Benteng Van Den Bosch, Benteng yang Terletak di Sudut Pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madi
  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Benteng Van Den Bosch atau Fort Van Den Bosch dibangun atas prakarsa Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1839 di masa pemerintah kolonial Belanda.

Letak Benteng Van Den Bosch strategis karena berada di sudut pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun.

Dipilihnya lokasi itu sebagai pembangunan Benteng Van Den Bosch karena Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun kala itu merupakan jalur lalu lintas sungai yang dapat dilayari oleh perahu-perahu yang cukup besar sampai ke bagian hulu.

Lokasi Benteng Van Den Bosch berada di dekat Sungai Tempuk, yang merupakan pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun.

Lokasi Benteng Van Den Bosch sengaja dibuat rendah dari tanah sekitarnya yang lebih tinggi dan dibuat sedemikian rupa agar mampu terhindar dari banjir.

Oleh karena itu, Benteng Van Den Bosch ini juga dikenal dengan sebutan benteng pendem oleh masyarakat sekitar.

Kala itu perahu-perahu tersebut memuat berbagai macam hasil bumi berupa rempah-rempah dan palawija dari Surakarta-Ngawi menuju Gresik, demikian juga Madiun-Ngawi dengan tujuan yang sama.

Pada abad 19, Ngawi menjadi pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur.

Selain itu juga menjadi pusat pertahanan para pejuang di Kabupaten Madiun, Ngawi, dan sekitarnya dalam melawan Belanda.

Di Kabupaten Madiun, perlawanan dipimpin oleh Bupati Kerto Dirjo.

Adipati Judodiningrat dan Raden Tumenggung Surodirjo memimpin perlawanan di Ngawi yang dibantu seorang pengikut Pangeran Diponegoro bernama Wirontani.

Untuk mempertahankan Ngawi dari Pangeran Diponegoro dan menguasai jalur perdagangan, Pemerintah Kolonial Belanda membangun sebuah benteng pada tahun 1839 yang pembangunannya selesai pada tahun 1845, yaitu Benteng Van Den Bosch.

Benteng ini dihuni oleh tentara Belanda sebanyak 250 orang bersenjatakan laras panjang, enam meriam api dan 60 orang kavaleri yang dipimpin langsung oleh Jenderal Van Den Bosch.

Benteng Van Den Bosch berukuran 165 meter x 80 meter dengan luas tanah 15 hektar.

Bangunan Benteng Van Den Bosch terdiri dari pintu gerbang utama, ratusan kamar untuk para tentara, ruangan untuk seorang kolonel dan ruang komando yang memiliki halaman depan dan beberapa ruangan yang dulunya diyakini sebagai kandang kuda.

Selain itu, di area Benteng Van Den Bosch juga terdapat ruang penjara yang berfungsi untuk menahan para pejuang dan pekerja rodi.

Di dekat gerbang belakang Benteng Van Den Bosch terdapat makam KH Muhammad Nursalim, yang merupakan pejuang dan pengikut Pangeran Diponegoro.

Beliau konon ditangkap, dipenjara dan dikubur hidup-hidup di area Benteng Van Den Bosch tersebut.

Kondisi Benteng Van Den Bosch memang tidak terlalu terawat dengan beberapa bangunan tampak rapuh dan ditumbuhi lumut.

Terdapat juga sumur tua di area Benteng Van Den Bosch tersebut.

Pemerintah Indonesia merencanakan renovasi setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke situs Benteng Van Den Bosch pada awal tahun ini.