunikasi yang mengelola strategi komunikasi di istana.
10:39Nah, karena sudah berdiri PCO, dikeluarkanlah fungsi dari deputi empat.
10:44Dimasukkan ke sekarang ke PCO.
10:47Oke, PCO sudah berdiri sendiri, menjalankan strategi komunikasi presiden.
10:53Tapi, perpres di kantor staf presiden ini belum diubah.
10:58Akhirnya, dinilai di uji materi ini, tumpang tindih.
11:04Jadi, mereka bilang, bubarkan aja PCO, gitu loh.
11:07Apa bedanya begitu dengan?
11:08Iya, apa bedanya dengan KSP.
11:10Karena KSP kan juga, dengan belum direvisinya, perpresnya,
11:14masih bisa menjalankan fungsi itu.
11:16Meskipun, sebetulnya, deputi empatnya sudah ditarik dan berdiri sendiri menjadi PCO.
11:23Dan dihapus fungsi keempat komunikasi itu, komunikasi presiden.
11:29Nah, PCO-nya itu mungkin ada revisi, atau tidak perlu ada revisi,
11:34tapi lebih diberi akses kemudahan.
11:37Misalnya, dalam sidang kabinet, diundang hadir bahasan atau stafnya.
11:43Nah, begitu juga kalau ada menteri yang datang ke istana,
11:46atau tamu yang datang, PCO hadir.
11:50Nah, ketika mereka memberi penjelasan ke wartawan,
11:53staf PCO hadir di situ.
11:55Jadi, tahu apa yang menjadi langkah-langkah kebijakan presiden day by day, setiap hari, bahkan.
12:03Tapi, apakah ada problem dari sisi kepercayaan presiden Prabowo dan inner circle-nya
12:09kepada siapa yang ada di sampingnya Pak Presiden yang bisa menyampaikan informasi yang,
12:15kita katakan A1 langsung dari lingkaran dalam.
12:18Misalnya, kalau dari orang-orang yang ditunjuk, baru itu kan Mensesnek, Pak Pras,
12:23lalu ada Mas Angga, Mas Juri, itu kan ya orang yang bisa dipercaya oleh inner circle-nya Pak Presiden.
12:30Iya. Kalau memang Pak Pras kan memang dulu lingkar dalamnya Pak Prabowo, ya.
12:37Pak Angga juga lingkar dalamnya Pak Prabowo.
12:39Kalau Pak Juri kan bukan.
12:41Meskipun Pak Juri itu dulu staf, apa, deputi di kantor staf presiden,
12:47yang sebelumnya adalah salah satu pimpinan KPU, ya.
12:51Jadi, boleh dibilang bukan lingkar dalamnya.
12:55Tapi ikut karena Wakil Menteri Sekretaris Negara di bawah Pak Pras.
12:58Karena dia sekarang Wakil Menteri Sekretaris Negara 2,
13:02ya dia masuk dalam lingkar dalam itu.
13:05Nah, tinggal pasalahnya ada kerelaan dari lingkar dalam presiden.
13:11Terutama presiden lah, harus membuka diri.
13:13Soal kerelaan dan kepercayaan itu Mas Pras ya.
13:16Mas Har, ya kan, artinya ada kepercayaan yang harus diberikan begitu.
13:20Kalaupun perpresnya sudah menunjuk PCO, ya dimaksimalkan fungsinya begitu.
13:24Kalau ada tambahan lagi juru bicara, pembagiannya seperti apa,
13:28mungkin harus dijelaskan juga ya Mas Har.
13:30Iya dong, harus.
13:31Jadi memang pertama diberi kepercayaan masuknya PCO di dalam lingkar presiden.
13:40Ya, meskipun mungkin, ya kan, ada hal-hal yang mungkin mereka sendiri sepakati.
13:46Ya, ada batasan-batasan tertentu yang memang nggak bisa dimasuki oleh PCO.
13:51Tapi, sebatas kepada kebijakan, apa, kehendak keinginan presiden day by day,
14:00itu diketahui, gitu.
14:02Sehingga enam juru bicara di PCO itu berfungsi, gitu loh.
14:08Sayang sekali, gitu ya, kalau mereka sudah diangkat, ditunjuk, dilantik pula, kan.
14:15Tapi fungsinya tidak optimal, ngomong nggak berani.
14:20Termasuk kita juga, kita wartawan nyarinya juga harus kemana, harus dikontak satu-satukah, gitu.
14:25Iya, jadi bingung.
14:26Nanti bisa jadi berbeda juga antara jubir satu dan jubir lain, ya kan, Mas Har?
14:29Iya, iya. Jadi memang, kalau nanti sudah ditetapkan oleh presiden,
14:35misalkan, habis sidang kabinet, yang bicara adalah menseknek.
14:40Iya.
14:42Didampingi oleh, misalnya, PCO.
14:45Sudah, gitu loh, PCO saja, gitu loh.
