Getuk Sokaraja, Gorengan Berbahan Dasar Singkong Khas dari Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas
- 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Getuk Sokaraja adalah gorengan berbahan dasar singkong khas dari Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
Pionir pembuat Getuk Sokaraja adalah Mbah Sanpirngad pada 1918.
Getuk Sokaraja tercipta secara tidak sengaja.
Awalnya Mbah Sanpirngad bersama Sayem, istrinya, berjualan nasi sayur.
Saat itu warungnya hanya berupa gubuk yang berdinding anyaman bambu.
Selain menjual nasi dan lauk-pauk, kala itu ia juga menjual getuk singkong namun sayangnya makanan mereka sering tidak laku.
Suatu ketika, Sanpirngad punya ide untuk mengolah getuk-getuk sisa yang tidak laku tersebut menjadi getuk goreng.
Caranya tak sulit hanya menambahkan gula kelapa ke dalam adonan.
Ternyata, rasanya berubah menjadi lebih enak dan cocok bagi lidah konsumen yang menjadi pelanggan warungnya.
Sejak itulah, selain menjual getuk basah, Sanpirngad juga menjual getuk goreng.
Kenyataannya, getuk gorenglah yang justru banyak dicari orang.
Getuk Kamal, begitu nama awal getuk buatan Sanpirngad karena getuk goreng itu dijual di bawah pohon kamal atau asem.
Pada 1967, Mbah Sarpingad meninggal dunia.
Usaha getuk goreng tersebut akhirnya diteruskan oleh menantu laki-lakinya yang bernama Tohirin.
Di tangan Tohirin inilah, perkembangan getuk goreng tumbuh pesat.
Nasi rames yang semula menjadi bisnis utama kemudian ditinggalkan.
Warung sederhana diubah menjadi bangunan permanen.
Getuk goreng khas Mbah Sanpirngad lalu menjadi terkenal dan mulai ditiru oleh banyak orang di sekitar Sokaraja.
Karena populer di kawasan Sokaraja, akhirnya getuk goreng tersebut familiar dengan sebutan Getuk Sokaraja.
Pionir pembuat Getuk Sokaraja adalah Mbah Sanpirngad pada 1918.
Getuk Sokaraja tercipta secara tidak sengaja.
Awalnya Mbah Sanpirngad bersama Sayem, istrinya, berjualan nasi sayur.
Saat itu warungnya hanya berupa gubuk yang berdinding anyaman bambu.
Selain menjual nasi dan lauk-pauk, kala itu ia juga menjual getuk singkong namun sayangnya makanan mereka sering tidak laku.
Suatu ketika, Sanpirngad punya ide untuk mengolah getuk-getuk sisa yang tidak laku tersebut menjadi getuk goreng.
Caranya tak sulit hanya menambahkan gula kelapa ke dalam adonan.
Ternyata, rasanya berubah menjadi lebih enak dan cocok bagi lidah konsumen yang menjadi pelanggan warungnya.
Sejak itulah, selain menjual getuk basah, Sanpirngad juga menjual getuk goreng.
Kenyataannya, getuk gorenglah yang justru banyak dicari orang.
Getuk Kamal, begitu nama awal getuk buatan Sanpirngad karena getuk goreng itu dijual di bawah pohon kamal atau asem.
Pada 1967, Mbah Sarpingad meninggal dunia.
Usaha getuk goreng tersebut akhirnya diteruskan oleh menantu laki-lakinya yang bernama Tohirin.
Di tangan Tohirin inilah, perkembangan getuk goreng tumbuh pesat.
Nasi rames yang semula menjadi bisnis utama kemudian ditinggalkan.
Warung sederhana diubah menjadi bangunan permanen.
Getuk goreng khas Mbah Sanpirngad lalu menjadi terkenal dan mulai ditiru oleh banyak orang di sekitar Sokaraja.
Karena populer di kawasan Sokaraja, akhirnya getuk goreng tersebut familiar dengan sebutan Getuk Sokaraja.