Kisah Jenderal Kopassus TNI Pernah Jadi Sasaran Kemarahan Soeharto

  • 9 bulan yang lalu
Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia, dikenal dengan murah senyum, namun di balik itu dengan background prajurit yang juga jenderal besar, Soeharto memiliki sikap yang sangat keras dan tegas terutama terhadap para prajurit TNI.

Dalam catatan dari buku Perjalanan Prajurit Para Komando, Letjen TNI (Purn.) Sintong Panjaitan, pernah jadi target kemarahan Soeharto.

Saat itu Soeharto bertemu Letjen Sintong di Bali. Kali ini, Sintong didampingi oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) Jenderal TNI (Purn.) LB Moerdani.

Dalam pertemuan ini, baik Sintong maupun Benny Moerdani menerima arahan dari Soeharto.

Namun, yang menarik adalah arahan khusus yang diberikan oleh Soeharto kepada Sintong. Soeharto meminta Sintong untuk bersiap menghadapi keterbukaan di Timor-Timur.

Keputusan ini sesuai dengan kebijakan Soeharto untuk menjadikan Timor-Timur sebagai wilayah yang terbuka bagi siapa pun yang ingin mengunjungi provinsi tersebut untuk berwisata, meskipun di sisi lain masih ada pemberontakan yang terjadi di sana.

Pada pertemuan di Bali, Soeharto meminta saran dari Sintong tentang strategi menjaga keamanan di Timor-Timur.

Karena pada saat itu Sintong menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana. Perlu dicatat bahwa sebelum Timor-Timur melepaskan diri dari NKRI pada 20 Mei 2002, wilayah tersebut termasuk dalam cakupan Kodam IX/Udayana.

"Kamu sebagai panglima operasi di sana, apakah saran-saranmu supaya masalah Timor-Timur cepat selesai?" tanya Soeharto kepada Sintong.

Sintong, yang memiliki hubungan dekat dengan Uskup Carlos Felipe Ximenes Belo, tokoh agama Katolik berpengaruh di Timor-Timur, memberikan jawaban kepada Soeharto. Sintong membawa masukan dari Uskup Belo yang mengusulkan agar Timor-Timur diberi status daerah istimewa seperti Aceh dan Yogyakarta.

Uskup Belo percaya bahwa memberikan status istimewa kepada Timor-Timur akan membantu mengatasi masalah di wilayah tersebut.

"Mereka minta agar Timor-Timur dijadikan daerah istimewa seperti Aceh. Ini permohonan Uskup Belo dan gubernur atas nama rakyat Timor-Timur, bukan permohonan saya Pak," jawan Sintong.

Setelah melontarkan jawaban, alangkah terkejutnya Sintong dengan pernyataan Soeharto berikutnya. Sang Presiden marah besar mendengar jawaban Sintong. Soeharto tak mau menjadikan Timor-Timur sebagai daerah istimewa.

Soeharto ingin Timor-Timur sama dengan provinsi lainnya.

"Apa istimewanya Aceh? Apa istimewanya Yogyakarta? Apa istimewanya Jakarta?" Kamu jangan bepikir mundur! Nanti daerah istimewa itu tidak ada lagi. Saya katakan, daerah istimewa itu tidak boleh!" tegas Soeharto.

"Sudah begitu saja ya. Dilanjutkan saja yang sudah kamu lakukan. Jangan pikirkan daerah istimewa lagi!" Tegas Soeharto.

Meskipun ditolak dengan tegas oleh Soeharto, Sintong telah menyampaikan aspirasi rakyat Timor-Timur. Ironisnya, wilayah yang disebut juga sebagai Timor-Leste akhirnya memutuskan untuk merdeka dari kedaulatan NKRI.


(Muhammad Raihan Haridanto)

Dianjurkan