14:47Nah, apa usulan Pak Prasetyo untuk mengangkat Pak Angga maupun Pak Juri,
14:57itu kan juga yang setahu saya sampai saat ini belum ada persetujuan presiden,
15:02itu baru usulannya Pak Prasetyo loh, gitu.
15:05Karena beliau juga sadar ya, bahwa sebagai menseknek itu pekerjanya, waduh, luar biasa, berat banget.
15:12Betul.
15:13Jadi kalau harus melayani wartawan.
15:15Gak mungkin juga.
15:16Gak mungkin, gitu. Jadi memang harus ada orang khusus.
15:19Nah, tapi kalau mau mengangkat Pak Angga maupun Pak Juri,
15:25ya dia harus dibuatkan perpres baru lagi, kepres baru untuk menunjukkan sebagai jubir.
15:31Nah, problemnya sudah ada perpres yang menunjuk PCO sebagai jubir.
15:35Nah, apakah mereka akan diintegrasikan bersama atau tetap berdiri sendiri-sendiri?
15:40Nah, kalau berdiri sendiri, itulah. Kerumitan itu gak akan hilang.
15:44Tapi kalau dijadikan satu, kerumitan itu berhilang dan PCO bisa ditingkatkan kembali kinerjanya dengan baik, gitu ya.
15:55Meskipun di luar, gak apa-apa. Tapi mereka hadir.
15:58Dari pagi sampai dengan presiden pulang, gitu.
16:02Jadi tahu ketika wartawan butuh, meskipunnya gak perlu ngomong,
16:06gak perlu harus menghindar-menghindar wartawan, takut di doorstop.
16:11Ya, presiden juga sudah ada PCO yang standby.
16:15Katakanlah, 24 jam mendampingi presiden.
16:21Jadi presiden gak perlu bicara.
16:23Presiden cukup bicara yang hal-hal penting saja.
16:26Kayak misalnya kemarin Paus meninggal, ya.
16:31Presiden cukup tapping aja bicara ke publik.
16:35Itu udah cukup, gitu ya.
16:37Ada yang memang harus presiden menyampaikan sendiri ke publik,
16:41tapi ada juga yang bisa diwakilkan oleh juru bicara.
16:43Itulah fungsinya, ya, Masar.
16:45Betul, betul.
16:46Jangan sampai juga kita kontak-kontak ke juru bicara,
16:48minta off the record, atau latar belakang,
16:50eh, di ghosting, jangan ya.
16:52Jadi itulah fungsinya juga komunikasi kita, ya, dengan wartawan, Masar.
16:55Juru bicara itu, kalau boleh membandingkan, ya,
16:59sedikit ke belakang, di eranya Pak SBI.
17:02Di era Pak SBI itu,
17:04Presiden SBI hanya bicara hal yang penting dan utama.
17:09Itu saja.
17:10Yang tidak bisa diwakilkan, ya.
17:11Yang tidak bisa diwakilkan.
17:13Dan kalau yang mau detil, ya, tanyalah juru bicara dalam negeri,
17:17Andi Malarangeng, atau juru bicara luar negeri,
17:20di Nopati Jalan, itu untuk periode pertama.
17:23Nah, periode kedua, Pak SBI juga nggak perlu ngomong hal yang kecil-kecil.
17:29Cukup kalau hal yang kecil, serahkan ke Julian Ardine Fasa,
17:33juru bicara Presiden untuk masalah dalam negeri,
17:36atau luar negerinya hubungi Teoku Faisasya,
17:39jurubicara internasional, yang sekarang beliau menjadi duta besar di Norwegia.
17:45Nah, kita menarik juga ya kalau lihat pola komunikasi dari Presiden ke Presiden berbeda.
17:51Tadi kita di awal membahas yang saat ini, ya,
17:53bagaimana PCO yang saat ini masih harus banyak pasukan,
17:57begitu ya, Mas Harnya, soal strukturnya,
17:59ditambah lagi dengan juru bicara baru.
18:01Nah, kita bandingkan dengan eranya Pak Jokowi,
18:03saat kita bareng-bareng di istana juga, Mas Har.
18:07Kan, pada saat itu ada staf khusus bidang komunikasi, Presiden.
18:12Nah, apa yang berbeda dengan pola sekarang?
18:15Ada juga KSP waktu itu yang bisa berbicara atas nama istana.
18:18Jadi, kalau kita kutip istana titik dua itu,
18:20ya, dari pihak-pihaknya sudah ditunjuk, Mas Har.
18:23Iya.
18:24Dulu Presiden Pak Jokowi sebelum adanya staf khusus
18:31yang merangkap juru bicara Presiden,
18:33itu memang sudah ada namanya kantor staf presiden.
18:38Nah, di kantor staf presiden itu ada fungsi keempat,
18:42keputi empat, nah, itu yang dia bicara.
18:44Tapi ketika Presiden Jokowi membentuk eranya Pak SBI,
18:51itu ada staf khusus itu, ya, itu diatur.
18:54Nah, di eranya Pak Jokowi,
18:59jadi, ada tim komunikasi yang awal-awal itu
19:05yang dipimpin oleh Ari Dupuayana.
