Pantang Menyerah, Tuna Netra Ubah Limbah Kayu Jadi Kursi dan Meja Ukir

  • 4 tahun yang lalu
KEDIRI, KOMPAS.TV - Bangkit dari keterpurukan mungkin kata itulah yang cocok disematkan pada diri Totok Yulianto. Sejak tahun 2008 lalu bapak 2 anak ini harus kehilangan penglihatannya secara permanen akibat penyakit glukoma.

Cobaan yang diterima totok terus berlanjut. Saat dirinya tengah frustasi akibat kehilangan penglihatan istri tercintanya justru pergi meninggalkan dirinya.

Tidak berselang lama satu anaknya meninggal dunia. Totok Yulianto pun harus tinggal dengan anak semata wayangnya di rumahnya di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dengan kondisi tidak bisa melihat dan tanpa pekerjaan.

2 tahun hidup dalam rasa kekecewaan dan kesedihan Totok yulianto kemudian memutuskan untuk bangkit. Meski dalam keterbatasan ia ingin anak-anaknya tetap bisa makan dan mengenyam pendidikan.

Bermodal uang 2 juta rupiah dari pemberian teman pria lulusan sarjana ekonomi ini memutuskan untuk membeli sejumlah limbah kayu dan bambu. Berbekal kecintaannya pada dunia seni ia kemudian mencoba merubah limbah tersebut menjadi kursi dan pigura.

Meski harus meraba-raba namun keterampilan tangannya mampu membuat ukiran yang indah di meja dan kursi. bapak 2 anak ini juga mampu membuat kursi dari limbah bambu yang diberikan oleh para tetangga sekitar.

Berkat kerja kerasnya kini hasil karya totok yulianto telah terjual ke berbagai daerah di Indonesia. Harganya juga bervariasi mulai dari 1 juta hingga 5 juta rupiah tergantung jenis dan kerumitan.

Kini Totok Yulianto tidak hanya bisa bangkit dari keterpurukan yang sempat dialaminya. Bahkan ia mampu menyekolahkan putra sulungnya hingga lulus perguruan tinggi.

Selain mendatangkan keuntungan pribadi, berkat usahanya itu Totok mampu memberdayakan 2 orang tetangganya. Bapak 2 anak itu bersyukur/ meski tidak dapat melihat indahnya dunia namun ia masih bisa membantu sesama.

#Kediri #Disabilitas #Kursi #Kayu #Tunanetra #Beritakediri

Dianjurkan