Museum Mulawarman Kutai Kartanegara, Museum yang Terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Museum Mulawarman merupakan destinasi wisata bersejarah yang ada di Kalimantan Timur.

Pada awalnya, bangunan Museum Mulawarman merupakan bekas Keraton Kasultanan Kutai Kartanegara.

Bangunan Keraton Kutai Kartanegara didirikan oleh Holland Beton Mattscappy (HBM) pada masa pemerintahan Sultan Adji Mohammad Parikesit.

Kemudian, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai Kartanegara mendirikan Museum Kutai pada 25 November 1971.

Museum Kutai dibentuk untuk memelihara peninggalan sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara.

Kala itu, Museum Kutai menjadi bagian dari Pusar Kebudayaan dan Olahraga (PUSKORA).

Selanjutnya, dilakukan perundingan antara Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Timur, Pemerintah Tingkat II Kutai, dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sebagai hasil dari perundingan tersebut, pengelolaan Museum Kutai diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 18 Februari 1976.

Sejak saat itu, status Museum Mulawarman menjadi Museum Negeri Provinsi.

Penggunaan nama Mulawarman merujuk pada Raja Kutai Kartanegara yang dikenal arif dan bijaksana.

Gambaran Museum

Gerbang Museum Mulawarman terdapat patung yang berbentuk ular lembuh, pesut dan buaya.

Di bagian kanan dan kiri pintu utama terdapat harimau sebagai simbol keamanan.

Di halaman Museum Mulawarman memuat duplikat Lembu Suana, lambang kerajaan Kutai Kartanegara.

Selain itu, juga terdapat kolam berbentuk naga.

Hal itu merupakan simbol perjalanan hidup dan penjaga alam semesta yang menjadi mitos masyarakat Kutai Kartanegara.

Yang menarik, pemngunjung akan menjumpai totem yang terbuat dari kayu ulin.

Totem dengan tinggi 13 meter dan diameter 60 cm ini menggambarkan perjalanan hidup masyarakat Dayak dari lahir, dewasa, hingga meninggal.

Sebelah kanan gedung induk Museum Mulawarman merupakan makam raja-raja Kutai Kartanegara.

Area tersebut dilengkapi dengan taman yang tertata, sehingga tampak rapi dan asri.

Arsitektur gedung mengadopsi arsitektur suku Dayak yang ada di Kutai.

Beberapa adopsi tersebut antara lain, bangunan Bleh Peteh yaitu wadah untuk kalangan bangsawan suku Dayak Kenyah, patung-patung Blontang yang berfungsi sebagai peralatan upacara adat kematian suku Dayak, serta beberapa bentuk lungun yang semuanya ditata secara evokatif.

Dianjurkan