19:08Ya.
19:08Ingatkan waktu itu.
19:09Tapi ketika dibentuk juru bicara,
19:11ya, itu Johan Budi.
19:14Iya, Mas Johan Budi.
19:15Nah, Johan Budi lah yang menyampaikan
19:16keterangan Presiden.
19:17Meskipun juga tidak terlalu banyak
19:21yang bisa diperoleh dari media, ya.
19:24Tapi kita tahu kemana begitu ya kalau dari juru bicara.
19:26Tapi kalau ada apa-apa, kita tahu.
19:29Kalau enggak Pak Meseknek Pak Pratik,
19:32ya, kita kejar juru bicara.
19:33Ya.
19:33Nah, setelah periodik kedua,
19:37kan muncul juru bicaranya Pak Pajrul.
19:41Iya.
19:41Pak Pajrul juga, ya, di juru bicara,
19:44kita tahu arahnya kalau ada apa-apa,
19:45kita tanya ke Pak Pajrul.
19:47Meskipun tidak semuanya bisa kita tanyakan ke beliau.
19:50Ketika Pak Pajrul menjadi duta besar di Kasaktan,
19:57kan kosong.
19:58Nah, kosong,
20:00waktu itu ada sisi lain yang dilakukan
20:02di deputi empat kantor setelah Presiden.
20:05Tapi Presiden sehari-hari
20:07menggantikan,
20:09menjadi juru bicara Presiden,
20:11menjadi juru bicara sendiri Presiden
20:13untuk berbicara.
20:14Tapi kita ingatkan,
20:15Presiden itu waktu itu berbicara
20:17dibantu oleh
20:19deputi protokol PES-nya,
20:22yaitu Pak B. Mahmudin.
20:24Jadi Pak B. Mahmudin itu mengetahui,
20:26mencari tahu dulu dari kita
20:28kira-kira topik apa yang menarik
20:30yang bakal wartawan tanya.
20:31Habis itu,
20:32beliau akan menyampaikan ke Presiden,
20:35teman-teman wartawan akan berbicara ini-ini, Pak.
20:38Kalau boleh saya usulkan,
20:40jawabannya begini.
20:42Nah, Presiden punya jawaban sendiri,
20:44yang diantara juga menyerap
20:45dari masukannya Pak B.
20:48Nah, itu berjalan.
20:50Tapi ketika Pak B
20:51menjadi pejabat gubernur di Jawa Barat,
20:56Pak Jokowi sendirian,
20:58solo karir.
20:59Apa-apa yang langsung ke Pak Jokowi ya?
21:01Meskipun akhirnya ada,
21:03boleh dibilang ada yang blunder-blunder ya.
21:05Terlalu terus terang,
21:06terlalu apa adanya.
21:08Kan banyaknya KSP,
21:10kalau kita lihat Pak Muldoko,
21:11kita kejar ke kepala staf,
21:13staf kepresidenan.
21:14Pada saat itu ke Pak Muldoko ya,
21:17saling-saling begitu ya,
21:18saling-saling membantu,
21:20saling mengisi.
21:22Betul, betul.
21:23Jadi, misalkan ada aksi ya,
21:25ada aksi mahasiswa,
21:26atau aksi demo,
21:27gitu ya,
21:27atau petani,
21:29atau nelayan di depan istana.
21:31Nah, yang menangani adalah deputi empat kantor staf presiden,
21:37KSP.
21:38Nah, mereka diundang,
21:40bahkan Pak Muldoko ikut menerima mereka,
21:43kan, memberikan masukan,
21:45jawaban, penjelasan.
21:47Nah, kalau tidak,
21:48mungkin ada deputi-deputinya yang ikut berbicara itu.
21:51Kan, waktu itu juga ada,
21:53ada juru bicaranya yang sering tampil di kantor staf presiden ya,
21:58Ibu Prita Laura ya,
21:59ya, beliau juga ikut memberikan penyampaian.
22:02Kalau sudah ditunjuk,
22:04memang arahnya jelas, gitu.
22:07Jadi, buat Watton tidak,
22:08tidak bingung.
22:09Di jamannya,
22:11Pak,
22:12Pak Wapres ya,
22:14Pak Wapres Yusuf Kala kan juga gitu.
22:16Sudah ada juru bicaranya, kan.
22:19Di jamannya Pak Budiono,
22:20juga ada juru bicaranya,
22:22waktu mendampingi Pak SPY itu,
22:24juru bicaranya kan Pak Yopi Hidayat.
22:27Sedangkan Pak Jika ada,
22:29Hussein Abdullah.
22:30Nah, lalu di Pak Maruk juga ada juru bicaranya,
22:34yaitu Pak Mas Duki Bandowi.
22:36Jadi, wartawan itu,
22:38arahnya jelas kalau sudah ditentukan ini.
22:40Iya, yang penting ini,
22:41kasih tahu kemana,
22:42strukturnya seperti apa.
