Anak-anak Keluarga Eks Gafatar Belajar di Bawah Tenda

  • 8 tahun yang lalu
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR -- Raut wajah bahagia anak-anak usai dini keluarga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), terpancas saat mengikuti kegiatan belajar di tempat penampungan Sekretariat Palang Merah Indonesia (PMI), Kabupaten Bulungan bergonta-ganti.

Mereka berada di salah satu tenda khusus yang disiapkan Dinas Sosial Kabupaten Bulungan. Tenda yang berbaris sejajar dengan tenda logistik dan dapur umum tersebut hanya dilapisi terpal.

Syukur-syukur, air hujan yang membasahi halaman Sekretariat PMI yang sudah dicor beton, tak sampai merembes ke pakaian anak-anak yang sedang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD).

Kamis (28/1/2016), kurang lebih ada 20 anak yang mengikuti proses pembelajaran yang dibawakan oleh Faridah Silfiawati (36), salah satu pengurus Himpaudi Kabupaten Bulungan.

Faridah lebih condong memberikan pembelajaran dengan metode bermain, bercerita, dan bernyanyi.

Selain itu, Faridah juga sempat membagikan sikat gigi ke anak-anak dan mempraktikan cara menyikat gigi yang benar.

“Semua metode tersebut diberikan agar anak-anak di pengungsian paham beberapa hal seperti pentingnya menjaga kebersihan," katanya.

"Bercerita dongeng yang arahnya ke pembentukan budi pekerti, tolong menolong, dan berbagi. Bernyanyi untuk memacu bakat anak,” ujarnya.

Faridah baru kali ini mengajar di tenda pengungsian. Kesan pertama yang didapat ibu dua anak ini ialah mengajar di tengah kesederhanaan.

“Di sini mungkin ketidakteraturan saja. Kalau di kelas ada bangku, dll. Ada alat tulis, buku, pensil, dan pewarna. Kalau di sini bentuknya aplikatif, hanya membawa imajinasi anak-anak untuk bersenang dan berfikir melalui metode dongeng, dan lain-lain,” lanjutnya.

Ia menganggap, anak-anak di penampungan tak kalah aktif dengan anak-anak di kelas PAUD.

Di satu sisi, ia menyayangkan, anak-anak tersebut tak bisa mengenyam pendidikan di bangku PAUD sebagaimana anak-anak sebayanya.

“Sayang, semestinya mereka di klas PAUD usai seperti ini. Namun keterbatasan mereka akhirnya tidak bisa sekolah,” katanya. (*)

Dianjurkan