KESABARAN WALI ALLAH - SANGGUPKAH KITA BERSIKAP SEPERTI BELIAU -- TINTA MAHABBAH

  • 2 years ago
Dalam Kitâb al-Imtâ’ wa al-Mu’ânasah, Imam Abu Hayyan al-Tauhidi mencatat sebuah kisah tentang akhlak mulia yang ditunjukkan Imam Hasan al-Bahsri terhadap tetangganya yang beragama Nasrani. Berikut kisahnya:

Hasan al-Bashri bertetangga dengan seorang Nasrani yang memiliki kamar kecil jamban/toiet di atap rumahnya, dan (lama-lama) berlubang ke dalam rumah Hasan al-Bashri. Dari lubang itu, air kencing merembes bocor ke dalam rumah Hasan al-Bashri. Hasan meminta sebuah wadah, lalu ia meletakkannya di bawah lubang yang bocor. Ia keluar setiap malam untuk membuang air kencing yang sudah penuh, dan itu sudah dilakukan selama dua puluh tahun lamanya.

Suatu ketika Hasan al-Bashri sakit dan tetangganya yang beragama Nasrani itu menjenguknya, ia melihat kebocoran yang terjadi di rumah Hasan al-Bashri. Ia bertanya: “Wahai Abu Sa’id, sudah berapa lama kau menanggung kesusahan dariku ini?”
Hasan al-Bashri menjawab: “Sudah dua puluh tahun.”
Seketika itu juga ia memotong ikat pinggangnya dan memeluk Islam.

Bisahkah kita membayangkan, dua puluh tahun bersabar menanggung kesusahan yang setiap hari menimpa; setiap malam keluar rumah sembunyi-sembunyi membuangnya, dan harus melalui hal yang sama setiap harinya. Bisahkah kita membayangkan berada di posisi itu?

Tentu sulit, bahkan mungkin hampir mustahil kita kuat melakukannya. Namun Imam Hasan al-Bashri melakukan itu untuk dua puluh tahun lamanya. Bersabar membersihkan rembesan air kencing yang masuk ke rumahnya. Ia tidak marah-marah mendatangi tetangganya dan memperingatkannya. Ia memilih diam dan membersihkannya setiap hari. Ia sedang mengamalkan ajaran nabinya, “falyukrim jârahu” (memuliakan tetangga).

Jika diamati lebih dalam, kisah di atas mengandung banyak sisi menarik. Pertama, soal kerukunan dalam hidup bertetangga, meski terhadap orang yang berbeda agama sekalipun. Karena itu, tetangganya yang Nasrani pun menjenguknya ketika ia sakit. Ini menunjukkan kesehatan hubungan di antara mereka.
Kedua, kesabaran dan keluasan hati Imam Hasan al-Bashri. Ia dijenguk oleh tetangganya saat sedang sakit. Artinya, sepanjang dua puluh tahun lamanya ia memperlakukan tetangganya dengan baik. Tidak pernah menampakkan amarah, ketidak-sukaan, atau kelelahan di hadapannya, meski ia harus setiap hari membersihkan rumahnya dari najis air kencing. Ia sama sekali tidak menampakkan ketidak-sukaan terhadap tetangga yang menyusahkannya itu. Andai ia menampakkannya, mungkin tetangganya akan enggan untuk menjenguknya.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” Pertanyaannya, seberapa besar upaya kita mengamalkannya?
Wallahu a’lam bish-shawwab...

#waliyullah
#hasanalbashri
#kisahsufi
#kisahislami

Recommended