22:44Inilah yang mungkin masih ditunggu juga,
22:46dari jamannya Pak Prabowo ini ya,
22:49Mas Haria,
22:50fungsi kedeputian empat yang sudah ada di PCO,
22:53nah, tapi ada juru bicaranya lainnya.
22:55Nah, siapa yang bisa kita reach?
22:57Pertama kali,
22:57kalau ada isu tertentu,
22:58atau kita mau minta latar belakang kemana?
23:00Kita tunggu sih,
23:02ya harapan kita mungkin,
23:04dalam minggu-minggu ini sudah,
23:05sudah ada pengaturan yang tegas,
23:07pembagian tugas,
23:08yang fix gitu ya,
23:10sehingga komunikasi di istana bisa lebih baik gitu ya.
23:14Nah, yang menarik juga,
23:15kalau tadi udah jamannya Pak Jokowi,
23:17sebelumnya Pak SBY,
23:18di awal kan sudah disinggung ya,
23:20di Pak SBY,
23:20Pak Presiden ke-6 SBY,
23:25tidak pernah berbicara langsung,
23:27kecuali isu yang urgent tadi.
23:29Nah, tapi dalam kesehariannya,
23:30Mas Haria bisa cerita juga bagaimana,
23:31apakah mudah juga untuk menjangkau para juru bicaranya?
23:35Iya, jadi Pak SBY itu,
23:37setiap hari,
23:39pukul 8,
23:41itu semua staf khusus,
23:43yang 9 orang itu dikumpulkan,
23:45bersama Presiden.
23:46Nah, itu dibahas adalah topik-topik aktual,
23:49mana yang kira-kira akan direspon oleh publik,
23:53yang menjadi pertanyaan masyarakat,
23:56dan itu akan dijelaskan.
23:58Nah, mana yang porsi Presiden,
24:00Pak SBY,
24:00mana yang porsi para juru bicara.
24:04Nah, apakah hari itu Presiden perlu menjelaskan atau tidak,
24:08nah itu diatur semua.
24:09Nah, jadi kalau ada hal-hal yang sifatnya,
24:13yang utama penting,
24:15Presiden yang mengambil alih.
24:17Biasanya menggelar keterangan pes, gitu ya.
24:19Terus kalau yang hal-hal yang kecil,
24:22detilnya, teknisnya,
24:24nah, kita selalu mengejar juru bicara.
24:28Itu berlangsung di sampai era kedua,
24:33Pak SBY,
24:34dengan Pak Bujiono.
24:37Boleh dibilang,
24:38barangkali itu lebih tertata,
24:40lebih baik ya,
24:42selama saya berada di istana itu.
24:45Selama pembagiannya.
24:46Pembagian kerjanya.
24:48Jadi, kita mau tanya masalah internasional,
24:51ya ke juru bicara internasional,
24:53mau minta jawaban persoalan-persoalan dalam negeri,
24:58ya bisa ke Andi atau Julian Ardine, gitu.
25:02Tapi ada plus minus pastikan setiap masa,
25:04dari masa ke masa.
25:05Misalnya kalau masanya Pak Jokowi,
25:07kita ingat di akhir-akhir masa pemerintahannya,
25:10kok tiba-tiba ada Mike Wartawan,
25:12padahal kayaknya nggak ada.
25:13Ya, ya, Mas Har.
25:15Nah, itu juga yang seperti doorstop,
25:18itu yang banyak juga dapat masukkan dari kita, kan?
25:20Ya, itu ada beberapa pengalaman tuh, memang.
25:23Itu ada pengalaman yang unik dan menarik,
25:26yang saya nggak lupain tuh.
25:28Mungkin Mbak Friska ikut juga di bagian di situ.
25:31Misalnya kan,
25:32frekuensi,
25:34program kebijakan tuh kan tinggi sekali.
25:38Sehingga presiden atau pun juru bicara tuh terbuka untuk menggelar konferensi perdadakan.
25:46Pas kita lagi pada makan, semua kelaperan,
25:49kita makan, terus,
25:50don't stop, don't stop, presiden, don't stop.
25:52Kita semua lari, gitu.
25:54Nah, ada teman yang lupa, gitu loh.
25:56Sambil makan, gitu.
25:58Jadi, tangan kiri pegang tip,
26:00tangan kanan tuh kan bekas makan pakai tangan, ya.
26:03Makan nasi padang pakai tangan.
26:04Jadi, tuh, penuh dengan, apa, bumbu.
26:06Jadi, jumpetin di sebelah, gitu.
26:08Itu ada teman saya, itu, yang sampai, so, gitu.
26:11Di waktu RS, Pak SBY, ya?
26:13Pak SBY, itu, itu menarik.
26:14Dan juga, ada lagi, kita lagi asik gitu, ya.
26:20Lagi asik transkrip atau bikin berita.
26:23Presiden, don't stop, presiden, don't stop.
26:24Bayangan kita, yang namanya don't stop, pasti kita bebas bertanya.
26:28Kita bisa bertanya apa aja, dan siapapun boleh bertanya, kan gitu, ya.
