Sulap Limbah Batok dan Kayu Bernilai Ekonomis

  • 3 years ago
SARIWANGI, AYOTASIK.COM - Bagi sebagian orang, batok kelapa dan kayu mungkin tidak dinilai sebagai limbah. Namun berbeda dengan pandangan Muhammad Nasrulloh Nur warga Kampung Peuteuyjaya rt 003 rw 003 Desa Jayaratu Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Melalui tangan trampilnya, barang limbah disulap menjadi barang berniat ekonomi tinggi.

Ditemui dirumahnya, pria 42 tahun yang akrab disapa Anas itu menuturkan, pemanfaatan batok kelapa sebagai barang yang bernilai ekonimis tinggi dimulai tahun 2014. Barang pertama yang dibuat yakni ring cincin batu akik yang terbuat dari batok kepala.

"Awalnya waktu lagi ramai batu akik, saya kebetulan punya batu akik. Daripada beli cincing ring dari titanium mahal, saya coba buat sendiri dari batok kelapa. Alhamdulilah responnya bagus, dapt pesanan dri teman sesama pecinta batu akik, " papar Anas, Sabtu (7/4/2019).

Berawal dari respon baik itu, Anad mencoba membuat berbagai karya berbahan batok kelapa. Diantaranya gelas, Teko atau tempat air, kap lampu, piala, hingga silicon hanphone. Pemilihan batok kepala sebagai bahan baku karena mudah didapatkan dan sering tidak dipakai oleh masyarakat.

"Karena memang batok kelapa mudah dittemukan, gampang untuk didapatkan. Pengerjaan semuanya dilakukan sendiri, "papar Anas.

Hasil kreasinya yang cukup unik itu pun mengantarkan Anas ke Tangerang mengikuti pameran kerajinan tangan tingkat internasional pada tahun 2018 lalu. Dalam pameran yang difasilitasi Dinas Perindustrian Kabupaten Tasikmalaya itu, Anas memaparkan kreasi barang berbahan batok Kelapa.

"Saya bawa semuanta, termasuk silicon untuk hanphone yang berbagan dasar batok kelapa. Pesertamya dari bebagai daerah dan mancanegara, " ungkap Anas.

Dari hasil pameran itu, Anas bahkan mendapatkan pesanan silicon hanphone batok kelapa dari Singapura. Dengan berbekal contoh dari intenet, Anas membuat berbagai jenis silicon Hanphone.

"Itu mungkin pemesanan yang paling jauh, selain itu juga ada dari Bali dan Kota Besar lainnya. Saya mengerjakan apa aja sesuai pesanan. Kalau tidak ada pesansn ya buat gelad atau mangkuk, " papar pria kelahiran 10 Oktober 1976 itu.

Sementara pemanfaatan limbah kayu, lanjut Anas, digunakan untuk membuat reflika tunas kelapa. Setiap pengerjaan yang dilakukan Anas dengan manual tanpa mesin yang modern. Pengerjaan hanya mengandalkan gergaji manual, golok, amplas dan gunting.

"Semuanya dilakukan manual. Tanpa ada mesin. Karena memang tidak punya modal. Bantuan pemerintah juga tidak ada. Tapi ya saya tidak putus asa, "kata Anas.

Dalam menjual hasil kreasinya, Anas tidak pernah mematok harga pasti. Namun kisaran harga yang sudah terjual berkisar antara Rp. 20 ribu hingga Rp. 1,9 Juta rupiah. Hasil kreasi paling mahal dijual yakni burung garuda dari batok kelapa.

"Kalau pemasaran dari milut ke mulut dan sosial media Facebokk. Alhamdulilah bisa menghindupi keluarga dan anak, " ungkap Anas.