26:32Karena nggak diatur.
26:34Tapi ketika kita bertanya, saya tuh bertanya,
26:37Bapak Presiden, langsung ditahan tuh oleh Andi Malarangeng.
26:41Nanti dulu, Har, ini ada yang sudah diatur, gitu.
26:46Jadi, terus mau tanya lagi,
26:48Nunggu dulu, ada ini.
26:50Jadi, kayaknya kita...
26:51Nggak dikasih kesempatan, nanya.
26:52Nggak dikasih kesempatan, loh.
26:53Ini namanya don't stop, atau memang sudah diatur, gitu, ya.
26:58Tapi ya, sudah, kita ikuti aja.
27:00Terus juga ada beberapa kali,
27:03mau bertanya ke Presiden,
27:06kelihatannya susah, gitu, ya.
27:08Apa, wah, kayaknya,
27:09Nggak tahu tadi halang-halangnya,
27:12atau apa, memang nggak dapat kesempatan,
27:14meskipun teman-teman ada yang bilang,
27:16sebetulnya bisa bertanya tuh, Mas Al,
27:20tapi kayaknya nggak boleh, gitu, ya.
27:23Ya, itu saya mengalami juga, gitu, ya.
27:26Iya, Mas.
27:27Jadi, ada hal-hal yang baik secara keseluruhan,
27:32tapi ya mungkin warna-warni dinamika dari pekerjaan wartawan,
27:36seperti itu, ya.
27:37Ya, walaupun sama-sama kawan sendiri di lapangan,
27:40tapi kan pada dasarnya kita dengan,
27:42misalnya Biro Pers di istana,
27:44zamannya Pak S.B. maupun Pak Jokowi,
27:47punya kepentingan masing-masing.
27:49Kalau dari sisi istana melindungi,
27:51jangan sampai ada yang blunder disampaikan.
27:53Nah, dari sisi wartawan,
27:55tugas kita memang nanya-nanya terus.
27:56Jadi, ya, tugasnya kita,
27:59gimana aja caranya,
28:00yang penting bisa nanya.
28:01Nah, tapi kalau dari istana,
28:02gimana caranya,
28:03biar nggak melebar,
28:04atau nanti memunculkan isu-isu baru.
28:06Tapi, sebetulnya,
28:07setiap apapun informasi,
28:09kalau kita bisa dapat secara lengkap,
28:12utuh, jelas, terstruktur,
28:15itu juga yang disampaikan di pemberitaan kita,
28:18juga pasti bagus.
28:19Kira-kira gitu sih.
28:20Jadi, jika komunikasi berjalan baik,
28:22yang untungnya rakyat.
28:23Itu tuh highlight-nya.
28:25Tapi, ya, memang di istana
28:27dari setiap presiden ada yang unik.
28:30Tadi kita udah cerita di zamannya Pak SBY,
28:33Pak Jokowi, Pak Prabowo,
28:34dengan segala plus-minusnya.
28:36Nah, kalau dari sisinya,
28:38kita lebih ke belakang lagi.
28:40Dari mulai Bung Karno,
28:41sampai ke Bung Mega,
28:43itu gimana, Masar?
28:45Memang setiap zaman,
28:48setiap presiden punya dinamika sendiri-sendiri,
28:51yang boleh dibilang,
28:54tim komunikasinya itu
28:58seperti bagaimana.
28:59Di zaman Bung Karno,
29:01waktu masih baru merdeka,
29:03masih negara muda,
29:05memang belum dikenal jurubicara.
29:07Dan Bung Karno, ya,
29:08kalau mau bicara, ya,
29:10kepada rakyat, melalui pidato.
29:12Tapi memang pernah
29:14di kabinetnya Pak Syahrir itu,
29:17itu ada
29:18ada semacam jurubicara
29:21di eranya Pak Kabinet Syahrir itu.
29:25Itu di sekitar tahun 45,
29:28antara tahun 46,
29:29setelah terbentuknya kabinet pertama.
29:31Itu ada jurubicara di eranya
29:33kabinetnya Pak Syahrir,
29:36namanya Pak Soekarjo,
29:37Wirio Pranoto.
29:39Dia kebetulan juga pemilik media,
29:42waktu itu mimbar Indonesia.
29:43Dia yang menjadi jurubicara
29:46waktu itu kabinet.
29:47Tapi kan kemudian
29:48kabinet di eranya Bung Karno itu
29:50kan jatuh bangun, ya.
29:52Masuk ke era parlementer,
29:54masuk ke sistem demokrasi,
29:55jatuh bangun.
29:56Nah, kemudian yang sering
29:58menjadi jurubicara
30:00Presiden,
30:02menyampaikan hal-hal kebaikan,
30:04kebijakan itu, kan,
30:05seperti Pak Ruslan Abdul Ghani,
30:07itu ya.
30:08Dia menjelaskan,
30:09misalnya, waktu kunjungan
30:10Presiden Soekarno
30:12hampir satu bulan lebih.
30:14Ya, mulai di Amerika,
30:17ke Swiss,
30:17dan negara-negara Eropa,
30:19itu kan juga menjadi
30:20pertanyaan tuh.
30:21Publik mempersoalkan.
30:23Nah, Pak Ruslan menjelaskan
30:24di DPR,
30:26itu,
30:26latar belakang,
30:27dan apa yang dicapai.
30:29Jadi, seperti itu.
30:31Di era Pak Harto,
30:33Pak Harto ini,
30:35juga belum mengenal
30:37jurubicara
30:38Presiden.
30:39Nah,
30:41tapi yang paling sering
30:42bicara itu ya,
30:44Menteri Peneran.
30:45Ya,
30:45ini
30:46yang saya
30:47dapat cerita,
30:49dan juga
30:49membaca buku-buku
30:51Presiden-Presiden itu,
30:53itu kan memang
30:54ada
30:55menteri-menteri yang memang
30:57dipercaya oleh Pak Harto
30:59untuk bicara.
31:00Misalkan,
31:00kalau habis sidang kabinet,
31:02itu kan ada Pak Har Moko.
31:03Iya.
31:04Pak Har Moko bicara tentang,
31:06ya,
31:06harga beras,
31:08cabai keriting,
31:09dan kita dulu
31:10waktu masih kuliah kan juga,
31:13ah ini lucu,
31:15tapi menarik,
31:16di situ lah
31:16salah satu kelebihan
31:18dari komunikasi Presiden.
31:19Dan itu top of mind ya,
31:21kita semua
31:21Menteri era Pak Harto siapa?
31:24Ya, Pak Har Moko ya,
31:25salah satunya.
31:26Ya, salah satu.
31:26Karena muncul terus Pak Har Moko.
31:28Pak Harto juga
31:29mengizinkan
31:30menseknek-nya
31:31pada waktu itu
31:32untuk
31:33menjadi,
31:35apa,
31:36menyampaikan
31:37pesan-pesan
31:37kebijakan pemerintah
31:38adalah Pak Murdiono.
31:40Nah, kita ingat kan
31:41Pak Murdiono itu kan
31:42kalau ngomong
31:43lambat,
31:44gitu ya.
31:45Iya, betul.
31:46Kita jadi,
31:47ah, aduh,
31:47nggak sabar.
31:48Tapi emang di situ
31:49kehati-hatiannya
31:50di era Pak Harto itu,
31:52Pak Murdiono.
31:52Dan sistem doorstopnya
31:53nggak kayak sekarang
31:54nggak mas pertanyaan dicucar?
31:55Kayak gitu.
31:56Iya, senior saya
31:56itu yang
31:57mas Osdar,
31:59yang wartawan
32:00lebih lama
32:02dari saya di istana,
32:03itu bercerita
32:04justru
32:05gaya
32:06penyampaian
32:07Pak Murdiono ini
32:08justru menguntungkan
32:09buat wartawan-wartawan
32:10asing yang
32:10mencoba
32:11menangkap
32:13keterangan pes itu
32:13dalam bahasa Indonesia.
32:14Karena jadi
32:15tertangkap tuh,
32:17omongannya kan
32:17terpatah-patah ya.
32:18Betul, betul.
32:19Ada waktu untuk
32:20menerjemahkan dulu.
32:21Nah, itu.
32:22Tapi,
32:23zaman Pak Harto
32:24ada menteri
32:25yang juga
32:25sering
32:26bicara.
32:28Nah, itu yang
32:28kita takut, Mbak.
32:29Kalau dia muncul di televisi,
32:31wah ini takut.
32:32yaitu
32:32Menteri Energi
32:34dan Tambang,
32:36Pak Profesor Subroto.
32:37Oh iya, kalau Pak Subroto
32:39karena kalau Pak Subroto
32:40muncul,
32:40pengumuman kenaikan
32:41harga BPN.
32:42Iya, pasti itu ada
32:43sesuatu yang
32:44terkait dengan
32:45harga-harga.
32:45Akhirnya kita semua tuh,
32:47saya ingat,
32:47setelah pengumuman Pak Subroto,
32:49langsung
32:49bawa motor
32:51ke Pembengsin
32:52ngisi
32:52BPN
32:54sebanyak-banyak
32:54ya kan harga.
32:55Karena udah tahu
32:55harganya.
32:56Pada saat itu memang
32:57tidak seleluasa ini ya,
32:59kita mengakses informasi
33:00langsung ke istana
33:01dari zaman
33:02setelah reformasi lah ya,
33:03Mas ya?
33:04Iya, betul.
33:05Pak Habibie kan ya.
33:05Pak Habibie dulu ya.
33:06Pak Habibie itu juga
33:07ya kebetulan
33:09pemerintahnya kan hanya
33:10berjalan satu tahun
33:11beberapa bulan ya,
33:12jadi tidak lama
33:13karena
33:13persoalan transisi
33:16dari Pak Harto,
33:17persoalan ekonomi
33:18yang membelit,
33:18persoalan politik,
33:20soal
33:20timur-timur,
33:22itu juga
33:22membuat
33:23tidak
33:24tidak ada
33:24waktu lagi.
33:26Tapi,
33:27kalau ada
33:28informasi yang
33:29perlu disampaikan,
33:30biasanya itu
33:31melalui
33:32Ibu Dewi Fortuna Anwar.
33:34Beliau itu
33:34sebetulnya
33:35asisten
33:35Menteri Sekretaris
33:36Negara
33:37waktu itu.
33:38Tapi yang dipercaya
33:39untuk bicara ya?
33:40karena beliau kan
33:40memang
33:41seorang peneliti ya.
33:42Jadi,
33:43dari beberapa
33:45buku yang saya baca,
33:46itu Ibu Dewi
33:47yang menyampaikan
33:48kepada
33:49para wartawan.
33:51Nah,
33:52kalau di era
33:52Pak Gus Dur,
33:54banyak
33:55jurubicaranya.
33:56Ada tiga itu.
33:58Ada
33:58Pak Wimal Witular,
34:00lalu ada
34:00Adi Masardi,
34:02lalu ada
34:02Yahya Stakup.
34:04Ya.
34:04Nah,
34:05jadi
34:05tiga
34:07jurubicara ini
34:09mudah
34:11kita bisa
34:11mencari
34:13berita dari mereka.
34:15Begitu juga
34:15Bu Mega
34:16waktu
34:16mau
34:17menyelesaikan tugasnya
34:19setelah
34:20Pilpres 2004
34:22mau meninggalkan
34:23istana
34:24kan kita
34:25wartawan mumpul
34:26datang dari pagi.
34:28Nah,
34:28ini pasti di era
34:29saya ngomonglah
34:30adalah
34:30sedikit-sedikit
34:31kata perpisahan
34:32atau apa gitu ya.
34:33Jadi,
34:34kita tungguin itu.
34:35Saya juga
34:36menungguin
34:36Presiden setelah
34:37menandatangani
34:38undang-undang
34:39jaminan sosial
34:41terus keluar.
34:43Wah,
34:44kita digiring keluar
34:45di luar.
34:47Ternyata
34:47keluar
34:48Bu Mega
34:49menyelami
34:49satu persatu itu
34:50para menteri
34:53dan staff
34:54yang ada
34:54di situ.
34:56Terus
34:56kita menggil
34:57Bu Mega,
34:58Bu Mega,
34:59Bu Presiden
35:00dia cuma salam
35:01gitu
35:01dadah
35:01senyum
35:02masuk mobil
35:02gitu.
35:04Cuma memang
35:04ada hikmahnya juga.
35:05Beliau
35:06tidak bicara
35:07tapi diserahkan
35:08ke menteri
35:09selain Pak Bambang
35:11juga ada
35:12menteri-menteri
35:12yang lain.
35:13Jadi,
35:13beliau memang
35:17kalau dia bicara
35:18barangkali
35:19persoalannya
35:20juga makin
35:21bertambah rumit
35:22karena teknis ya.
35:24Jadi,
35:24emang menteri-menteri
35:25yang kompeten.
35:25jadi langsung
35:27hal yang teknis ya
35:28ke menterinya aja
35:29jadi dia mempercayakan
35:30kepada para menteri
35:31untuk menyampaikan
35:31sesuai bidangnya.
35:33Nah,
35:33ini juga
35:34pola-pola
35:35komunikasi
35:36di istana
35:37yang
35:37mewarnai
35:39perjalanan
35:40komunikasi
35:41Presiden.
35:42Nah,
35:42setelah Bu Mega
35:43itu kan
35:44Pak SBE
35:45ya.
35:46Pak SBE
35:47seperti kita
35:48sudah tahu
35:48punya
35:50struktur yang
35:52lebih baik
35:53dan lebih
35:53tertata.
35:55Kira-kira
35:55seperti itu.
35:55dilanjutkan juga
35:56Pak Jokowi
35:57yang saya ingat juga
35:58waktu zaman Pak Jokowi
35:59sering juga kan
36:00kita diundang ke
36:01Istana Negara
36:02misalnya
36:03atau Istana Merdeka
36:04juga
36:05dikasih off the record-nya
36:06latar belakang
36:07ketemu langsung
36:08dengan Pak Presiden
36:08itu juga
36:09menarik ya
36:10karena kita bisa
36:11tahu juga kan.
36:12Sebetulnya
36:12buat para
36:14wartawan itu
36:15kalau ada sesuatu
36:16yang memang
36:17mungkin masih
36:18jadi persoalan
36:19dan tidak perlu
36:20dipublish
36:21gitu ya
36:21ditulis
36:22dipanggil aja
36:23kita para wartawan
36:25entah oleh
36:25Menseknek
36:26atau oleh Presiden
36:27langsung
36:27dikasih paparan
36:28background information
36:30gitu ya
36:31tapi tetap
36:32syaratnya
36:32jangan ditulis
36:33oleh media
36:34nah mungkin
36:35yang sekarang
36:35juga
36:36mungkin
36:37keraguan
36:40Istana memberikan
36:41background information
36:42itu
36:43karena
36:43di tengah era
36:45begini
36:45apa-apa bisa
36:46langsung
36:47bisa bocor
36:47bisa ditulis
36:49apapun
36:50gitu
36:50jadi
36:51yaudah deh
36:52makin
36:53gak berani
36:54memberikan background information
36:55waktu itu kan kita
36:55jaganya ya
36:56komitmen aja ya
36:57kalau udah di
36:58komitmen kita
36:59dengan Presiden
37:00ini adalah
37:01off the record
37:02latar belakang
37:03biar tahu bahwa
37:03isu apa sih
37:04yang masih sekarang
37:05itu dipikirkan
37:07solusinya
37:08ya kita diskusi
37:09bersama disitu ya
37:09di era Pak Harto itu
37:10pernah loh mbak
37:11itu
37:12apa
37:14ada beberapa
37:15media ya
37:16termasuk
37:17salah satu media
37:18sore
37:18itu kan di
37:20Bledel
37:20karena dia
37:21menyampaikan
37:22apa yang mau
37:24disampaikan oleh
37:25Pak Harto
37:26oh tapi terlebih dahulu
37:27ya
37:2816 Agustus
37:29tapi udah dibocorkan
37:30di Berita Sore
37:32Presiden Mara
37:33kemudian di Bledel
37:34ini yang zaman Pak Jokowi
37:35ini masih ada fotonya
37:36nih mas
37:37waktu itu kan
37:37kita beberapa kali
37:392019
37:40kita langsung mendengar ya
37:41apa saja
37:43yang
37:44terkait dengan
37:45kebijakan-kebijakan
37:46ada beberapa kebijakan
37:47waktu itu
37:47termasuk juga kita
37:48soal undang-undang
37:49yang jadi
37:50kontroversi
37:51misalnya
37:52di 2019
37:532023
37:54menarik juga sih
37:55karena ya memang
37:56kita kan butuh
37:56butuh apa sih
37:57sudut pandangnya
37:58sebenarnya gitu kan
37:59dari sisi media
38:00tapi ya waktu itu
38:01komitmen gak boleh
38:02ditulis sama sekali ya
38:03dan betul
38:05waktu itu
38:06kita sama-sama jaga ya
38:07gak ada yang kita
38:09beritakan
38:09tapi untuk memperkaya
38:10kita
38:11jadi kalau ada
38:12perkembangan sini
38:13oh arahnya begini
38:14oh arahnya ke sini
38:15kebijakannya
38:16jadi backgroundnya itu
38:16kita udah mengetahui
38:18iya
38:18makanya kita pulang
38:19dari sana aman
38:20itu tadi menariknya
38:24kalau ngomongin soal
38:25walau komunikasi
38:27masing-masing presiden
38:28tapi yang jelaskan
38:29komunikasi ini adalah
38:31jantung utamanya
38:32pemerintah juga
38:33betul
38:33para pejabat yang tugas
38:36di bidang komunikasi
38:37adalah garda terdepannya
38:38istana
38:39bisa dikatakan begitu ya
38:40mas harinya
38:40jadi ya
38:41mereka lah yang
38:42ujung tombaknya
38:43ujung tombaknya
38:44berhadapan langsung
38:45dengan kami
38:45wartawan
38:46dan menyampaikan informasi
38:48ke publik
38:48jadi diharapkan
38:50yang pertama adalah
38:51kecakapannya
38:52lalu dari sisi strukturnya
38:54juga bisa tertata
38:55dengan baik
38:55agar bisa lebih baik
38:57juga informasinya
38:58sampai ke publik
38:59iya
39:00karena apa yang disampaikan
39:01oleh
39:02para juru bicara
39:04itu dengan baik
39:05itu akan
39:06menedukan
39:07buat pembaca
39:09atau
39:10pemirsa yang mendengar
39:11iya
39:12jadi
39:13sebetulnya itu
39:14harapan rakyat
39:16menunggu pemberitaan
39:17yang baik
39:19lengkap
39:19dan juga
39:20tertata
39:21bukan yang
39:22berubah-ubah
39:23yang jelas apa
39:26agar masyarakat
39:27tahu informasi
39:28pastinya
39:29dari tangan
39:30A1
39:30alias sumber
39:31yang terpercaya
39:32dari istana
39:33terima kasih ya
39:34mas harinya
39:35kita akan ngobrol-ngobrol lagi
39:36soal hal seru
39:37dibalik layar istana
39:39dan cerita-cerita
39:40terkait istana
39:41dan presiden
39:43kita ketemu lagi
39:44pekan depan
39:44saya Friska Clarissa
39:45jangan lupa
39:46like, subscribe, komen
39:48apapun
39:48ramaikan
39:49youtube-nya Kompas TV
39:51kita jumpa lagi ya
39:52minggu depan
39:52bye-bye
39:53selamat menikmati